“Hai semua!” sapa Eva dengan nada riang.
Gadis itu berjalan memasuki dapur, masih dengan wajah sumringahnya. Namun Eva langsung menghentikan langkahnya ketika ke empat orang di depannya itu kini malah melihatnya dengan pandangan aneh, terutama Ponie yang sedang berdiri di dekatnya.
“Ada apa? Kenapa wajah kalian berempat kaget begitu?” tanya Eva akhirnya karena tidak ada satupun dari ke empat juru masak itu yang menjawab sapaannya.
“Ev-eva di belakang-di belakangmu ada-“
“Astaga, apa nenek Jane sedang berada di belakangku saat ini?” tanya Eva dalam hati.
Gadis berambut merah itu segera memutar tubuhnya 180 derajat. Mata birunya langsung terbelalak kaget ketika mendapati tuan muda Phillips kini tengah berdiri tepat di depannya.
“Tuan muda Phillips? Sedang apa tuan di dapur?”
“Hai Eva. Hai semua!” sapa tuan muda Phillips yang ditujukkan kepada Eva dan keempat juru masak lain yang tengah berada di area dapur saat ini.
Eva terkejut. Bagaimana bisa Ia tidak mengetahui bahwa majikannya itu dari tadi mengikutinya sampai ke dapur. Di satu sisi, Ia bersyukur karena bukan nenek Jane yang berdiri di belakangnya, tapi di sisi lain, Eva tetap saja kaget dengan kehadiran tuan muda Phillips yang tiba-tiba berada di area dapur manor Alastair.
“Kenapa tuan muda Phillips mengikutinya diam-diam dan mengagetkan semua orang di dapur? Dasar jahil!” batin Eva dalam hati.
“Selamat siang tuan muda Phillips. Makan siang akan siap 5 menit lagi. Anda bisa menunggu di ruang makan,” ujar Matt sembari menunjukkan nampan yang hampir penuh dengan menu makan siang untuk tuan muda Phillips.
“Jam berapa kalian biasanya makan siang?”
Ponie dan Matt saling bertukar pandang.
“Kami makan siang setelah tuan muda Phillips menyelesaikan makan siang anda tuan,” jawab Ponie masih dengan raut wajah bingung yang terpatri di wajahnya.
“Baiklah. Hari ini aku ingin makan siang bersama kalian di sini. Bolehkan?” tanya tuan muda Phillips sambil menunjuk meja makan kecil di sudut dapur. Meja makan yang biasa digunakan oleh para pekerja untuk menyantap makanan mereka.
“Ta- tapi ada apa tuan muda Phillips? Apa ada sesuatu di ruang makan sehingga membuat tuan tidak bisa makan siang di ruang makan seperti biasanya?” kali ini Eva bertanya dengan suara lirih.
“Apa aku tidak boleh makan dengan kalian semua?” tanya tuan muda Phillips dengan raut wajah mirip bocah kecil yang dilarang makan permen oleh ibunya.
“Oh tentu saja boleh tuan. Manor ini milik tuan muda Phillips, tentu anda boleh makan di ruang mana pun yang anda mau. Silakan tuan muda Phillips duduk di sana. Makan siang akan segera siap,” ucap Matt lalu memberi instruksi kepada Hellen untuk membersihkan meja yang akan diduduki oleh tuan muda Phillips.
Eva melihat tuan muda Phillips yang berjalan melewatinya menuju ke sudut ruangan. Berjalan mengikuti Hellen yang terlebihi dahulu mendatangi meja makan.
“Kau akan duduk denganku kan Eva?” tanya tuan muda Phillips setelah menyadari bahwa Eva masih terdiam di posisinya tadi berdiri.
Dengan sangat kikuk Eva mengikuti tuan muda Phillips. Sesampainya di meja makan berbentuk bundar dengan delapan kursi kecil yang mengelilinginya, Eva segera menarik kursi untuk tuan muda Phillips dan dirinya duduki lalu mendudukinya perlahan.
Suasana di dapur siang itu sangat kikuk. Para juru masak di dapur ini bersikap tidak seperti biasanya. Mereka terlihat sedikit kaku dan sangat hati-hati.
“Apa biasanya dapur kalian sehening ini? Apa kalian tidak pernah saling mengobrol satu sama lain?” tanya tuan muda Phillips pada Hellen yang masih mengelap meja makan yang sebenarnya sudah terlihat sangat bersih itu.
“Tentu saja kami saling mengobrol tuan muda Phillips. Iya kan teman-teman?”
Ponie, Matt, dan Tress yang sudah memasang wajah tegang sedari tadi semakin menunjukkan gerakan-gerakan aneh yang menurut Eva sangat lucu.
“Mereka malah terlihat seperti robot,” batin Eva dalam hati.
“Tentu saja tuan muda Phillips. Kita biasanya juga mengobrol hehehe. Tapi hari ini sepertinya tidak ada topi yang sedang kami ingin obrolkan.”
“Please anggap aku sedang tidak berada di sini jika itu mengganggu kalian. Silakan bersikap seperti biasanya.”