My Boyfriend Is A Ghost

zozozo 🌷🌷🌷🌷🌷
Chapter #8

Breakfast

“Ternyata tuan muda Phillips hanya perlu digertak.”

Menyadari hal itu, Eva semakin menguatkan tekadnya untuk bekerja dengan sungguh-sungguh di manor Alastair dan tidak akan menggoyahkan tekadnya hanya karena seorang hantu yang menyebalkan. Karena Ia tahu sosok renternir yang selalu menagih utang padanya jauh lebih menakutkan dari pada tuan muda Phillips yang hanya bisa menggertaknya saja.

Dengan langkah ringan Eva kembali memasuki area dapur mewah manor Alastair. Sesuai dengan dugaannya, ke delapan pelayan di manor Alastair itu kini terlihat tengah menunggu kedatangannya. Mereka semua berdiri berjajar dengan wajah penuh harap-harap cemas menanti kabar berita dari Eva.

“Jadi bagaimana Eva? Apakah kau berhasil? Apakah kau berhasil menanyakan menu sarapan untuk ‘the heir’ makan pagi ini?” tanya Ponie yang nampak resah.

Eva menganggukkan kepalanya cepat sembari mengangkat kedua jempol tangannya ke atas. “Mulai sekarang kalian tidak perlu khawatir jika dia akan menjahili kalian lagi, dan tentang menu makanan, dia juga sudah berjanji untuk tidak akan rewel lagi. Kalian bisa menyajikan menu makanan apa saja selama itu masih enak untuk dimakan, maka dia akan dengan senang hati menerimanya,” jawab Eva panjang lebar. 

“Ahhh ... syukurlah kalau begitu Eva. Aku jadi senang dan lega setelah mendengarnya,” respon Ponie lalu menghembuskan napasnya lega. Satu tangannya berada di pinggang dan tangannya yang lain mengelus dadanya. Ponie dan ke tujuh pelayan yang lain terlihat sangat lega dengan kabar baik yang Eva sampaikan pada mereka. “Terma kasih Eva. Kau sangat membantu. Maaf kalau hari pertamamu bekerja di sini harus direpotkan oleh kami. Itu semua terjadi karena kami sudah tidak tahu lagi harus minta tolong kepada siapa. Kau adalah satu-satunya harapan kami.”

Eva mengibaskan telapak tangannya perlahan di depan wajahnya. “Tidak-tidak kalian sama sekali tidak merepotkan. Aku senang sekali jika bisa membantu kalian semua,” balas Eva karena merasa tidak enak pada ke delapan pelayan yang baru saja Ia kenal itu.

Meskipun tadi Eva sampai harus sedikit adu mulut dengan tuan muda Phillips, tapi setelah melihat ekspresi lega dari ke delapan pelayan di manor ini, Eva pikir itu sepadan. Lagi pula tadi Eva memang sebetulnya tidak banyak membantu karena nenek Janelah yang menolong Eva untuk bertanya pada tuan muda Phillips yang jelas-jelas mengacuhkan kehadiran Eva.

“Baiklah kami akan mulai bekerja lagi. Kau tunggu di sini dan habiskan sarapanmu Eva.” Matt berjalan mendekat ke arah Eva lalu berdiri di belakangnya. Tangan besarnya kemudian berada di pundak sempit Eva dan mendorong pelan Eva agar mendekat ke arah kitchen island yang berada tepat di tengah-tengah area dapur. “Roti isi salmon hanya untukmu yang telah mau repot-repot membantu kami, orang-orang yang menyedihkan ini.” 

“Wow ini terlihat sangat enak. Terima kasih banyak Matt!” seru Eva senang. 

Eva memang tidak salah mengira bahwa orang-orang ini adalah orang baik. Bukankah sangat menyenangkan mendapatkan menu sarapan seperti ini setiap hari? Meskipun Ia harus menggantinya dengan berkomunikasi dengan hantu sekalipun.

“Baik semua! Kembali bekerja!” Matt menepuk kedua telapak tangannya sebanyak dua kali. Memberi aba-aba kepada para pelayan yang lain untuk bergegas dan mulai bekerja. “Eva habiskan sarapanmu, oke?”

Eva tersenyum senang membalas permintaan Matt. Tentu saja Ia akan menghabiskan roti isi yang terlihat enak ini. 

Ponie, Liam, Tress, Ash, Paul, Merine, dan Helen segera berpencar untuk melakukan tugas mereka masing-masing. Ponie terlihat bergegas menyalakan kompor, menyiapkan dua wajan kecil di atasnya lalu menuangkan minyak zaitun secukupnya di satu wajan dan meletakkan sedikit mentega di wajan yang satunya. Sepertinya Ponie akan mulai memasak menu sarapan untuk keluarga Alastair.

 Di sisi dapur yang lain, Matt dengan sangat hati-hati memotong jamur dan beberapa sayuran untuk Ia dijadikan sup. Tress menyiapkan susu dan jus dari buah-buahan segar, sementara Hellen terlihat tengah sibuk mengambil croissant dari dalam oven

Sembari menunggu sarapan untuk nenek Jane siap, Eva memutuskan untuk memulai ritual sarapannya dengan menarik salah satu kursi di depannya dan duduk menghadap ke meja lebar yang terletak tepat di tengah dapur besar itu. Eva memperhatikan lagi roti isi yang sudah tersaji di hadapannya.

Roti isi salmon itu nampak terbungkus kertas kue berwarna cokelat. Selain mendapatkan roti isi salmon, Eva juga mendapatkan buah apel yang telah di iris tipis dan tertata rapi berjajar di piring keramik berwarna putih bermotif bunga.

Eva menggigit roti isinya sembari mengamati para pekerja lainnya seperti Liam dan Paul yang sedang sibuk mondar-mandir sembari membawa perlengkapan untuk berkebun. Tangan kanan mereka membawa satu keranjang penuh berisi alat-alat untuk berkebun seperti cangkul, mini skop, gunting rumput, sarung tangan, alat penyiram tanaman, dan masih banyak lagi sedangkan tangan kiri mereka membawa satu keranjang penuh berisi bibit-bibit tanaman dan pot bunga kecil yang sepertinya akan mereka tanam pagi ini.

“Hujan-hujan begini apakah kalian juga masih harus berkebun?” tanya Eva penasaran. Ia sudah pernah menyaksikan sendiri bagaimana tuan muda Phillips bersikap begitu dingin kepadanya, maka dari itu, Eva juga sebenarnya yakin kalau tuan muda Phillips akan setega itu menyuruh para pekerjanya untuk berkebun di cuaca hujan begini.

“Ah kami akan menggunakan payung ke greenhouse. Lalu bekerja di dalam ruangan sepanjang hari, kau tidak usah khawatir Eva, kami sudah sering bekerja di cuaca yang ekstrim seperti sekarang ini,” jawab Liam lalu menunjukkan dua buah payung berwarna hitam kepadanya yang ternyata sedari tadi terapit di bawah lengan kirinya.

Lihat selengkapnya