“JADI, sejak kapan kalian sudah saling mengenal?”
Pertanyaan Olivia Leonidas yang terlihat duduk di hadapannya membuat Anggy menyunggingkan senyum. Senyum kaku sebenarnya, mengingat jenis kebohongan apa yang telah Anggy katakan pada Olivia.
Ketika Olivia meneleponnya sebelum ini, Anggy dengan mudahnya mengiakan perkatan Olivia. Benar sekali, Anggy memang mengaku pada Ibunda Javier jika apa yang media telah beritakan itu benar adanya. Jangan tanyakan kenapa, tentu saja hal itu tidak lepas kaitannya dengan ego Anggy yang membuatnya ingin membalas Javier.
“Belum lama ini, Mrs...,” jawab Anggy kikuk.
Sebenarnya Anggy sedikit merasa bersalah ketika dia harus membohongi wanita bermata cokelat dengan binar harapan di matanya ini. Bagaimana ya... Olivia terlihat terlalu senang dengan harapan yang meroket. Anggy tidak tahu bagaimana jadinya jika Olivia mengetahui jika ini hanyalah kebohongan yang dilakukan Anggy karena sikap anak wanita ini sendiri.
“Ceritakan padaku, please....”
Anggy tertawa garing. “Sebenarnya awal pertemuan kami tidak berjalan baik. Javier mengetahui jika aku yang telah menuliskan berita tentang Angeline. Itu membuatnya sangat marah dan membuatku berpikir jika dia pasti akan sangat membenciku. Tetapi, ternyata...” Anggy menggantung ucapannya, sementara benaknya berasap ketika kepalanya mengingat apa yang Javier lakukan setelah itu.
Lelaki itu memanipulasi semuanya, membeli tempat kerjanya, dan mencoreng namanya. Hell! Memang menjadi calon istri seorang Leonidas bisa menjadi kebanggaan bagi seseorang, tapi bagi Anggy itu menjadi suatu kutukan. Javier dan dramanya. Lelaki itu telah berhasil membuatnya dikenal sebagai wartawan paling tidak berkompeten di negara ini.
“Tapi, ternyata dia langsung melamarmu?” kekeh Olivia yang membuat Anggy mengangguk pelan. Anggy memang sengaja membuat cerita yang tidak terlalu melenceng jauh. Apa yang dikatakannya terdengar mendekati realita. Minus lamaran Javier padanya yang hanya berdasarkan balas dendam lelaki itu terhadapnya.
Olivia terdengar tertawa kecil melihat jawaban Anggy. Wanita berparas keibuan itu kemudian meraih tangan Anggy di atas meja kemudian menggenggamnya hangat. Dan, harapan besar tercetak di raut wajah Olivia begitu mendapati sebuah cincin melingkar di jari manis Anggy.
“Rupanya cinta pada pandangan pertama, ya.... Aku tidak pernah menyangka jika hal itu bisa terjadi pada Javierku,” ucap Olivia dengan mata berbinar.
Anggy tidak berbohong jika misalkan ia berkata binar di mata cokelat Olivia membuat wanita itu semakin terlihat cantik saja. Umur wanita ini mungkin sama dengan umur ibunya, tapi entah kenapa penampilannya membuat Olivia tampak lebih muda di mana dress maroon yang ia kenakan melekat pas di tubuh rampingnya. Dan dress itu harus Anggy akui sangat cocok dipakai di tempat ini, berbanding terbalik dengan dirinya yang dengan bodohnya memakai pakaian kerjanya ketika dia menemui Olivia di restoran Perancis pilihan Olivia.
“Aku juga tidak menyangka bisa mendapatkan lamaran dari seorang laki-laki dengan cara sangat ajaib.” Ini kali pertama Anggy mengeluarkan suaranya tanpa ditanya, dan itu sukses membuat Olivia tertawa pelan mendapati kelakuan ajaib putranya. Sangat sayang bagi Olivia yang tidak bisa membaca pikiran, karena ia menjadi tidak tahu suara apa yang berkelebat di pikiran Anggy sekarang.
Lamaran yang bagus, Jav. Tapi, maaf, bukan aku yang akan melalui mimpi buruk, tapi kau sendiri. Dasar sialan!
“Dia memang sangat ajaib. Aku juga sebenarnya tidak bisa menebak ke mana pikiran Javier.” Ucapan Olivia membuat Anggy menatapnya penuh ketertarikan.
“Benarkah?”
Olivia mengangguk antusias. Sebenarnya Olivia juga sangat heran mendapati kenyataan di mana ia merasa sangat mudah dekat dengan Anggy, padahal biasanya ia sangat anti dengan orang asing. Well, bisa jadi Javier merasakan hal ini yang kemudian membuatnya tanpa berpikir panjang memilih untuk segera melamar Anggy, bukan?
“Terakhir kali aku takut dengan kondisinya. Javier sangat pintar menutupi perasaanya sendiri dan itu membuatku tidak tahu harus berbuat apa sementara wanita yang ia cintai sejak lama ternyata lebih memilih lelaki lain dibandingkan dia. Aku hanya takut jauh di dalam benaknya, Javier sangat terluka.” Olivia menatap wajah Anggy lekat untuk mencari perubahan emosi Anggy. Dan ketika ia mendapati jika Anggy terkesan tidak masalah atas ini, Olivia melanjutkan kata-katanya lagi. “Namun kehadiranmu membuatku lega. Paling tidak, Javier sudah bisa membuka hatinya untuk wanita lain. Tapi ngomong-ngomong, kau sudah tahu mengenai Angel dan Javier, bukan?”
Walaupun Anggy belum sepenuhnya tahu, wanita itu mengangguk.
Dan Olivia mengembuskan napas lega atas itu.
“Javier sangat mencintai Angeline, aku bisa melihatnya sejak dia kecil. Tapi, ya... begitu, rupanya Angel lebih memilih untuk bersama lelaki lain,” ujar Olivia yang membuat wajah Anggy langsung pias.
Jadi kata-kata Javier...