My Boyfriend Is A Ghost

zozozo 🌷🌷🌷🌷🌷
Chapter #17

Midware Downtown

Eva panik. Matanya bergantian melihat antara palang nama stasiun yang tertancap di atas pintu masuk stasiun dan majikannya yang sekarang sedang mematikan mesin mobil dan bersiap untuk turun.

“Tu- tuan muda Phillips untuk apa kita ke stasiun?” tanya Eva akhirnya. Tangan dingin gadis itu juga perlahan melepas sabuk pengaman yang menyilang di depan dadanya. 

“Stasiun?” tanya tuan muda Phillips lalu mengikuti kemana arah pandang Eva. “Ah! Kita bukan akan pergi ke stasiun. Kita akan pergi ke sana,” jawab tuan muda Phillips lalu menunjuk sebuah kedai sarapan yang berada di sisi jalan di depan stasiun Prum. “Di sana terkenal dengan waffle dan cokelat panasnya. Kita akan sarapan di sana.”

Tuan muda Phillips keluar dari dalam mobil terlebih dahulu tanpa menunggu Eva yang masih mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh majikannya itu. 

“Aku kira tuan muda Phillips akan pergi ke stasiun untuk memintaku pulang dna memecatku,” batin Eva dalam hati. 

Eva membuka pintu di sampingnya lalu menutupnya dan segera menyusul tuan muda Phillips yang sudah terlebih dahulu menyeberang jalanan sempit di depannya. Menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada kendaraan yang sedang melaju di jalanan beraspal itu, Eva pun akhirnya berhasil sampai di kedai sarapan yang tuan muda Phillips maksud.

Eva membuka pintu di depannya dan melangkahkan kakinya memasuki kedai sarapan bertema vintage itu. Mata Eva mencari-cari di mana keberadaan majikannya saat ini. Pasalnya, kedai sarapan yang terlihat biasa saja dari luar itu, ternyata penuh sesak oleh para pembeli.

“Ramai sekali di sini,” komentar Eva setelah melihat antrian di kasir yang mengular.

Meja dan kursi di kedai sarapan itu tidak banyak, jadi beberapa pembeli lebih banyak memilih untuk membungkus pesanan mereka. Sepertinya itu juga yang tengah dilakukan oleh majikannya yang kini sedang berdiri di depan meja kasir dengan papan bertuliskan ‘for take away’.

Eva berjalan menghampiri tuan muda Phillips lalu berujar pelan, “tuan muda Phillips duduk saja, biar aku saja yang mengantre di sini.”

“Ehm... tidak perlu. Kita menunggu di sini saja berdua. Sebentar lagi pesananku siap. Setelah ini, kita makan di dalam mobil dan melanjutkan perjalanan.”

Eva tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

 Sekilas Eva bisa melihat mata tuan muda Phillips yang menatapnya dengan pandangan yang sulit Ia artikan. Pandangan mereka sesaat beradu, tidak ada kebencian di sana. Eva buru-buru membuang pandangannya dan berpura-pura mengamati lantai kayu yang sedang Ia pijak. Sebenarnya tidak ada yang menarik dengan lantai kayu itu, tapi entah mengapa Eva tidak bisa mengangkat wajahnya yang tiba-tiba bersemu merah. Ia lebih baik pura-pura sibuk melihat lantai yang tidak kenapa-napa itu daripada matanya harus kembali beradu pandang dengan majikannya itu.

Lama mereka berdua berdiri di sana. Eva masih merasakan tuan muda Phillips masih terus memandanginya.

“Dua klasik waffle, dua kentang goreng BBQ, dan dua cokelat panas untuk dibawa pulang atas nama Phillips?” 

Sebuah suara nyaring yang berasal dari seorang wanita gemuk berusia sekitar empat puluh tahunan membuyarkan suasana kikuk di antara tuan muda Phillips dan Eva. Wanita yang Eva ketahui bernama Fany dari name tag yang terletak di dada kirinya itu tersenyum ke arah tuan muda Phillips dan menyerahkan sekantong kertas bewarna cokelat dan dua gelas plastik berisi cokelat panas kepadanya.

Eva buru-buru mendahului tangan majikannya itu dan dengan sopan merebut pesanan itu. “Biar aku saja tuan muda Phillips yang membawakannya ke dalam mobil.”

“Baiklah,” ucap tuan muda Phillips seraya menganggukkan kepalanya lalu memberikan isyarat pada Eva untuk keluar dari dalam kedai.

“Semuanya empat puluh dollars tujuh puluh lima sen tuan,” 

“Baiklah, terima kasih Fany,” balas tuan muda Phillips lalu mengeluarkan beberapa lembar dollar dari dalam dompet berbahan kulit miliknya.

Tak lupa, laki-laki berkulit pucat itu juga mengeluarkan bebrapa lembar dollar lagi dari dalam dompet dan memasukkan uang-uang tersebut ke dalam sebuah wadah yang terbuat dari kaca dan tertempel tulisan ‘tips’ di bagian tengahnya. Fany tersenyum melihat tips besar yang diberikan tuan muda Phillips padanya.

“Silakan mampir lagi lain waktu tuan Alastair!” seru Fany kepada tuan muda Phillips yang berjalan berdampingan dengan Eva keluar dari kedai.

Eva menolehkan kepalanya kembali ke arah kasir wanita yang terlihat sudah akrab dengan majikannya itu. Eva penasaran, apa memang tuan muda Phillips sering mampir ke kedai sarapan ini? Atau memang keluarga Alastair sebegitu terkenalnya di kota MidWare?

Pertanyaan di kepala Eva buyar ketika tuan muda Phillips membantu Eva untuk membuka pintu kedai dan meminta gadis itu untuk berjalan ke luar terlebih dahulu. Mereka berdua pun kemudian berjalan beriringan menuju ke mobil mewah tuan muda Phillips yang masih terparkir di depan stasiun.

“Kenapa tuan muda membeli sarapan banyak sekali?”

“Banyak? Itu cukup untuk kita berdua.”

“Tapi aku tadi sudah sarapan. Jadi sebenarnya tuan tidak perlu repot-repot membeli sarapan sebanyak ini.”

“Ohh... jadi kau mau aku makan sendirian dan kau hanya memandangiku seperti biasanya? Ternyata kau memang hobi melihat ku makan ya?”

“Ap-apa? Tentu saja tidak. Anda salah paham. Aku akan memakan jatah sarapanku tuan, jadi anda tidak perlu khawatir kalau aku akan memandangi tuan selama tuan muda sarapan.” Ucap Eva buru-buru, Ia tidak ingin majikannya itu salah paham dengannya dan berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. 

Sesampainya di depan mobil, tuan muda Phillips berjalan cepat ke sisi kanan dan membukakan pintu mobil untuk Eva masuki. Pipi Eva memerah melihat sikap tuan muda Phillips yang menurutnya sangat jantan itu. Tidak seperti biasanya, majikannya ini bersikap sangat manis padanya.

“Ah tentu saja itu hanya karena tanganku sedang penuh membawa sarapan kami,” tampik Eva.

Setelah duduk di dalam. Eva meletakkan kantong kertas berwarna cokelat dan gelas plastik berisi cokelat panas itu di bagian tengah mobil. Dan menatanya agar tuan muda Phillips mudah untuk memakannya.

“Sebenarnya, aku juga tidak keberatan jika kau memperhatikanku ketika aku sedang makan,” ujar tuan muda Phillips lalu menutup pintu di samping Eva pelan. 

Jret!

Eva menghentikan aktivitasnya yang sedang menata sarapan itu. Wajahnya kembali memanas setelah mendengar apa yang baru saja majikannya itu katakan padanya.

Lihat selengkapnya