Jason menyandarkan tubuhnya sambil menarik nafas panjang sedetik setelah meeting ditutup. Semua orang mulai keluar satu persatu dari ruangan dan meninggalkan Jason dan Hillary sendirian. Syukurlah Jason berhasil fokus pada rapat kali ini sehingga kerjasamanya dengan Hotel Landscape bisa berjalan dengan lancar dan akan sgera dilakukan dalam waktu dekat. Padahal, tadi saat meeting hampir dimulai dia datang sedikit terlambat dan hampir membuat Hillary melotot ke arahnya.
Melihat atasannya menunjukkan wajah kelelahan, Hillary langsung berinisiatif untuk mengambilkan air mineral. Ia menyodorkannya kepada Jason sambil bertanya, “Apa perlu kubuatkan kopi?”
Jason yang sedang memejamkan mata terkejut dengan pertanyaan Hillary, tapi kemudian menggeleng untuk menolaknya.
“Tidak usah, aku akan langsung pulang setelah ini.”
“Apa ada masalah di rumah? Sampai Anda tadi hampir melewatkan meeting?” tanya Hillary penasaran, karena dia tahu Jason selalu menomorsatukan Alice dan pekerjaan. Jadi jika ada yang bisa mengalihkan Jason dari pekerjaannya, itu pasti hanyalah Alice seorang.
Jason terdiam sejenak. Sambil memainkan botol mineral yang diberikan Hillary ia bergumam, “Aku hanya baru sadar jika selama ini aku bukanlah ayah yang baik untuk Alice.”
Hillary mengernyitkan alis mendengarnya. Ia pun duduk di kursi sebelah Jason dan mendengarkan Jason dengan seksama. Ia sangat tertarik jika Jason sedang menceritakan gadis kecil tersebut.
“Mengapa begitu?” tanya Hillary.
Jason tetap tak mengalihkan pandangan dari botol di tangannya seraya berkata, “Aku baru tahu jika Alice selama ini tertekan di sekolahnya. Dia sering dibully dan diejek oleh teman-temannya.”
“Benarkah? Bagaimana Anda tahu?”
“Hari ini May pengasuh barunya Alice memberitahuku, dan Alice serta Matilda mengiyakan itu. Bahkan wajah Alice terluka karena bertengkar dengan teman yang mengejeknya,” jelas Jason. Ia menyibakkan poninya ke belakang sambil mendesah.
“Bagaimana aku baru mengetahuinya sekarang? Selama ini aku lebih mempercayai Maria dan Max daripada anakku sendiri.”
Hillary tertegun dan menggigit bibir bawahnya. Dia sendiri ikut terkejut ternyata Maria memang sejahat itu pada Alice. Sebenarnya Hillary sudah mencurigai gerak-gerik Maria sejak lama, tapi sayangnya Jason lebih percaya pada wanita pirang itu dari dirinya.
“Yang penting sekarang semua sudah membaik,” ucap Hillary menenangkan. Jason mengangguk.
“Jika bukan karena May, mungkin aku pasti menyalahkan Alice terus dan membuat anak itu membenciku,” kata Jason bersyukur. Sebuah senyuman kecil tersungging di sudut bibirnya dan membuat Hillary menjadi penasaran. Siapa May sebenarnya?
“May ini pengasuh barunya Alice?” tebak Hillary.