Faine dengan setia menemaniku di ruang makan. Aku menyudahi makan malam dan bangkit dari tempat dudukku. Faine tersenyum hangat ke arahku dan tangan-tangannya menyentuh beberapa piring yang terletak di atas meja. Ia membersihkan sisa-sisa makananku dan mengangkat beberapa piring.
“Aku harap kau bisa betah berada di sini nona Kelly. Kau tidak perlu khawatir dengan keadaan rumah ini. Semoga kau bisa beristirahat dengan nyenyak. Selamat malam nona” ungkapnya penuh rasa hormat bak pelayan yang sedang melayani putri kerajaan.
“Selamat malam Faine” jawabku dengan senyuman dan berlalu meninggalkan ruang makan.
Aku berjalan menelusuri lorong rumah menuju kamarku. Masih terlihat cukup terang dengan sinaran lampu-lampu ruangan yang dilekatkan di dinding-dinding rumah. Aku membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya. Aku menghela napas dan mengambil posisi duduk di bibir tempat tidur. Aku membuka sweater yang sedari tadi melekat di tubuhku. Kembali aku menatap isi kamar ini. Sejenak aku bangkit dan mengganti pakaianku dengan piyama. Hingga akhirnya aku menuju tempat tidur dan menarik selimut tebalku hingga menutupi seluruh tubuh. Dan aku pun terlelap…
*****
Hawa malam terasa semakin dingin. Kevin masih terlelap dalam tidurnya. Suara berisik kembali terdengar. Samar. Kembali terdengar. Sedikit lebih jelas. Namun tiba-tiba hening. Suara kini kembali terdengar. Sangat jelas. Kevin merasakan hawa dingin yang teramat sangat. Ia kembali menarik selimutnya. Ia mencoba untuk membuka matanya berlahan. Namun kepalanya terasa sangat berat. Matanya mencari-cari sesuatu. Ia pun menyentuh bagian kepalanya yang terasa semakin berat.
“Ke..vin…” suara parau terdengar samar bagai berbisik.
Kevin mencoba menajamkan indera pendengaran dan penglihatannya. Suara berisik kembali terdengar sangat jelas. Ia mencoba bangkit berlahan dari tidurnya. Ia membuka selimutnya dan duduk bersila di atas tempat tidur. Kembali ia menajamkan kedua inderanya. Namun kembali ia rasakan kepalanya berat bagai ditimpa beban yang berton-ton beratnya. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dan ia pun mulai menurunkan kakinya yang kecil dari atas tempat tidur.
Kakinya mencoba meraih sandal bulu yang tergeletak di bawah tempat tidurnya. Ia pun menurunkan kaki yang satunya sambil terus memegang kepalanya yang terasa semakin menyakitkan. Secara tiba-tiba sebuah tangan yang begitu dingin menggenggem kaki kirinya dari kolong bawah tempat tidurnya. Kevin terpekik. Secara spontan ia pun terjatuh dari tempat tidurnya sambil memberontak melepaskan kakinya dari cengkaraman tangan dingin itu. Namun usahanya seakan sia-sia. Tangan yang mencengkram kakinya begitu kuat. Sulit untuk dilepaskan. Tapi Kevin terus mencoba. Ia menendang-nendangkan kaki yang satunya untuk membatu melepaskan cengkraman. Namun kembali sebuah tangan yang begitu dingin bagai es mencengkram kaki Kevin yang satunya. Kevin menjerit. Wajahnya pucat pasi. Kevin berteriak mencoba memberontak. Tangannya meraih-raih ambal bulu yang terletak di lantai. Berharap ia dapat menghalang tarikan tangan-tangan dingin yang mencoba memasukkan tubuhnya ke dalam kolong tempat tidur.
Usahanya sia-sia. Sedikit demi sedikit tubuhnya bergerak ke arah bawah tempat tidur. Kevin tak berhenti menjerit ketakutan. Tangan-tangan itu terus menariknya. Ambal bulu pun ikut terseret mengikuti genggaman tangannya. Kevin tak kuasa memberontak. Setengah badannya mulai tidak kelihatan karena tertutup seprai yang tergerai menutupi kolong tempat tidurnya.
Kevin menjerit sekuat yang ia mampu. Seketika seprai sedikit tersingkap. Sebuah kepala menyembul dari balik seprai. Tampak wajah seorang bocah perempuan dengan rambut panjang berantakan dan mata yang melotot tajam, menyeringai mengerikan! Wajahnya pucat dan terdapat darah yang menetes deras dari kepala kirinya dan sedikit menutupi matanya yang bulat.
Kevin kembali berteriak histeris! Tangannya terus meraih-raih lantai. Tubuhnya kian tenggelam ke bawah tempat tidurnya. Tangan-tangan dingin itu terus menariknya. Hanya tinggal kepalanya yang masih menyembul dari bawah seprai. Ia terus berteriak. Hingga akhirnya seluruh tubuh Kevin pun seketika menghilang, tenggelam di bawah tempat tidurnya yang tertutup seprai. Hanya teriakan samar terdengar dari bawah tempat tidur tersebut…
*****