Aku menatap bayangannya di cermin dengan napas tertahan. Hari ini adalah pengalaman baru bekerja sebagai asisten pribadi Bagas, aktor papan atas yang wajahnya menghiasi berbagai billboard di kota. Tak bisa dipungkiri, ada rasa gugup yang menghantui diriku.
Aku melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 07.30 pagi. Dengan cepat, aku merapikan rambutku dan mengambil catatan kecil berisi jadwal sang aktor. "Aku bisa melakukannya," gumamku, meyakinkan diri sendiri sebelum melangkah keluar.
Sampai di lokasi syuting, aku langsung disambut oleh hiruk-pikuk kru yang sibuk dengan persiapan. Tak butuh waktu lama bagiku untuk menemukan Bagas, pria itu berdiri di tengah set, mengenakan kemeja putih yang lengan atasnya digulung, rambutnya ditata sempurna, dan ekspresi wajahnya begitu serius saat berbicara dengan sutradara.
Aku meneguk ludah. Aku masih tidak percaya bisa bertemu dengan Bagas secara langsung. Foto-foto yang beredar di media sosial memang tak berbohong pria itu benar-benar tampan.
"Rania?" suara berat dan hangat mengajarkanku. Bagas kini berdiri tepat di depanku, menatapku dengan alis sedikit terangkat.
Aku segera mengangguk, mencoba tersenyum. "Iya, Bagas. Ada yang kamu butuhkan?"
"Bagus, aku butuh kopi hitam tanpa gula sekarang."