My Beloved Best Friend

Karang Bala
Chapter #32

Chapter 32| Bara yang Diredam

Dua minggu sudah kulalui dengan penuh trauma yang mati-matian kupendam dalam dada. Namun, Mama dan keluarga, juga Ferdi dan sahabatku lagi-lagi jadi yang paling mengerti dan terus memotivasi. Hari ini, aku mau tak mau mesti kembali masuk sekolah. Sebab kepengurusan pendaftaran menuju jenjang pendidikan selanjutnya harus kuurus.

Benar. Itu hal lebih penting dalam hidupku dibandingkan trauma itu. Semoga saja Tuhan menjauhkanku dari sialnya pergaulan yang salah.

"An, lo udah siap?" teriak Ferdi dari depan terlas rumah.

Aku tersenyum sambil menganggukan kepala. Disusul Mama yang jelas terlihat masih menampakkan kekhawatiran dari matanya.

"Titip Kencana, ya, Nak Ferdi. Tante sekarang hanya bisa memberi kepercayaan kepadamu, Nak. Apalagi setelah mengetahui segala yang dialami Kencana dua minggu lalu." Mama menggenggam erat tanganku seusai bersalaman.

Ferdi mengangguk penuh kepastian. "Kepercayaan tante akan Ferdi jaga sebaik mungkin, Tan." Dia mengulurkan tangan kepada Mama.

Barulah Mama melepas tanganku, lalu menerima salam dari Ferdi.

Aku lekas naik ke boncengan motor sahabat jangkungku itu perlahan. Jujur masih ada rasa takut dan khawatir, tetapi aku berusaha menutupinya dengan ketenangan yang kulatih sepanjang malam.

"Kami permisi. Assalamu'alaikum." Ferdi mulai melajukan motornya usai Mama menjawab salam kami.

~♡~

Penentuan Universitas telah mantap aku, Ferdi, dan Wisni pilih sejak jauh-jauh hari juga jurusannya. Kami juga enggan berubah pikiran, apalagi setelah konsultasi singkan sebagai peneguhan dari guru BK dan wali kelas kami masing-masing.

"An, udah selesai?" Wisni menghampiriku yang baru saja mengklik tetikus ketika cursor tepat di kotak submit.

"Udah, nih. Kamu juga udah?"

Wisni mengangguk. Tak lama kemudian, kami menuju wali kelas kami dan penjaga lab komputer.

"Pak, ini kartu pesertanya langsung cetak atau menunggu pengumuman seleksi, ya?" tanyaku sambil mengacungkan gawai yang tertera kartu peserta SNMPTN digital.

"Oh, nanti saja. Bila sudah ada pengumuman dan dinyatakan lolos baru kalian cetak di koprasi sekolah, ya. Jangan sampe di luar sekolah. Itu udah jadi syarat kami."

"Baik, Pak. Kalo gitu kami permisi."

Lihat selengkapnya