JAVIER Mateo Leonidas terus menatap wanita di hadapannya disertai senyumannya yang menawan. Tapi, ayolah, siapa pun yang melihat senyum Javier tanpa memedulikan paras tampan lelaki itu pasti akan menyadari, jika hanya senyuman licik yang lelaki itu perlihatkan.
Javier berdecih dalam hati begitu matanya menatap wanita di hadapannya dari atas ke bawah. Sangat bukan Angel sekali. Wanita ini berbeda. Jika Angel lebih suka memakai dress sebagai setelannya, wanita berambut cokelat di hadapannya terlihat lebih suka memakai celana jeans yang dipadu-padankan dengan kemeja berlengan panjang sebagai atasan. Jangan lupakan juga sebuah tanda pengenal insan pers yang Anggy kalungkan di leher. Dan hell yeah, tanda itu yang membuat Javier sangat muak sekarang.
“Apa orang kaya sepertimu selalu seperti ini? Maksudku, menggunakan uang yang mereka miliki untuk berbuat sesuka hati?” Desisan benci Anggy membuat Javier menarik tangannya yang pada awalnya ia ulurkan untuk membelai pipi wanita itu.
“Tidak selalu,” jawab Javier enteng. “Kami hanya melakukan ini untuk orang yang mengobrak-abrik privasi kami hanya untuk kepentingan mereka sendiri.”
Anggy membulatkan matanya. “What? Ini pers, Tuan Leonidas. Dan kau tidak bisa menyalahkan kami atas pemberitaan benar yang kami tayangkan!”
Mendengar teriakan Anggy, Javier malah menarik sebuah kursi di dekatnya dan langsung duduk manis di sana. “Aku tahu ini pers. Aku juga memiliki stasiun beritaku sendiri. Aku tahu bagaimana alur pemberitaan dan sebagainya yang membuatmu tidak perlu mengajariku dengan kepintaranmu yang setengah-setengah,” kekeh Javier sembari menatap Anggy penuh dengan rasa tertarik.
Selain ibunya dan Angel, sepertinya hanya Anggy yang berani berbicara dengannya dengan nada setinggi ini.
“Tapi, please be smart, Woman.... Apakah kau tidak bisa membedakan mana pemberitaan benar yang bermanfaat dengan pemberitaan benar yang tidak memiliki manfaat bagi masyarakat banyak?” Javier terlihat berpikir sebelum menatap Anggy lekat.
“Membongkar urusan pribadi orang lain yang tidak ada kaitannya dengan masyarakat banyak. Membuat hidup orang lain terganggu dengan pemberitaannya yang terus dipertontonkan di media massa demi kepentinganmu sendiri. Apakah itu tidak membuatmu dipenuhi perasaan bersalah?” lanjut Javier dengan penekanan di setiap katanya.
Anggy menelan ludahnya susah mendengar perkataan Javier yang jika dipikir memang ada benarnya. Tapi kan...
Dengan cepat Anggy menggelengkan kepalanya. Berusaha membantah laju pemikirannya yang sudah mulai terpengaruh kata-kata Javier. “Jika memang kau suka berita yang seperti itu, maka tayangkan di stasiun beritamu sendiri. Jangan mendikte kami tentang berita apa yang harus kami tayangkan dan tidak, hanya karena kau tersangkut di dalamnya. Asal kau tahu, kami bukan stasiun berita yang melayangkan pemberitaan kriminal, korup—”
“I got it. Sekarang aku tahu jika apa yang aku lakukan memang sudah benar.” Javier memotong ucapan Anggy sembari bangkit dari duduknya.
“Kau wanita berpikiran pendek dan mungkin sedikit egois,” ejek Javier dengan senyumnya yang menyebalkan. “Asal kau tahu, Anggy Putri Sandja—”
Dan Javier tidak sempat melanjutkan kalimatnya, karena di detik kemudian ia sudah mengerinyit ketika mendapati Anggy menertawakannya tiba-tiba.
“Ayolah, Tuan Leonidas yang pintar dan maha kuasa...,” ejek Anggy setelah tawanya mereda. “Jika kau tidak bisa mengucapkan namaku, jangan ucapkan. Lidah kakumu tidak akan bisa menyebutkan nama tengahku dengan benar.” Anggy menepuk pundak Javier dengan wajah yang ia buat seakan ia sedang prihatin. “Kau mengejek negara asalku sebelumnya. Mengatakannya sebagai negara antah berantah yang tidak kauketahui keberadaannya. Tapi asal kau tahu saja, kebanyakan orang di negara asalku bisa mengucapkan kata put-ri dengan lancar. Tidak sepertimu. Aku saja ragu ketika mendegar kau mengatakan nama tengahku. Kau sedang berkata-kata atau malah berdecit minta tolong karena lidahmu tersangkut? Berkata Putri dengan benar saja kau tidak bisa,” kekeh Anggy. Di detik kemudian wanita itu sudah berjalan mundur tiga langkah menjauhi Javier dan memberi isyarat pada Clarissa untuk pergi.
“Sekarang pulanglah, Tuan Leonidas yang terhormat. Kau mungkin sudah membayar bosku untuk membuat pemberitaan yang kauinginkan. Tetapi ini tempatku, tempat kerjaku. Aku memiliki peran di sini dan aku pastikan, pemberitaan yang kauinginkan tadi tidak akan tayang nanti, besok ataupun selamanya,” ucap Anggy berusaha santai. Dan Javier hanya bisa tertawa kecil melihat wanita itu sudah menarik teman perempuannya ke arah tempat di mana bosnya sudah menghilang lebih dulu.
Well... menarik.
Javier merapikan dasinya sebelum mengambil langkah untuk keluar dari tempat di mana ia menjadi bahan tontonan sejak tadi. Wibawa seorang Javier terlihat tiapkali langkahnya ia ambil. Tapi siapa sangka, jika dalam benaknya Javier terus menertawakan perkataan terakhir Anggy yang hanya akan menjadi kata-kata yang tidak akan pernah terjadi saat ini.
Biarkan wanita bermulut tajam itu mengusahakan segala cara untuk menghalangi berita yang telah Javier pesan agar tidak ditayangkan. Yang jelas, yang Javier tahu... berita itu akan tetap tayang mengingat siapa yang telah memiliki media ini sekarang.