My Boyfriend Is A Ghost

zozozo 🌷🌷🌷🌷🌷
Chapter #19

The Hug

“Jangan dilihat saja Eva! Ajak cucuku ngobrol!” suara nenek Jane tiba-tiba muncul di samping Eva dan mengagetkan Eva yang masih asyik melamun.

“Argh! Nenek- “ Eva segera membungkam mulutnya sendiri ketika Ia tidak sengaja berteriak dan membuat tuan muda Phillips menoleh ke arahnya.

Eva panik kini tuan muda Phillips tengah melihat ke arahnya dengan pandangan bingung.

“Nenek?”

Gadis yang sedang ditanya oleh tuan muda Phillips itu hanya memandang tuan muda Phillips dan nenek Jane bergantian, berniat meminta bantuan nenek Jane untuk membantunya menjawab pertanyaan dari tuan muda Phillips.

“Tenangkan dirimu Eva. Jangan panik. Phillips tidak bisa melihatku hihihi,” bisik nenek Jane tepat di telinga Eva. 

“Hei Eva apa tadi kau menyebut nenek?” tanya tuan muda Phillips lagi pada Eva yang masih terlihat bingung.

“Ehm- nenek, maksudku piringan hitam yang ada di tangan tuan muda Phillips sekarang itu kesayangan nenek Jane kan?” tebak Eva asal-asalan lantaran Ia sudah kepepet harus segera mencari jawaban agar majikannya itu tidak tahu kalau nenek Jane sekarang berada di dalam ruang kerja tuan muda Phillips dan tengah mengajaknya mengobrol.

Tuan muda Phillips menolehkan kepalanya cepat pada piringan hitam di tangannya. Lalu memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum, “bagaimana kau bisa tahu? Kau memang benar, ini memang piringa hitam kesayangan nenek ku.”

Eva menghembuskan napasnya lega. Ia beruntung tebakan asal-asalannya kali ini benar. Kalau tidak, bisa-bisa majikannya itu akan mencurigainya. Dan semua itu karena ulah jahil nenek Jane yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya tadi.

Ngomong-ngomong tentang nenek Jane, Eva saat ini masih melihat nenek Jane yang melayang-layang di sekitaran meja dan terus berputar-putar mengelilinginya sambil berbicara lirih kepada Eva,” ajak cucuku ngobrol Eva. Ayolah jangan malu-malu.”

“Nenekku dulu yang memperkenalkanku pada piringan hitam seperti ini. Oleh sebab itu kebanyakan koleksi piringan hitam di manor ini adalah milik nenek.”

Eva mengamati arah pandang tuan muda Phillips yang tengah menatap intens pada sebuah piringan hitam di tangan kanannya. Eva sedikit merasa kasihan melihat pemandangan itu. Wajah tampan tuan muda Phillips sama sekali tidak cocok dengan raut wajah sedih seperti itu. 

“Yang mana yang paling nenek Jane sukai tuan muda Phillips?” 

“Yang ini,” jawab tuan muda Phillips seraya mengangkat piringan hitam di tangannya bermaksud menunjukkannya pada Eva. "Ini kadoku untuk nenek ketika nenek berulang tahun lima tahun yang lalu. Nenek suka sekali dengan semua lagu yang ada di dalamnya. Dulu manor ini tidak pernah sesepi sekarang, karena nenek selalu memainkan piringan hitam ini.”

Eva tersenyum ke arah tuan muda Phillips yang wajah tampannya terlihat semakin sendu. Eva yakin kini otak tuan muda Phillips sedang memutar kembali semua kenangan indahnya bersama dengan nenek kesayangannya itu.

Tuan muda Phillips yang masih memandangi lekat-lekat piringan hitam di tangannya itu lalu menolehkan kepalanya pada Eva dan tersneyum. “Aku akan memutar piringan yang ini saja. Sudah lama aku tidak mendengarnya,” ujar tuan muda Phillips lalu membalikkan tubuhnya dan sibuk mengotak-atik Lp player di depannya. “Kau tidak keberatan kan mendengarkan musik sambil berkerja?”

Eva menggelengkan kepalanya. “Tidak sama sekali tuan.”

Eva bahkan merasa senang. Menurut gadis berkulit putih itu lebih baik Ia berkerja dan terganggu dengan suara musik daripada harus mendengarkan ocehan hantu nenek Jane yang terus berbisik di telinganya dan menuntutnya untuk mengobrol dengan cucunya itu. 

Namun kebahagiaan Eva tidak berlangsung lama. Tiba-tiba Ia merasakan dua tangan dingin memegang erat kedua pundaknya dan memberinya dorongan untuk bangkit dari kursi. Eva menolehkan kepalanya ke sisi kiri dan kanannya dan menemukan kedua tangan keriput milik nenek Jane kini tengah mendorongnya untuk berjalan mendekati tuan muda Phillips yang masih berdiri membelakanginya.

Pluk

Eva menatap bingung pada kedua lengannya yang tiba-tiba terangkat dan melingkar di tubuh tuan muda Phillips. Sekilas gadis bertubuh kurus itu bisa melihat bayangan putih yang mengatur kedua lengannya agar melingkar di tubuh bagian atas tuan muda Phillips.

Tuan muda Phillips yang melihat dua buah lengan tiba-tiba melingkar di depan dadanya langsung berbalik dan mendapati Eva yang kini tengah memeluk tubuhnya. “Eva? Sedang apa kau? Kenapa kau tiba-tiba memelukku?”

Eva yang ditanya begitu hanya menggelengkan kepalanya seraya menundukkan wajahnya malu. Sekuat tenaga gadis berambut merah itu berusaha melepas pelukannya pada majikannya itu, namun nampaknya usahanya itu sia-sia. Tangan nenek Jane yang meskipun hanya terlihat seperti kepulan asap, terasa sangat kuat dan membuat kedua lengannya susah untuk digerakkan.

“Aku... “Eva berusaha mencari alasan yang tepat atas ulah nenek Jane ini. Ia benar-benar merasa malu karena dengan lancang memeluk tuan muda Phillips yang hanya diam saja menunggu penjelasan dari Eva.

“Ayo Eva jangan diam saja. Jawab pertanyaan Phillips,” nenek Jane mengedipkan satu matanya memandang jahil pada Eva yang nampak sangat kebingungan saat ini.

“Eva, kau ini kenapa? Kenapa tiba-tiba kau memelukku begini?” tanya tuan muda Phillips yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari bawahannya itu.

Masih dengan menundukkan wajahnya Eva berbisik lirih pada majikannya itu, membuat tuan muda Phillips terpaksa sedikit menundukkan kepalanya agar dapat mendengar apa yang Eva katakan padanya.

“Aku hanya ingin memberikan pelukan penyemangat untuk tuan muda Phillips,” bisik Eva yang ragu. Jujur alasan yang Ia buat benar-benar terdengar konyol, bahkan di telinganya sendiri.

“Hah? Pelukan penyemangat? Untuk apa Eva?”

Eva memejamkan kedua matanya rapat-rapat, bersiap menjawab pertanyaan majikannya itu dengan jawaban yang jauh lebih konyol dari sebelumnya. “Tuan muda phillips pasti merasa sedih karena harus berpisah dengan nenek Jane. Aku hanya ingin memberikan pelukan penyemangat untuk tuan muda Phillips, agar tuan lebih semangat lagi untuk melanjutkan hidup karena masa depan tuan muda Phillips masih panjang dan cerah.”

“Arggh Eva!! Alasan bodoh macam apa itu? Apa kau tidak mendengar jawabanmu sendiri di telingamu?” batin Eva kesal.

Hening, tuan muda Phillips yang masih berdiam diri di pelukan Eva hanya terdiam dalam waktu yang cukup lama. 

Sret

Eva merasakan sebuah pelukan hangat ditubuhnya. Tuan muda Phillips membalas pelukan Eva. Mata Eva melotot melihat sikap tuan muda Phillips padanya, samar-samar Eva bisa mendengar suara tawa senang nenek Jane masuk ke telinganya.

Lihat selengkapnya