“Kau sedang membicarakanku ya?” tanya sebuah suara yang tiba-tiba muncul di belakang Eva. Membuat gadis itu berjingkat kaget dan berdiri dari posisi duduknya.
“Tuan muda Phillips? Sedang apa tuan di sini? Bukankah tadi tuan muda Phillips sudah menuju ke kamar?”
“Aku tadi melihatmu keluar dari manor dan duduk di sini. Menyandar di dekat pilar, aku pikir kau sedang sedih atau apa, ternyata kau malah sedang membicarakanku,” jawab tuan muda Phillips diakhiri dengan senyum jahilnya.
“Aku sedang tidak membicarakan tuan muda Phillips, aku hanya duduk di sini untuk mencari udara segar.”
“Eva, bisakah mulai sekarang kau memanggilku dengan Phillips tanpa embel-embel tuan muda lagi?”
Eva mengangkat wajahnya yang semula tertunduk ketika mendengar pertanyaan dari majikannya itu yang terdengar aneh di telinganya.
“Apa tuan?”
“Aku merasa sangat tua kalau kau memanggilku dengan ‘tuan muda Phillips’. Telingaku gatal kalau kau terus memanggilku dengan tambahan tuan muda.” jawab tuan muda Phillips seraya menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum manis ke arah Eva.
“Baiklah kalau begitu tu- ah maksudku Phillips.”
Tuan muda Phillips atau mulai sekarang Eva memanggilnya dengan Phillips itu terlihat menyunggingkan senyum manisnya ketika mendengar Eva memanggilnya dengan namanya bukan dengan embel-embel tuan muda seperti sebelumnya.
Mereka berdua berdiri kikuk di teras. Tidak ada yang berbicara, sampai akhirnya tuan muda Phillips sedikit merunduk dan mendongakkan kepalanya ke atas mengamati keadaan langit malam ini.
“Bagaimana kalau kau aku ajak jalan-jalan? Mumpung malam ini tidak sedang hujan.”
Eva mengerutkan kedua alisnya menatap laki-laki yang kini mengenakan setelan kemaja berwarna putih dengan celana kain berwarna hitam dan juga kardigan berwarna royal blue itu dengan tanda tanya besar di wajahnya. “Jalan-jalan ke mana malam-malam begini?”
“Ini belum terlalu malam. Ayo kita jalan-jalan sebentar, aku sudah lama tidak mengunjungi leluhur keluargaku yang makamnya ada di sepanjang jalan setapak di manor ini.”
Tuan muda Phillips berjalan terlebih dahulu menuruni undakan tangga dan melangkahkan kakinya menuju ke jalanan setapak yang lurus menuju ke pagar depan manor Alastair. Eva mengikuti jejak laki-laki tinggi di depannya itu dan mensejajarkan langkah mereka.
“Tuan muda-“
Tuan muda Phillips buru-buru menolehkan kepalanya ke arah Eva yang langsung mengkoreksi kalimatnya. “-Phillips, sorry. Maksudku Phillips, kenapa hari ini anda memutuskan untuk makan malam di meja makan dapur bersama dengan kami?” tanya Eva hati-hati. Gadis itu takut dikira terlalu lancang karena bertanya yang tidak-tidak pada majikannya itu.
Tuan muda Phillips kembali berjalan perlahan, Eva masih setia berjalan di sampingnya sembari menunggu jawaban dari majikannya itu. Samar-samar Eva mendengar suara semak-semak belukar yang terdengar seperti sedang diinjak oleh seseorang.
Dengan panik Eva melihat ke sekeliling. Gelap, di dalam lahan penuh kuburan milik keluarga Alastair itu sama sekali tidak terlihat ada orang lain selain mereka berdua.
“Sebenanrya, selama aku tinggal di manor ini aku jarang makan malam beramai-ramai seperti tadi. Mungkin hanya sekali waktu ketika orang tuaku datang dari luar negeri itupun hanya terjadi dua sampai tiga tahun sekali, selain itu aku hampir tidak pernah makan bersama dengan orang lain selain nenekku. Nenek tahu aku kesepian maka dari itu Ia tidak pernah absen menemaniku.”
Eva menganggukkan kepalanya mengerti. “Bahkan sampai nenek sudah meninggal pun dia masih menemani anda makan.”
“Jangan mengejekku Eva.”
“Tidak Phillips, maaf. Aku sama sekali tidak ada maksud untuk mengejek.”
“Oleh sebab itu, ketika nenekku meninggal dunia aku merasa sangat kesepian. Dan setelah berbicara denganmu tadi, aku jadi banyak berpikir. Jangan-jangan dengan makan bersama dengan para pekerja di manor ini aku jadi tidak akan lagi merasa kesepian. Mungkin itu akhirnya akan membuatku senang dan kembali seperti aku yang dulu lagi.
Dan sepertinya usahaku hari ini membuahkan hasil. Aku merasa hari ini aku banyak mengobrol dengan mereka dan banyak tersenyum, pipiku sampai sakit.” Tuan muda Phillips mengangkat tangan kanannya lalu memijat kedua pipinya.
“Iya aku juga melihatnya tadi, anda terlihat sangat senang dan banyak tersenyum. Itu bagus. Anda terlihat lebih cocok ketika tersenyum.”
“Benarkah? Ah itu sebabnya kau memperhatikanku tadi ketika aku sedang makan?” tanya tuan muda Phillips sembari menolehkan kepalanya ke Eva dan menaik turunkan kedua alisnya bergantian.
Jika seperti ini, wajah tuan muda Phillips mirip sekali seperti nenek Jane, apalagi mereka berdua sama-sama suka menjahili Eva.
Srek!
Sekelebat kain berwarna putih baru saja terbang di antara pepohonan yang tertanam di belakang tubuh tuan muda Phillips. Disusul dengan dua buah bola mata berwarna merah melayang-layang di atasnya, membuat konsentrasi Eva buyar.
“Kau ini sedang melihat apa?” tanya tuan muda Phillips penasaran dengan arah pandang Eva. Laki-laki berwajah tampan di depannya itu langsung mencari arah pandang Eva.
“Bu- bukan apa-apa Phillips. Mungkin hanya hewan yang kebetulan lewat.”
Tuan muda Phillips kembali menolehkan kepalanya ke arah Eva dan meletakkan kedua tangannya di pinggang. “Kau tidak sedang menghindari pertanyaanku kan Eva?”
Eva menggelengkan kepalanya cepat. Meskipun pada kenyatannya Ia memang tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan dari tuan muda Phillips.
“Perhatianku teralihkan karena aku tadi melihat bayangan putih di sana,” jawab Eva seraya menunjuk ke arah belakang tuan muda Phillips, tepat di arah pepohonan besar yang berdiri berjajar dan terlihat angker karena akar pohon tersebut menjuntai sampai hampir ke tengah jalan.
“Ah itu. Mungkin itu hanya hewan yang biasa masuk ke manor ini. Mereka biasanya datang kemari melalui hutan pinus. Kau tidak usah takut,” tuan muda Phillips kembali berjalan meninggalkan Eva yang masih memandangi pohon mencurigakan tersebut.
“Hewan? Hewan apa Phillips?” tanya Eva setengah berlari menyusul majikannya itu. “Bukan hewan buas kan?”
Ditanya begitu, tuan muda Phillips hanya tertawa kecil sembari terus berjalan. “Hahaha, bukan hewan buas. Mungkin hanya kelinci atau rusa.”