My Boyfriend Is A Ghost

zozozo 🌷🌷🌷🌷🌷
Chapter #9

My Boss Is A Ghost?

“Eum ...” 

Bau harum minyak wangi itu lagi. Minyak wangi milik tuan muda Phillips yang baunya sudah Eva hafal.

Eva yakin tuan muda Phillips pasti juga sedang duduk di meja makan ini. Kemudian manik mata Eva mencari-cari keberadaan tuan mudanya itu. Benar dugaan Eva tuan mudanya itu kini terlihat sedang duduk di kursi paling ujung di meja makan. Masih dengan pakaian yang sama, kemeja berwarna cokelat muda dipadu padankan dengan rompi berbahan rajut berwarna senada, tuan muda Phillips terlihat sedang meminum jus berwarna merah pekat. Jus yang sama seperti yang semalam Ia minum. Jus yang Eva curigai adalah darah segar.

Eva masih mendorong kursi roda nenek Jane agar lebih dekat lagi dengan meja makan. Tapi pandangannya sama sekali tak lepas dari minuman berwarna merah pekat itu.

Seingatnya tadi ketika Eva berada di dapur Tress hanya menyiapkan susu putih untuk nenek Jane dan jus jeruk untuk tuan muda Phillis, lalu kenapa jus itu sekarang berubah menjadi merah? Pasti ada yang tidak beres.

“Eva?” 

Tangan dingin dan pucat milik nenek Jane tiba-tiba menyentuh tangan Eva yang masih berada dipegangan kursi roda. Membuat gadis itu berjingkat kaget.

Eva sedikit membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan nenek Jane. “Iya nenek Jane?” tanya Eva canggung karena kini tuan muda Phillips juga ikut-ikutan memperhatikannya. 

“Kau ingin terus mendorongku sampai menembus meja? Atau kau ingin segera menyuapiku sarapan pagi?” tanya nenek Jane lalu terkekeh dan menyentuh pipi Eva dengan tangannya yang masih sedingin es.

Eva membalas sentuhan nenek Jane dengan menggengam tangan nenek berusia lanjut itu. Apa nenek Jane masih kedinginan? Eva sudah memakaikan baju paling tebal yang bisa Ia temukan di dalam lemari kamar nenek Jane. Lalu kenapa tangannya masih sedingin ini? Tadi pagi Ia sudah memandikannya dengan air hangat juga, tapi kenapa suhu tubuhnya masih belum hangat? Eva berpikir apakah sebaiknya Ia pergi ke kamar nenek Jane lagi dan mengambil selimut untuk nenek Jane.

“Aku tidak perlu selimut. Aku baik-baik saja.” Suara halus nenek Jane kembali membuat Eva kaget.

Dari mana nenek Jane tahu bahwa Eva ingin mengambilkan selimut untukya?

“Dari mana nenek Jane tahu aku ingin mengambilkan selimut untuk nenek?” karena rasa penasaran akhirnya Eva pun bertanya pada nenek Jane.

“Apa? Nenekku kedinginan? Kau ini bagaimana! Seharusnya ketika keluar kamar, hal pertama yang harus kau lakukan adalah memastikan kalau nenek ku tetap hangat. Apalagi di cuaca dingin seperti sekarang ini. Kau ini perawat yang sangat teledor!” 

Untuk pertama kalinya Eva mendengar tuan muda Phillips berbicara sepanjang itu dengannya. Ups, lebih tepatnya Eva sedang dibentak-bentak oleh tuan muda Phillips.

“Iya tuan muda Phillips aku minta maaf. Aku akan segera mengambilkan selimut untuk nenek Jane,” Eva harus mengakui bahwa kali ini Ia sangat ceroboh karena tidak memperhatikan keadaan nenek Jane yang mungkin kedinginan di tengah cuaca hujan seperti saat ini.

“Sudahlah Phillips tidak usah marah-marah begitu pada Eva. Kau ini seperti tidak tahu saja kalau nenek sering kedinginan seperti ini meskipun di cuaca yang sedang panas sekalipun.”

“Tapi tetap saja nek,” tuan muda Phillips berdiri dari posisi duduknya lalu berjalan cepat ke ujung ruangan dan membuka lemari kayu dan mengambil dua buah selimut yang terbuat dari bahan rajut. Masih dengan langkah cepat, tuan muda Phillips mendekat ke arah nenek Jane lalu menyelimuti tubuh ringkih itu.

Melihat itu, Eva sempat terkagum dengan sikap tuan muda Phillips yang terlihat sangat menyayangi neneknya itu. Meskipun Ia adalah hantu tapi ternyata Ia masih memiliki perasaan sayang yang kuat kepada neneknya. Tak heran setelah mati pun, tuan muda Phillips masih betah bergentayangan di sekitar manor Alastair ini. Mungkin tuan muda Phillips tak mau meninggalkan nenek Jane sendirian di manor sebesar ini, apalagi orang tua tuan muda Phillips sedang tidak berada di kota MidWare untuk saat ini.

“Apa lihat-lihat? Cepat suapi nenek!” suara lantang tuan muda Phillips kembali memarahi Eva.

Dengan sedikit gelagapan Eva segera mengambil kursi di dekatnya dan duduk menghadap ke nenek Jane. “Aku akan menyuapi nenek Jane segera tuan muda Phillips.”

Tuan muda Phillips hanya mendengus kesal dan menajamkan tatapannya pada Eva. Jika tatapan tuan muda Phillips saat ini kepada Eva bisa mengeluarkan laser, Eva yakin sekarang tubuhnya sudah terbelah menjadi dua bagian.

Menanggapi respon yang jauh dari kata ramah itu, Eva buru-buru mengambil mangkuk berisi sup jamur yang tersaji di nampan yang terletak di atas meja makan. Tangan kurusnya kemudian dengan cekatan mengaduk sup kental itu dengan sedikit terburu-buru, memastikan sudah tidak terlalu panas dengan meniupnya perlahan Eva lalu menyuapkannya pada nenek Jane yang terlihat sangat antusias dengan menu sarapan pagi ini.

Sebelum sup jamur itu sampai ke mulut nenek Jane, wanita tua itu menolehkan kepalanya ke arah tuan muda Phillips dan memarahinya dengan nada lembut. “Phillips sudah jangan menakut-nakuti Eva seperti itu. Nanti kau akan merepotkan John lagi untuk mencari penggantinya. Ingat tidak banyak orang yang mau bekerja di manor ini dan memiliki majikan seorang hantu.”

Mendengar penuturan nenek Jane itu membuat Eva lantas terkejut, ternyata nenek Jane sangat sadar betul bahwa cucunya itu adalah seorang hantu. Tak hanya Eva yang sepertinya kaget dengan pernyataan nenek Jane, tuan muda Phillips juga mengeluarkan ekspresi yang sama seperti Eva. Laki-laki bertubuh tinggi itu sampai terduduk kembali di kursinya seraya menatap tak percaya pada nenek Jane.

Eva berusaha mengabaikan apa yang baru saja nenek Jane katakan. Tangannya dengan telaten menyuapi nenek Jane dengan sup jamur yang sudah tinggal separuh itu. Untuk ukuran wanita seusianya, nenek Jane masih terlihat sangat lahap dan memiliki nafsu makan yang cukup tinggi.

Bahkan sesekali nenek Jane menunjuk croissant yang masih menganggur di nampan yang berada tepat di depannya. Eva dengan cekatan pula langsung mengiris roti bertekstur lembut itu dengan pisau dan menyuapi nenek Jane yang langsung menyantapnya dengan senyum yang tersungging di bibirnya.

Terlalu berkonsentrasi dengan pekerjaannya, Eva sampai tidak menyadari bahwa kursi yang tadi diduduki oleh tuan muda Phillips itu kini telah kosong. Eva mengamati makanan yang tertata di atas nampan milik tuan muda Phillips yang masih terlihat utuh dan sama sekali tidak tersentuh. Namun, minuman berwarna merah pekat yang Eva curigai adalah darah itu sudah habis dan hanya menyisakan gelas yang kosong dengan sedikit sisa bercak kemerahan yang masih menempel di gelas kaca itu.

Nenek Jane mengamati Eva yang sedang memperhatikan kursi kosong yang baru saja duduki oleh cucunya itu. “Eva, tolong maafkan Phillips ya? Di memang sangat over protektif terhadapku. Sejak kecil aku yang merawatnya di manor ini. Orang tuanya sibuk berpergian ke luar negeri, dia jadi sama sekali tidak bisa lepas dariku bahkan semenjak kejadian buruk beberapa bulan yang lalu.”

Eva merasa tak enak hati. Sudah tentu hal yang lumrah baginya jika mendapatkan teguran kurang menyenangkan dari majikannya itu. Ini juga bukan hal yang pertama kali Ia hadapi sepanjang hidupnya. Terlebih beberapa kali memang Evalah penyebab mengapa Ia harus mendapatkan teguran dari tuan muda Phillips.

“Tidak nenek Jane, tuan muda Phillips benar. Aku memang terkadang bertindak ceroboh. Justru aku yang harus berterima kasih karena diingatkan oleh tuan muda Phillips. Asalkan aku tidak dipecat saja aku sudah sangat senang neknek Jane. Sungguh.”

Lihat selengkapnya