“Hillary, aku pergi sebentar. Aku akan kembali sebelum meeting dimulai,” pamit Jason sambil berlalu dan membuat Hillary hanya bisa bengong karena terkejut. Hillary menggelengkan kepalanya karena sudah terbiasa dengan sikap spontan atasannya itu. Tapi, melihat kepanikan di wajah Jason, Hillary juga sudah bisa menebak pasti ada sesuatu yang sangat penting yang harus diurus, sampai-sampai Jason tak sabar menunggu meeting selesai nanti sore.
Benar saja. Jason sedang panik karena dia tahu Alice kembali berkelahi dengan temannya di sekolah. Padahal Alice selalu tampak manis dan baik di rumah, tapi mengapa gadis kecilnya itu selalu mencari masalah di sekolah? Bahkan di hari pertamanya ke sekolah bersama May yang notabene masih baru. Apa memang Alice senakal itu kepada teman-temannya?
Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepala Jason sepanjang perjalanannya pulang ke rumah. Sopir pribadinya, Andrew hanya diam sambil sesekali mengintip tuannya dari spion tengah. Dia mengerti jika ada masalah di rumah sehingga tuannya menyempatkan diri pulang di jam kerja seperti ini.
“Agak cepat!” perintah Jason melihat Andrew melajukan mobil mereka perlahan. Andrew pun menuruti perintah tersebut dan menginjak pedal gas agar mobil itu melaju lebih kencang. Ketika dia menghentikan mobilnya di depan rumah, Jason langsung turun tanpa menunggu mobilnya di parkir dengan benar di tempatnya.
“Alice!” panggil Jason saat menyeruak masuk ke dalam rumah. Matilda yang sedang di dapur langsung berlari menghampiri tuannya yang mendadak pulang.
“Maaf Tuan, ada apa?” tanya Matilda cemas. Dia sadar jika ada yang tidak beres karena wajah Jason terlihat penuh emosi.
“Mana Alice? Katanya dia berkelahi lagi di sekolah!?” tanya Jason dengan nada sedikit membentak. Tanpa menunggu Matilda menjawab, Jason menatap ke arah kamar Alice di lantai dua dan berlari ke sana. Matilda berusaha menahan Jason tapi tuannya itu tak peduli sedikitpun dengan penjelasan Matilda.
“Alice!” panggil Jason sambil membuka pintu kamar Alice dengan keras. Alice dan May yang sedang tidur pun langsung terbangun mendengar suara bentakan itu. Terlihat Jason melotot di pintu menatap ke arah mereka berdua.
“Ada apa lagi? Kamu berkelahi lagi?” tanya Jason marah sambil berjalan mendekat. Alice langsung meringkuk di belakang May dan mencengkeram lengan May dengan takut.
“Dia bukan berkelahi, tapi dia dibully oleh temannya,” ralat May membela Alice. Ia memeluk gadis kecil yang sedang ketakutan itu dan menatap ke arah Jason dengan wajah penuh keberanian. Jason mengernyitkan alis.
“Dibully? Sejak kapan Alice dibully? Yang ada dia selalu mencari masalah di sekolah. Dia tak mau bermain bersama teman-temannya dan suka kasar jika merasa tidak nyaman dengan orang!” bantah Jason tak percaya. May mendelik mendengar Jason menuduh anaknya sendiri seperti itu.
Dengan emosi May beranjak dari kasur dan semakin melotot ke arah pria yang menjadi atasannya itu, “Tega sekali Anda menuduh anak Anda seperti itu!”
“Memang itu kenyataannya selama ini. Kamu itu masih baru, May! Kamu gak tahu apa-apa soal anakku!” bentak Jason.
“Kamu yang sok tahu padahal gak tahu apa-apa!” balas May tak mau kalah. Kali ini dia mengganti sebutan Anda pada Jason dengan kata kamu, karena merasa saking marahnya, “Memangnya apa yang sudah kamu dengar selama ini? Apa pacarmu si Maria itu sudah menjelekkan Alice di depanmu?”
Jason tersentak ketika May menyebut nama Maria, bahkan menyebut Maria sebagai pacarnya. Berani sekali May berkata seperti itu pada dia yang sekarang menjadi atasannya?