My Boyfriend Is A Ghost

zozozo 🌷🌷🌷🌷🌷
Chapter #6

The Heir

Pagi ini Eva terbangun karena suara riuh rintik hujan yang membasahi kota MidWare dari semalam. Suasana dingin yang menyelimuti kamar Eva membuat gadis berpiyama biru itu ingin menarik selimut dan memejamkan matanya kembali. Hujan di pagi hari. Jelas ini adalah pengalaman baru bagi Eva, di kotanya yang Ia tinggali sebelumnya turun hujan dalam setahun bisa Ia hitung dengan jari. Oleh sebab itu, Eva ingin menikmati suasana hujan ini lebih lama lagi.

Eva masih mengamati tetesan air hujan dari atas kasur empuknya, sebenarnya Eva sama sekali tidak merasa mengantuk, malahan sebenarnya Ia sudah terbangun sejak lima belas menit yang lalu. Adrenalinnya benar-benar terpacu, terlalu bersemangat dan tak sabar untuk memulai hari pertamanya bekerja di manor Alastair. 

Tak ingin terlambat di hari pertamanya bekerja, Eva memaksakan tubuhnya untuk bangkit dari kasur empuk yang semalaman Ia tiduri. Kasur empuk yang membuatnya betah jika harus terus-terusan berada di atasnya, sungguh jauh berbeda dengan kasur yang dulu Ia miliki di apartemen kecilnya.

Eva kemudian melihat jam dinding antik yang terletak tepat di atas pintu kamarnya. Gadis itu reflek mengucek kedua matanya yang berkabut untuk melihat ke mana arah jarum jam itu menunjuk.

“Masih jam 5.15? Kenapa aku merasa sudah tidur lama sekali?” tanya Eva pada dirinya sendiri. 

Biasanya Ia termasuk orang-orang yang sulit untuk tidur di tempat asing. Namun anehnya, semalam Ia tidur dengan sangat nyenyak. Eva juga tidak tahu pada jam berapa Ia tertidur, sepertinya setelah kepalanya menyentuh bantal Ia langsung terlelap begitu saja. Nampaknya tubuh dan pikirannya benar-benar kelelahan, selain karena Ia harus menempuh perjalan yang cukup lama di dalam kereta dan taksi, Ia juga masih harus menghadapi keluarga Alastair yang misterius.

Menyingkirkan selimut tebal dari badannya, Eva berjalan pelan ke arah pintu balkon yang masih tertutup. Semalam setelah insiden yang cukup menakutkan antara Ia dan tuan muda Phillips, Eva langsung berlari terbirit-birit masuk ke kamarnya dan mengunci pintu balkonnya rapat-rapat. Ia tidak mau kalau majikannya itu tahu bahwa Ia sedang memperhatikannya dari teras balkon kamarnya. Meskipun sebenarnya Ia sudah tertangkap basah.

Dengan sedikit terburu-buru, Eva membuka tirai yang menutupi pintu balkonnya. Eva ingin melihat seberapa deras hujan pagi ini. Namun, Eva harus menelan kekecewaan karena seluruh kaca pintu balkonnya tertutup oleh embun sehingga Ia sama sekali tidak bisa melihat hujan karena kabut tebal yang menutupi seluruh lantai dua manor Alastair. 

“Yah sayang sekali ... padahal aku ingin melihat seberapa deras hujan pagi ini.” Eva membuang napasnya kecewa, sebelum kemudian teringat bahwa hari ini adalah hari pertamanya bekerja di manor Alaistair. Ia harus segera mandi dan bersiap untuk melakukan tugasnya di manor Alastair ini, bukan malah asyik bersantai menikmati suara hujan.

...

Memutuskan untuk menggerai rambut ikalnya, Eva kemudian mengamati riasan wajahnya yang Ia buat se-sederhana mungkin. Tak ingin terlalu terlihat menor karena Ia takut akan mendapatkan kritik dari nenek Jane atau tuan muda Phillips.

Sudah cukup semalam Ia mendapatkan kritik pedas dari tuan muda Phillips tentang pakaian yang Ia kenakan saat acara makan malam kemarin. Ia tidak mau kalau sampai John menegurnya lagi karena laporan tuan muda Phillips.

Memandangi pantulan wajahnya di cermin Eva merasa ragu ketika akan menggunakan riasan di wajahnya. Dengan sedikit tidak yakin Ia membubuhkan bedak tipis dan mengoleskan lipbalm tanpa warna di bibirnya. Terakhir Eva menyapukan kuas bedak ke seluruh wajahnya untuk meratakan bedak sekaligus agar membuat bedaknya tidak terlalu tebal menempel di wajahnya.

Melihat hasil riasannya di cermin, Eva yakin bahwa riasan wajahnya kali ini seharusnya tidak terlihat menor sama sekali. Kalau sampai dalam taraf ini Ia masih dikritik oleh tuan muda Phillips karena berdandan terlalu menor, maka Ia akan berjanji dengan dirinya sendiri Ia tidak akan menggunakan riasan wajah lagi. Ia akan membiarkan kulit wajahnya tidak tertutupi bedak dan bibirnya akan Ia biarkan kering tanpa bantuan lipbalm. Setelah Ia merasa siap untuk memulai hari pertamanya bekerja hari ini di manor Alastair, Eva kemudian berjalan perlahan menuju ke pintu besar yang berada di kamar barunya itu.

Krieeettt

Eva dengan hati-hati mendorong pintu kamarnya. Ia menepuk dahinya keras ketika menyadari bahwa usahanya untuk tidak menarik perhatian itu ternyata tak membuahkan hasil, karena pintu berbahan kayu tersebut malah menimbulkan bunyi yang cukup nyaring dan cukup mencuri perhatian. Eva jadi takut jika suara pintu kamarnya ini bisa membangunkan seluruh penghuni manor Alastair.

“Astaga, kenapa pintu ini suarnya heboh sekali?” tanya Eva pada dirinya.

Melihat keadaan lorng yang sepi, Eva melongokkan kepalanya keluar pintu lalu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mengamati lorong panjang di depan kamarnya yang masih nampak kosong. Bersyukur dalam hati karena ternyata suara pintu kamarnya yang memekakan telinga itu tak membuat orang-orang di manor ini terbangun. 

Cling! Clang!

Tap! Tap! Tap!

Eva berjalan mendekat ke ujung tangga dan menjulurkan kepalanya ke bawah. Samar-samar Ia dapat mendengar suara gemeletuk gelas dan piring yang saling berbenturan serta banyak langkah kaki di lantai bawah.

“Apa pelayan yang lain sudah mulai bekerja sepagi ini?” tanya Eva kepada dirinya sendiri. 

Seingat Eva, bahkan matahari saja belum muncul, bagaimana bisa ada suara segaduh ini di lantai bawah?

Karena terdorong oleh rasa ingin tahu, Eva segera melangkahkan kakinya untuk menuruni tangga. Namun baru dua anak tangga Eva lewati, langkah gadis berambut merah itu langsung terhenti. Kembali, hidungnya menangkap aroma minyak wangi yang tak lagi asing baginya. Aroma minyak wangi mahal dari tuan muda Phillips.

“Bau minyak wangi ini lagi?”

Aroma yang sama seperti yang semalam Ia sempat hirup ketika tengah berbicara dengan John di ruang tamu ketika pertama kali Ia datang ke manor Alastair ini. Eva dengan cepat menolehkan kepalanya ke segala arah untuk mencari sumber bau minyak wangi sangat menyengat yang baru saja Ia hirup. 

“Aneh. Tidak ada siapa-siapa di sini. Lalu dari mana datangnya bau minyak wangi ini? Biasanya tuan muda Phillipslah yang akan muncul kalau bau minyak wangi ini sudah mulai tercium,” reflek Eva mengangkat kedua lengannya dan mengendus ketiaknya sendiri. Ia berpikir barang kali bau itu bersumber dari dirinya sendiri. Yang mana itu sama sekali tidak mungkin. Karena Eva memang tidak pernah menggunakan wewangian apapun termasuk parfum. Paling mentok Ia hanya mengandalkan sabun batangan yang Ia gunakan untuk menutupi bau keteknya.

Beep! Beep!

“Astaga bikin kaget saja “Eva nyaris mengumpat karena terlalu kaget dengan getar ponsel yang ada di dalam saku celananya. Mungkin Ia memang harus menghilangkan mode getar di ponselnya agar Ia tidak mudah kaget seperti ini.

Eva memang sudah biasa dengan suasana hening ketika bekerja di perpustakaan, tapi hening dan hawa aneh di manor Alastair ini terasa berbeda. Bukan sekali dua kali Eva mendengar ada hantu di perpustakaan tempatnya bekerja dulu, maklumlah Ia bekerja di perpustakaan bekas rumah sakit jiwa yang telah lama kosong. Tapi lagi-lagi di manor Alastair ini nuansa kengeriannya benar-benar berada di level yang berbeda. 

Dengan mata yang masih waspada melihat ke sekitarnya, Eva membuka kunci ponselnya dan menemukan bahwa John kembali mengiriminya pesan. Melihat itu, suasana hati Eva langsung buruk. Pasalnya, dari awal John pertama kali mengiriminya pesan sampai yang kedua dan yang ketiga kali, semuanya adalah berita buruk untuk Eva. Maka dari itu, untuk yang kali ini, sebenarnya Eva kurang lebih telah menduga apa isi pesan dari John untuknya.

From : John

Nona Eva kalau kau sudah bangun jangan celingak-celinguk di tangga. Cepat turun dan lakukan pekerjaanmu dengan baik. Tuan muda Phillips paling tidak suka dengan pegawai yang di hari pertamanya bekerja malah malas-malasan seperti mu! 

Ps. Untuk kali ini pastikan dandannanmu akan disukai tuan muda Phillips. Good luck.

Lihat selengkapnya