Kak Dirga pun menoleh dan tampak mengernyit. “Kamu?”
“Masih inget aku?” kata orang itu lagi.
Kak Dirga tampak berpikir, lalu senyumnya terlukis sambil memicing “Siapa, ya?” Dari ekspresinya kentara sekali dia pura-pura lupa.
“Udah, deh, jangan pura-pura amnesia gitu Mr. Puitis!”
Kak Dirga tergelak, tetapi tawanya begitu lepas. Lebih ceria dari tawa dia sebelum ada cewek asing itu. Ya, asing bagiku, tetapi sepertinya tidak bagi cowok itu.
“Gaklah! Masa aku lupa sama cewek bersuara emas ini.” Kak Dirga mengulurkan tangan, lalu mereka melakukan tos yang sepertinya hanya mereka yang tahu.
Keakraban Kak Dirga dengan cewek itu membuat rasa tak suka perlahan menyeruak di dada. Aku masih menatapnya sambil mendekat ke arah mereka.
“Lama, ya, nggak jumpa kita? Gimana kabarnya, Dir?” tanya si cewek yang masih belum aku ketahui namanya itu.
“Ya, seperti yang terlihat. Sehat walafiat sejahtera sentosa. Kalo Airin, calon diva pop masa depan ini gimana?”
Oh, jadi namanya Airin, tapi dia dulu siapanya kak Dirga? Terus sekarang kenapa tiba-tiba muncul? Argh, penasaranku semakin menjadi, kan.
“Kebiasaan, ya, manjang-manjangin omongan.” Airin tergelak lalu meneruskan, “Baik, dong.”
“Kita dianggurin, nih?” sela Ferdi setelah melihat rautku yang kentara masam.
Secepat kilat kunetralkan ekspresi saat Kak Dirga menoleh pada kami.
Dia terkekeh sejenak, lalu berucap, “Oiya, kenalin ini Purna- eh maksudku Kencana, dan itu sepupuku. Udah kenal, kan, dia mah, Rin?” Telunjuk Kak Dirga mengarah kepada Ferdi.
Airin mengulurkan tangan sambil tersenyum hingga menampakkan kedua gingsul giginya. Menurut kaca mataku sebagai cewek saja dia memang cantik, manis, dan binar matanya mirip dengan Kak Dirga yang meneduhkan, damai, dan enak dipandang. Betapa aku tak memiliki itu semua, perlahan iri merasuk hati.
Aku pun buru-buru menyambut uluran tangan itu sebelum dia sadar kuperhatikan dengan intens setiap lekuk wajahnya.
“Kencana,” kataku sambil agak mengangguk dan tersenyum canggung.
“Airin, salam kenal, ya!” timpalnya sambil mengulas senyum lebih lebar.
Lalu beralih ke Ferdi. “Tahu, lah. Dulu, kan, anak ini ngintilin kamu terus, gimana futsalnya? Makin jago, dong!” katanya sambil menyalami Ferdi.
“Mana ada yang lupa sepupu Dirga yang manis ini, kan. Gue aminin, deh. Doa baik, ya, kan. Hehehe ....” Ferdi mengangkat bahunya sambil tercengir.