“Ki- kita akan pergi ke mana tuan muda Phillips?”
Tetap melanjutkan langkah panjangnya, laki-laki bertubuh tinggi itu menjawab Eva dengan acuh, “jangan banyak bertanya! Kau akan menemaniku ke kota hari ini!”
“Hah?”
...
Eva berjalan cepat menaiki anak tangga menuju ke kamarnya di lantai dua. Gadis berambut merah itu terus masih mengulang-ulang kalimat terakhir yang diucapkan tuan muda Phillips padanya.
‘Kau akan menamaniku ke kota hari ini!’
Sebuah tanda tanya besar lalu muncul di kepala Eva.
“Apa tuan muda Phillips akan membawaku ke stasiun dan menyuruhku untuk pulang? Apa tuan muda Phillips benar-benar akan memecatku? Apa sebaiknya aku menyiapkan koperku? Astaga aku harus bagaimana? Tapi kalau aku terlalu lama berpikir dan tidak segera turun untuk menemui tuan muda Phillips, dia pasti akan memaharahiku.”
“Eva!”
Eva berhenti kemudian mengamati sekitarnya. Mencari siapa yang baru saja memanggil namanya. Matanya kemudian menangkap sosok laki-laki yang tengah melambai padanya.
“Eva tunggu!” teriak Paul dari bawah tangga.
“Paul? Ada apa?” Eva bertanya pada Paul yang sedang mengatur napasnya.
Paul setengah berlari menaiki anak tangga dan berhenti tepat di depan Eva. “Tuan muda Phillips saat ini sedang menyuruh Liam untuk mengeluarkan mobilnya, kata Liam kau akan menemani tuan muda Phillips untuk pergi ke kota? Apakah itu benar? Kau tidak dipecat kan Eva?”
Eva menggelengkan kepalanya pelan,” aku tidak tahu tuan muda Phillips akan memecatku atau tidak Paul. Dia hanya menyuruhku untuk memakai jaket yang lebih tebal dan menemuinya lima menit lagi di teras depan.”
“Tapi tuan muda Phillips tidak menyuruhmu untuk mengemasi kopermu kan Eva?”
Eva menggeleng lagi.
“Baiklah kalau begitu, mungkin tuan muda Phillips tidak akan memecatmu Eva. Tapi tetap kabari kami yang ada di manor ini jika sampai terjadi sesuatu padamu di jalan nanti. Sekarang lebih baik kau cepat menemui tuan muda Phillips di depan. Ia pasti sedang menunggumu saat ini. Mobil tuan muda Phillips juga akan siap sebentar lagi.”
Paul kemudian perlahan menuruni anak tangga dan berniat kembali untuk melanjutkan aktivitasnya yang sebelumnya Ia tinggal karena harus mencari keberadaan Eva.
“Paul!” Eva memanggil nama laki-laki yang usianya lebih tua darinya itu.
“Iya Eva, ada apa lagi?” tanya Paul menghentikan langkah kakinya.
Eva menghembuskan napasnya perlahan sebelum akhirnya menjawab, “kalau sampai malam ini aku belum pulang dan aku tidak memberi kabar pada kalian tolong hubungi polisi oke? Aku takut tuan muda Phillips akan membuangku ke jurang.”
Paul memandang Eva sejenak sebelum kemudian tersenyum pada Eva, senyum yang seolah-olah mengisyaratkan ‘semua akan baik-baik saja’.
“Tenang saja Eva, aku yakin tuan muda Phillips tidak akan sejahat itu padamu. Sekarang lebih baik kau bergegas menemui tuan muda Phillips.”
“Aku hanya takut saja,” balas Eva lirih.
“Aku rasa kau tidak perlu terlalu khawatir, lagi pula kalau kau sampai dibuang ke jurang, kau sudah menandatangani surat asuransi yang diberikan John padamu kan?” jawab Paul menggoda Eva.
“Paul jangan bercanda. Ini tidak lucu.”
“Hahaha... maaf-maaf aku hanya bercanda. Sudah cepat ambil jaketmu.”
Eva menganggukkan kepalanya. Menuruti perintah Paul padanya, Eva pun berpisah dengan Paul di tengah tangga, kaki rampingnya lalu bergegas memasuki kamarnya. Membuka satu-satunya lemari besar di ruangan itu lalu mengambil dua buah jaket yang Ia miliki. Mata birunya menimbang-nimbang jaket mana yang pantas Ia pakai dan tidak membuatnya malu di depan tuan muda Phillips.
Mensejajarkan kedua jaket usang itu di depan wajahnya, Eva memilih untuk mengenakan jaket yang Ia gunakan ketika pertama kali datang ke manor ini seminggu yang lalu. Paling tidak lubang yang ada di jaket itu tidak separah lubang yang ada di jaket lain yang Ia miliki, dan kancingnya hanya hilang dua biji. Bagaimana pun juga, jaket ini adalah jaket terbaik yang Ia miliki saat ini.
“Aku sudah berpikir sampai sekeras ini, semoga tuan muda Phillips tidak mempermasalahkan penampilanku kali ini.”
...