May menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah ibu dan anak yang berjalan menaiki tangga ke lantai dua. Dia mendengar percakapan keduanya tadi, dan dia sangat penasaran apakah Alice yang mereka maksud adalah anak asuhnya. Tapi karena merasa kurang begitu jelas, May pun membuang muka dan mencoba bersikap masa bodoh. Dia menghampiri Max yang sedang duduk santai di dekat mobil sambil menghisap rokoknya.
Max tampak terkejut melihat kedatangan May, jadi dia buru-buru membuang rokoknya lalu menginjaknya. Max juga berdiri menyambut May yang datang menghampirinya.
“Ada apa May?” tanya Max heran, karena biasanya para pengasuh menunggu di dalam sekolah.
“Aku tidak nyaman berada di sana,” jawab May sekilas. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan cemberut ketika ingat apa yang ia dengar di ruang tunggu tadi.
“Max, boleh aku menanyakan sesuatu?” tanya May kemudian karena tak sabar menahan rasa penasarannya.
“Apa itu?” Max balik tanya.
“Tentang pengasuh Alice yang sebelumnya. Bagaimana dia? Rania bilang dia berhenti karena mau menikah ya?” tanya May tanpa basa-basi. Max tampak terkejut mendengar pertanyaan May. Bahkan dia terlihat salah tingkah dengan menggaruk leher bagian belakangnya.
“Bagaimana ya? Dia memang masih muda. Tapi, soal menikah itu aku tidak tahu,” jawab Max berhati-hati. Jelas sekali jika dia takut salah bicara di depan May.
“Memangnya apa yang kamu tahu?” desak May, “Namanya Maria, bukan?”
Max mendelik karena tak menyangka May akan tahu nama pengasuh sebelumnya, tapi karena merasa sudah tak ada gunanya lagi menyangkal Max pun mengangguk mengiyakan.
“Iya Maria. Dia ….” Max menggantung kalimatnya sebentar seakan sedang memikirkan kalimat yang pas, “Sedikit keras pada nona Alice. Itu membuat nona Alice takut padanya.”
“Keras?” ulang May kaget. Berarti benar apa yang para wanita itu katakan di dalam sana, kalau selama ini Maria toxic dan mendoktrin Alice.
“Tapi, apa Alice mengadu pada papanya?” tanya May semakin penasaran.
Max belum menjawab pertanyaan May, lagi-lagi May melontarkan pertanyaan lain, “Apa itu juga yang membuat Maria dipecat?”
Max menggeleng cepat, “Aku tak tahu May. Tapi nona Alice memang kasihan sekali bersama Maria, dia terlihat sangat tertekan. Namun nona Alice adalah anak manis dan bukan tukang mengadu seperti itu. Jadi kurasa tuan Jason pun belum tahu bagaimana sikap Maria selama ini.”
May mengernyitkan alisnya. Jika benar Alice tidak mengadu, itu berarti Alice memang anak yang sangat baik, pendiam, dan manis. Dia tidak mau menyusahkan papanya dengan mengadu padahal dirinya sendiri tertekan dengan pengasuh barunya.
“Hanya saja, aku kadang tidak suka dengan sikap genit Maria pada tuan Jason. Semua orang yang bekerja di sana pasti menebak jika Maria resign karena tuan Jason menolaknya,” tambah Max mulai lebih terbuka pada May.