Eva berhenti di depan persimpangan lorong. Ia tahu letak kamar nenek Jane dan tuan muda Phillips ada di lorong sebelah kanan di dekat dapur, dan lorong itu memiliki ujung yang buntu. Oleh sebab itu, sekarang Ia memilih untuk mengambil langkah dengan memasuki lorong yang berada di sebelah kirinya. Berharap lorong itu akan membawanya pada nenek Jane.
Melewati empat kamar yang tertutup, Eva kemudian menemukan pintu besar nan menjulang. Pintu kaca bergaya Prancis berwarna putih dengan tirai yang menjuntai dari langit-langit atap dan menutupi seluruh pemandangan pintu yang Eva tebak mengarah ke halaman samping manor Alastair.
Eva mencoba membuka pintu besar itu, memutar pegangan pintu yang lagi-lagi benbentuk kepala singa yang tengah menganga ke arahnya. Meski dengan sedikit kesulitan karena harus membawa nampan di kedua tangannya, namun dengan cekatan Eva berhasil menutup pintu itu kembali dan berhasil menemukan teras samping yang nenek Jane maksud.
Teras yang didominasi dengan warna putih itu disangga oleh dua buah pilar berukuran raksasa yang menyambung ke lantai dua. Seluruh sisi teras dihiasi dengan pot besar dengan berbagai bunga warna-warni di dalamnya. Sebuah ayunan menggantung di atap sebelah kiri, sedangkan di sini kanan terdapat sofa berbentuk huruf L serta meja bundar kecil dengan vas bunga berisi mawar merah di dalamnya.
Menyapukan matanya ke kanan dan ke kiri, Eva sama sekali tidak menemukan keberadaan nenek Jane atau pun tuan muda Phillips.
“Kemana nenek Jane dan tuan muda Phillips?” tanya Eva dalam hati.
Takut teh melati di nampannya akan segera dingin, Eva kembali melanjutkan perjalanannya. Menuruni tiga undakan tangga Eva menapakkan sepatu lusuhnya pada jalanan berbatu yang telah diratakan agar mudah dilewati dan tidak melukai kaki siapa pun yang lewat di atasnya. Jalanan setapak itu menuju ke sebuah ruangan terbuka yang berbentuk bulat dengan sebuah atap yang melindunginya dari cahaya matahari atau pun air hujan.
Ternyata nenek Jane dan tuan muda Phillips telah menunggunya di dalam bangunan kecil itu. Eva akhirnya memutuskan untuk mempercepat langkahnya menuju bangunan indah tersebut.
Selama di perjalan, Eva tidak bisa membohongi dirinya sendiri, pemandangan di sekitarnya benar-benar membuatnya takjub. Di kanan dan kiri jalan setapak yang Eva lewati tersaji hamparan rumput hijau luas yang ujungnya berbatasan dengan hutan pinus, hutan yang kemarin sore Eva lalui bersama sopir taksi ketika akan menuju ke manor ini.
“Eva!” suara keras memanggilnya dari dalam bangunan berbentuk bundar itu.
Mendengar teriakan nyaring itu Eva hanya mendesah pelan dan menambah kecepatan langkahnya, Ia tahu suara itu pasti berasal dari tuan muda Phillips. Dia pasti tidak senang melihat Eva yang asyik menolehkan kepalanya ke sana ke mari dan malah menikmati pemandangan di luar manor Alastair.
Ia pun akhirnya tiba di depan bangunan berbentuk bulat tersebut. Setelah kembali menapaki beberapa undakan tangga, Eva langsung disambut dengan nenek Jane yang tersenyum senang ke arahnya.
“Eva, akhirnya kau datang juga,” sambut nenek Jane setelah melihat Eva masuk ke dalam bangunan berbentuk bulat tersebut.
Melihat itu, Eva membalas senyum nenek Jane.
“Iya nek, maaf tadi aku tidak tahu jalan kemari.”
“Ck.” Suara decakan pelan keluar dari bibir tuan muda Phillips.
Eva nyaris tidak mendengarnya namun gadis berusia dua puluh tiga tahun itu tidak tuli. Eva memang tidak memiliki pendengaran ultrasonik atau semacamnya, tapi Ia masih bisa mendengar dengan jelas tuan muda Phillips baru saja berdecak kepadanya. Karena tuan muda Phillips memang berdecak dengan cukup keras seolah-olah memang memastikan agar Eva dapat mendengarnya.
Eva berusaha keras mengabaikan sikap dingin tuan mudanya itu dan sepertinya usahanya kali ini membuahkan hasil. Tuan muda Phillips kini tak lagi menatapnya dingin, laki-laki bertubuh tinggi itu berbalik dan duduk di pagar pendek yang mengelilingi bangunan bulat ini. Dengan kedua tangan yang terlipat di dadanya, lagi-lagi Eva dibuat terpesona dengan kharisma yang memancar di sekitar tuan muda Phillips. Benar-benar mirip seperti model di majalah-majalah yang selama ini Eva baca ketika Ia bekerja di perpustakaan. Wajahnya tampan dan tubuhnya memiliki postur yang bagus.
Pandangan Eva dan tuan muda Phillips kemudian bertemu. Eva dengan panik langsung membuang pandangannya ke arah nenek Jane yang masih tersenyum ke arahnya.
“Pemandangannya apa sebagus itu Eva? Sampai kau tidak konsetrasi begitu?” tanya nenek Jane dengan nada yang terdengar seperti sedang menggoda Eva.
Eva yang tahu bahwa Ia telah tertangkap basah memperhatikan tuan muda Phillips mengerti apa yang nenek Jane maksud dengan pertanyaannya. Wajah Eva memerah. Gadis itu bisa merasakan bahwa nenek Jane dan tuan muda Phillips sedang menunggu jawaban darinya.
“Ak- aku jarang melihat taman seluas ini nenek Jane. Di kota tempatku tinggal hanya ada banyak bangunan tinggi saja.”
“Ah begitu ternyata. Aku kira tadi kau sedang memperhatikan cucuku,” jawab nenek Jane cuek lalu menunjuk pada meja kecil yang terletak tak jauh dari tempat Eva berdiri. “Kau bisa meletakkan nampanmu di meja kecil itu.”
“Tidak nek! Aku rasa taman lebih menarik dari cucu nenek,” jawab Eva dengan sedikit memelankan nadanya di kalimat terakhir.
“Ah Eva kau ini bisa saja hahaha,” balas nenek Jane tertawa mendengar jawaban dari Eva.
Eva meletakkan nampan di tangannya pada meja yang tadi ditunjuk oleh nenek Jane. Tangannya kemudian mengangkat piring kecil pada cangkir teh beraroma melati itu dan memberikannya pada nenek Jane.
“Apa tadi kau tersesat saat akan kemari?”
“Iya nek, aku belum mengetahui di mana saja ruangan yang ada di manor ini,” jawab Eva sembari membantu nenek Jane untuk meminum teh hangat di tangannya..
Setelah selesai, nenek Jane menyerahkan kembali teh itu kepada Eva dan mengatakn sesuatu yang otomatis membuat cucu laki-lakinya itu kesal, ”Eva, kalau kau mau, nanti setelah makan malam cucu kesayanganku Phillips dengan senang hati bisa mengajakmu berkeliling manor Alastair.”
“Nenek!” pekik tuan muda Phillips terdengar tak suka dengan gagasan dari nenek Jane. Meski tidak sampai menaikkan suaranya pada wanita itu. Tapi Eva tahu sekali bahwa sekarang tuan muda Phillips pasti sedang menahan amarahnya.
Bertatapan dengan Eva saja sudah membuat emosi tuan muda Phillips naik sampai ke ubun-ubun, bisa dibayangkan kalau sampai tuan muda Phillips harus menemani Eva berkeliling manor Alastair, bisa-bisa tuan muda Phillips terkena stroke ringan karena hal itu.