“Kenapa kau terlihat kaget dan ketakutan seperti itu? Seperti habis melihat hantu saja!” bentak tuan muda Phillips setelah melihat air muka Eva yang pucat.
“Tu- tuan muda Phillips, bagaimana bisa ada nama nenek Jane di batu nisan ini?”
Tuan muda Phillips memutar matanya malas menanggapi pertanyaan Eva. “Tentu saja ada nama nenek di sana. Nenek Jane memang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu!”
“Hah apa? Nenek Jane sudah meninggal? Lalu siapa yang seharian ini aku temani?”
Sepotong demi sepotong ingatannya mengenai semua kegiatan yang Ia lakukan bersama nenek Jane kembali muncul di kepala Eva. Gadis itu masih mencerna kenyataan pahit yang baru saja menamparnya. Sementara tuan muda Phillips hanya memandanginya bingung.
“Jadi nenek Jane adalah seorang hantu?”
Tuan muda Phillips berbalik lalu menatap malas ke arah Eva yang masih terlihat kesulitan mencerna apa yang baru saja Ia lihat. Wanita tua yang dari semalam Ia temani dan rawat ternyata telah meninggal beberapa bulan yang lalu?
“Bukankah sudah sangat jelas kalau nenek adalah hantu?!” tanya Tuan muda Phillips bingung. Laki-laki itu merasa aneh dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Eva. “Kenapa wajahmu seperti itu? Sepanjang hari ini kau terlihat sama sekali tidak keberatan bersama dengan hantu? Kenapa sekarang kau terlihat terganggu dengan fakta bahwa nenek telah meninggal dunia?”
Eva masih terdiam di posisinya berdiri sekarang.
“Kau sudah tahu kan kalau nenek ku sudah meninggal beberapa bulan yang lalu?”
Eva menggelengkan kepalanya pelan, “yang aku tahu tuan muda Phillips lah yang telah meninggal dunia,” bisik Eva lirih.
“Apa? Bicara agak keras sedikit. Jangan bisik-bisik begitu!” bentak tuan Phillips pada Eva.
Mengumpulkan semua keberanian di dalam dadanya, Eva dengan susah payah menelan ludahnya sendiri lalu bertanya kepada laki-laki yang kini melipat kedua tangannya di depan dadanya dan melihat ke arahnya dengan pandangan malas. “Lalu di mana batu nisan anda, tuan muda Phillips?”
Kedua alis laki-laki tampan di depan Eva itu kini terlihat saling beradu. Mata berwarna abu-abu muda itu perlahan membesar setelah mencerna apa yang barus aja Eva tanyakan padanya, “apa kau baru saja bertanya di mana batu nisanku?!”
Eva menganggukkan kepalanya perlahan, “iya tuan.”
Eva tahu Ia sedang menggali kuburannya sendiri dengan bertanya seperti itu ke tuan muda Phillips. Tapi Ia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ia tidak ingin ada kebohongan lagi selama Ia bekerja di manor berhantu ini.
“Jangan mentang-mentang aku mau mengajakmu berkeliling lantas kau bisa kurang ajar begitu ya! Apa kau ingin aku cepat-cepat mati?!”
“Bu- bukan begitu tuan muda Phillips. Aku tidak bermaksud untuk menyuruh tuan muda Phillips untuk cepat-cepat meninggal,” Eva buru-buru mengoreksi tuduhan majikannya itu. “Aku hanya penasaran saja, dari semua batu nisan ini, di mana batu nisan milik tuan muda Phillips?”
“Apa aku terlihat seperti seorang yang sudah meninggal?” tanya tuan muda Phillips lalu menurunkan kedua tangannya dan menyembunyikan kedua telapak tangan dinginnya pada saku celananya. “Apa aku terlihat seperti hantu? Aku yakin di dunia ini tidak ada hantu setampan aku.”
Eva mengalihkan pandangannya pada wajah pucat milik tuan muda Phillips. Mata abu-abu tua milik tuan muda Phillips terlihat begitu indah, namun kosong. Bibir tebalnya yang nampak seksi juga terlihat pucat.
“After all wajah tuan muda Phillips memang terlihat seperti hantu,” Eva ingin sekali mengatakan hal itu pada tuan muda Phillips secara terang-terangan. Tapi Ia tahu kalau tuan muda Phillips tak akan segan-segan menghabisinya jika Ia berani berkata seperti itu pada tuan muda Phillips.
“Bagaimana? Apa aku terlihat seperti hantu? Tidak kan? Maaf kalau ini membuatmu kecewa, tapi aku belum meninggal!”
“Tapi mana mungkin jika nenek Jane sudah meninggal? Aku bersamanya seharian ini. Bahkan sejak semalam tuan. Mana mungkin aku tidak tahu kalau nenek Jane adalah seorang hantu?”
“Kau ini memang aneh, bagaimana bisa kau tidak menyadari dari awal kalau nenek Jane adalah seorang hantu, meskipun harus aku akui kau termasuk orang yang berani. Bahkan setelah mengetahui fakta tentang nenek yang ternyata sudah meninggal pun kau tetap biasa saja, tidak seperti perawat lain yang sudah kabur bahkan sebelum menemukan makam nenek Jane.”
Eva memandang laki-laki bertubuh tinggi di depannya dengan pandangan heran. Apa Eva tidak salah dengar, tuan mudanya itu terdengar seperti memujinya. Aneh.
“Yang aku lihat, kau justru terlihat kecewa karena mengetahui bahwa ternyata nenekku lah yang telah meninggal dan bukannya aku. Apa kau berharap menemukan batu nisan bertuliskan namaku di sini?”
Eva merasa tak enak hati. Sepertinya tuan muda Phillips salah menangkap ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Eva. Gadis itu benar-benar dibuat kaget dengan kenyatan bahwa nenek Jane lah yang ternyata selama ini adalah seorang hantu dan bukan tuan muda Phillips. Ia telah salah sangka selama ini.
Bodohnya Eva karena selama ini mengira tuan muda Phillips adalah sosok hantu yang selama ini para pekerja di manor ini gunjingkan.
“Maaf tuan muda Phillips, ini memang seratus persen kesalahanku. Aku yang terlalu percaya diri dengan menyimpulkan bahwa tuan muda Phillips adalah seorang hantu. Siapa suruh tuan muda Phillips bertingkah layaknya seperti hantu.”
“Apa!? Jangan tidak sopan dan berbicara yang aneh-aneh seperti itu tentangku! Bukan salahku kalau kau memiliki otak yang bodoh! Mana ada orang yang tidak bisa membedakan orang itu manusia atau hantu! Sudah jangan banya alasan! Kau seharusnya bilang dari awal kalau kau tidak suka denganku dan ingin aku mati saja!”
“Aku bertanya di mana batu nisan tuan muda Phillips murni karena aku salah paham mengira tuan muda Phillips sudah meninggal. Tidak ada hubungannya dengan aku menyukai keberadaan tuan muda Phillips atau tidak. Sekarang siapa yang bicara aneh-aneh?” batin Eva tak ingin kata-katanya malah tambah membuat tuan muda Phillips marah padanya.
“Iya tuan muda Phillips maafkan aku, aku tadi hanya salah paham saja. Lagi pula bukan salahku kalau aku mengira tuan muda Phillips adalah hantu yang bergentayangan di manor ini.”