Dorothy berjalan terlebih dahulu meninggalkan Eva dan tuan muda Phillips yang kini berjalan beriringan mengikutinya. Perlahan Eva merasakan tuan muda Phillips berjalan lebih dekat dengannya lalu berbisik pelan di telinga Eva.
“Aku sebenarnya lebih menyukai gadis yang sederhana...”
...
Memasuki kamarnya kembali, Eva melepaskan jaket tua miliknya lalu menggantungkannya pada gantungan kayu yang terpaku di belakang pintu kamarnya. Mendongakkan kepalanya menatap jam dinding antik yang terpasang di atas pintu kamarnya, Eva mendapati kedua jarum jam berbentuk panah itu mengarah ke angka tujuh.
“Astaga, lama sekali tadi aku dan tuan muda Phillips berada di kota. Sampai sudah lewat jam makan malam begini huft.”
Eva menghembuskan napasnya lelah. Gadis berambut merah itu kemudian merenggangkan kedua tangannya yang terasa pegal. Ingin sekali Eva segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang lengket karena keringat. Namun, gadis bertubuh kurus itu lebih memilih untuk melempar tubuhnya ke atas kasur empuk yang sekarang terlihat lebih menarik di matanya.
“Ahhh...nyaman sekali kasur ini. Memang berbeda sekali dengan kasur yang ada di apartemen ku yang dulu. Ini jauh lebih hangat dan empuk. Aku perhatikan juga tidak ada besi di dalam kasur yang mencuat dan ingin merobek punggungku,” gumam Eva kepada dirinya sendiri seraya mengelus-elus kasur empuknya.
Suara rintik hujan mulai terdengar dari luar balkon kamar Eva. Untung saja keadaan jendela kamarnya masih tertutup sehingga Eva tidak perlu repot-reppot untuk bangun dari kasur empuknya untuk menutup jendela kamarnya. Karena jujur saja, tubuh Eva sudah sangat lelah karena seharian harus berkeliling seluruh gedung perpustakaan.
Hawa dingin mulai masuk ke dalam kamarnya, membuat mata gadis itu perlahan terpejam dan rasa kantuk sedikit demi sedikit mulai merasukinya. Alam bawah sadarnya diam-diam mulai menyambut gadis berambut ikal itu, membuat otak kecilnya kembali mengulang semua kejadian yang Ia alami hari ini. Mulai dari saat Ia tiba-tiba diajak tuan muda Phillips untuk menemaninya pergi ke kota hingga beberapa menit yang lalu ketika Ia keluar dari dalam mobil tuan muda Phillips ketika mereka berdua telah sampai di depan manor Alastair.
“Besok pagi setelah sarapan kita berdua akan bersama-sama menghubungi semua distributor untuk membeli buku untuk perpustakaan. Kau bisa menggunakan komputer yang ada di ruang kerjaku.”
“Baik tuan muda Phillips.”
Eva berbalik dan berjalan menaiki undakan tangga berniat untuk masuk terlebih dahulu ke dalam manor Alastair sebelum suara majikannya itu menghentikan langkah gadis bermata biru itu.
“Eva?”
Eva berbalik.
“Iya tuan muda Phillips?”
“Terima kasih karena sudah mau menemaiku seharian ini dan mau membantuku memperbaiki perpustakaan kesayangan nenekku,” ucap tuan muda Phillips seraya melemparkan senyum manisnya ke arah Eva. Membuat gadis itu sedikit tersipu malu.
Sebenarnya Eva masih ingin menanyakan satu hal pada majikannya itu.
‘Aku sebenarnya lebih menyukai gadis yang sederhana’.
Eva ingin menanyakan pada tuan muda Phillips apa arti dari ucapannya itu. Tapi, Eva terus menahan pertanyaan itu di kepalanya. Selain karena Ia malu untuk bertanya, Ia juga tidak mau tuan muda Phillips salah paham dan mengira dirinya adalah gadis sederhana yang tadi tuan muda Phillips maksud.
Akhirnya gadis itu hanya bisa menyunggingkan senyum paling manis yang bisa Ia berikan. “Tentu saja tuan muda Phillips. Aku akan dengan senang hati melakukannya. Itu sudah bagian dari tugasku selama bekerja di manor ini.”
“Baiklah, selamat malam Eva.”
Tuan muda Phillips lalu masuk kembali ke dalam mobil dan mengendarai mobil tersebut menuju ke garasi. Eva mengerutkan kedua alisnya. Gadis itu samar-samar bisa melihat senyum tuan muda Phillips yang turun sesaat setelah Eva mengatakan bahwa tugasnya di manor ini adalah menuruti perintahnya.
“Apa aku salah bicara tadi?” tanya Eva pada dirinya sendiri. “Kenapa wajah tuan muda Phillips terlihat kecewa mendengar jawabanku?”
“Kau sedang memikirkan apa Eva?”
Mata Eva langsung terbuka lebar saat sebuah suara yang tak asing lagi baginya masuk ke dalam indra pendengarnya. Eva menolehkan kepalanya ke sisi kirinya untuk mencari di mana sumber suara familiar itu berasal. Ia yakin betul kalau kasur sebelah kirinya tadi kosong dan tidak ada siapapun di sana.
“Nenek Jane?!” teriak Eva kaget.
Sosok yang beberapa hari lalu berpamitan dengannya untuk pergi selama-lamanya itu kini kembali lagi muncul di hadapannya. Nenek Jane masih mengenakan gaun tidur berwarna putih yang menjuntai sampai jatuh ke lantai. Wajah nenek Jane juga masih terlihat pucat.
“Sedang apa nenek Jane di sini? Bukankah nenek Jane bilang akan pergi untuk selama-lamanya?” tanya Eva panik pada nenek Jane yang terlihat tersenyum (dengan cukup menyeramkan) pada Eva.
Ia tak menyangka akan bertemu dengan hantu nenek Jane di dalam kamarnya, mengingat beberapa hari yang lalu nenek Jane datang padanya dan mengatakan bahwa Ia akan pergi untuk selama-lamanya. Jadi Eva pikir Ia tidak akan lagi bertemu dengan nenek dari majikannya ini.
“Eva tenangkan dirimu, nanti Phillips bisa mendengarmu,” nenek Jane meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. “Nenek datang kemari untuk menemuimu Eva, kau tidak mengira bahwa nenek akan pergi untuk selama-lamanya kan hihihi?”
Eva memandang nenek Jane dengan kedua alisnya yang saling bertemu. “Aku mengira nenek Jane memang pergi untuk selama-lamanya nek.”
Nenek Jane terlihat mengerucutkan bibirnya tak terima dengan jawaban Eva.
“Jadi kau memang ingin nenek pergi untuk selama-lamanya Eva? Huhuhu nenek tidak menyangka kau akan sejahat itu padaku,” ujar nenek Jane seraya berpura-pura sedang menangis.
Eva menggelengkan kepalanya tak percaya melihat kelakuan nenek Jane yang terlihat sama dengan cucunya itu, sama-sama kekanak-kanakan.
“Maksudku bukan begitu nek. Bukankah nenek Jane sendiri yang bilang kalau nenek Jane ingin berpamitan denganku?”
“Iya Eva, tapi waktu itu nenek hanya bercanda. Nenek hanya ingin terlihat dramatis di depanmu saja hahaha, sebenarnya nenek tidak punya keinginan untuk meninggalkan Phillips dan manor ini.”
“Jadi nenek akan tetap bergentayangan di manor ini?”
Nenek Jane menganggukan kepalanya seraya menyunggingkan senyum lebarnya yang lagi-lagi terlihat sedikit menakutkan.
“Nenek hanya ingin Phillips tidak selalu bergantung padaku. Itu saja. Dan nampaknya rencana nenek berhasil! Nenek tidak menyangka jika dia akan mengajakmu ke perpustakaanku hari ini. Aku lihat kalian juga menghabiskan waktu cukup lama di dalam mobil,” ucap nenek Jane seraya mengangkat kedua alisnya bergantian.
“Maaf nenek Jane karena telah membuatmu kecewa, tapi tuan muda Phillips mengajakku pergi ke perpustakaan hanya karena Ia ingin meminta bantuanku untuk memperbaiki perpustakaan kesayangan nenek. Di dalam mobil, kami juga hanya mengobrol sebentar dan makan. Itu saja.”
Eva bangkit dari posisi tidurnya, memandangi nenek Jane yang kini juga megikutinya untuk bangkit dan duduk di atas kasur. Mata Eva yang tadinya sangat mengantuk sekarang menjadi segar. Jika begini, masuk ke kamar mandi terlihat jauh lebih menarik dibandingkan duduk-duduk dan ngobrol dengan seorang hantu.