“Apa yang bisa aku bantu?”
“Hem ...” beberapa di antara mereka sempat bertukar pandang sebentar sebelum kemudian menatap Eva dengan penuh harap.
“Aku melihatmu berbicara dengannya saat makan malam kemarin. Dia terlihat cukup akrab denganmu. Bisakah kau pergi ke kamarnya dan menanyakan menu sarapan pagi ini?”
“Cukup akrab? Oh ayolah, kami hanya duduk di satu meja bersama. Di mana letak akrabnya?“ batin Eva dalam hati. “Wajah tuan muda Philips dingin begitu, pasti sulit untuk akrab dengannya.”
“Eva? Kau mendengarkanku atau tidak? Tolong tanyakan menu sarapan pagi ini kepadanya. Kau satu-satunya di antara kita smeua yang bisa melihat keberadaannya dan berbicara padanya. Oke?”
“Menanyakan menu sarapan? Mengapa kalian tidak menanyakannya sendiri pada tu-“
“Ssshhttt!!” Paul segera membungkam mulut Eva dengan telapak tangannya yang besar dan kapalan. Eva yakin kalau Paul adalah tukang kebun atau tukang bangunan di manor ini. Wajah pucat Paul terlihat semakin panik ketika dari area luar dapur terdengar suara derat langkah kaki.
Tuk
Tuk
Tuk
Tuk
Hening
Menit berlalu. Suara derap langkah kaki itu pun terdengar semakin menjauhi area dapur. Membuat Eva dan delapan palayan lainnya menghembuskan napas mereka lega. Bersyukur tidak ada siapa-saipa yang memasuki area dapur.
“Huft... aku pikir dia akan masuk ke dapur dan menakut-nakuti kita lagi,” celetuk Paul seraya melepaskan bekapan tangannya di mulut Eva.
“Apa itu tadi tu- maksudku seseoran yang kalian takut-takuti?”
“Iya itu adalah dia yang selalu menakut-nakuti kita. Betul dia adalah yang kami maksud. Dia biasa mondar-mandir di area dapur seharian dan terkadang Ia muncul untuk menakut-nakuti kami semua,” Tress menjawab seraya menganggukkan kepalanya pelan, wajah cantiknya terlihat seputih kapas, pucat pasi.
Masih terlihat ketakuan Ia pun melanjutkan,“biasanya setiap pagi kami semua berkumpul di sini untuk bermain ouija. Tujuannya agar kami bisa bertanya makanan apa yang dia inginkan untuk menu sarapan, makan siang, dan makan malam nanti. Tapi biasanya roh lain yang tinggal di manor ini yang iseng menjawab pertanyaan kami, dan akhirnya kami salah membawakan menu makanan pada dia. Oleh sebab itu, ketika Ponie melihatmu semalam berkomunikasi dengannya semalam kami sepakat untuk meminta bantuanmu saja untuk menanyakan secara langsung padanya perihal menu sarapan, makan siang, dan menu makan malam.”
Eva terdiam mendengar penjelasan panjang lebar dari Tress. Eva merasa ada yang janggal dengan penjelasan yang diberikan Tress. Eva merasa semalam Ia tidak banyak mengobrol dengan tuan muda Phillips. Yang Eva ajak bicara itu adalah nenek Jane bukan tuan muda Phillips atau ‘the heir’ yang mereka maksud.
Mungkin mereka salah paham. Mereka pasti mengira bawa Eva telah banyak bicara dengan tuan muda Phillips, padahal pada kenyatannya Eva hanya dibentak-bentak oleh tuan muda Phillips. Oke, Eva mengerti, mungkin para pelayan di manor ini memang dalam fase putus asa.
“Tapi ak-“
“Eva. Tolonglah. Kau satu-satunya harapan kami. Yang perlu kau lakukan hanya pergi ke kemarnya, mengetuk pintunya perlahan, kemudian menunggunya untuk keluar. Biasanya jika suasana hatinya sedang baik, dia akan keluar dengan wajah aslinya dan akan menjawab pertanyaan mu tanpa menakut-nakutimu,” kali ini Ponie berkata seraya menyatukan kedua telapak tangannya bermaksud memohon pada Eva yang masih terlihat ragu dengan tugas yang diberikan padanya.
“Oke. Aku akan melakukannya demi kalian. Tolong doakan agar aku bisa selamat dan sukses menjalankan misi ini.” Kali ini Eva mengepalkan tangannya di depan dadanya dan mengucapkan kalimatnya dengan nada yang bersungguuh-sungguh.
Para pelayan di manor Alastair ini sekarang adalah keluarga barunya. Ia akan membantu sebisa yang Ia bisa, kalau pun itu haru mengorbankan banyak hal, maka Ia tidak akan mempermasalahkan itu.
Mendengar jawaban Eva, semua pelayan di ruangan itu pun bersorak senang.
“Terima kasiih Eva. Kami sangat berterima kasih denganmu! Aku akan membuatkan makanan kesukaanmu sekarang. Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini?”tanya Ponie dengan nada riang yang nampak berbinar.
“Tolong tidak usah repot-repot. Aku senang bisa membantu kalian. Sungguh.”
“Bagaiamana kalau roti isi?” tanya Matt kali ini.
“Oh tentu saja. Aku suka roti ini.” Jawab Eva akhirnya. Ia tidak tega jika harus mengatakan tidak pada para pelayan yang terlihat begitu menghargai bantuan kecilnya ini.
“Dengan ikan salmon? Atau kau mau daging gepeng?”
“Ikan salmon tidak masalah.” Eva tersenyum melihat Matt dan Ponie yang langsung ke area pantry dan menyiapkan roti isi untuknya.
“Huft, sepertinya ini adalah tugas yang sangat berat untukku. Mereka terlihat bersemangat sekali padahal aku belum tentu berhasil. Tapi aku berjanji, aku tidak akan mengecewakan mereka. Semoga beruntung diriku!” batin Eva dalam hati seraya berjalan keluar area dapur meninggalkan delapan pelayan lain yang menatapnya dengan penuh harap.
...
Eva menelusuri lorong yang sama, yang semalam Ia lewati ketika mengantar nenek Jane ke kamarnya. Menurut informasi yang Eva dapat dari para pelayan tadi, kamar tuan muda Phillips yang berada di lorong yang sama dan kamar nenek Jane.