‘Introvert’ ciptaan Tuhan yang maha ‘superior’ (opini), makhluk terancam punah yang harus diperlakukan seperti harta negara (opini), diberkati dengan intelektual yang tak terbatas (opini?) kami ‘introvert’ terpaksa menyimpan pemikiran kami untuk diri kami sendiri (juga opini), oleh karena itu untuk para ‘extrovert’ yang selalu menganggap kami tak mampu bersosialisasi tolong terimalah fakta ini dan pergilah ke dasar neraka!
---
Keesokan harinya setelah perbincangan ku dengan Pak Noel terjadi, seperti biasa aku datang ke sekolah pada 6:50 tepat 10 menit sebelum bel sekolah berbunyi, hal ini merupakan salah satu strategi yang tercipta sebagai buah dari pengalaman sekolahku yang ekstra introverted.
Strategi yang bertujuan untuk menghindari diriku dari segala kontak sosial yang mungkin terjadi dikarenakan waktu kosong sebelum bel sekolah berbunyi adalah masa-masa canggung bagi para introvert di mana para kaum extrovert yang bosan menunggu temannya untuk datang mulai pergi mencari mangsanya.
Walaupun strategi ini memiliki resiko tinggi untuk menyebabkan keterlambatan aku akan terus menggunakan strategi indah ini, demi menghindari diri dari mereka yang ‘gabut’ dan mereka yang selalu mencari contekkan PR.
10 menit sebelum bel berbunyi suasana lorong sekolah yang berisik, diisi dengan beberapa murid yang sedang nongkrong di depan kelas selalu membuatku merasa terganggu untuk masuk ke kelas.
Sial gua kayaknya dateng kecepetan, mungkin lain kali dateng telat sekalian bukan ide yang buruk…
Seketika aku berada di dekat kelas aku melihat seseorang siswi dengan penampilan yang nyentrik sedang mengintip ke dalam kelasku melalui jendela, ia memiliki rambut yang dicat emas dengan highlight bewarna putih, tangannya dihiasi dengan berbagai gelang yang unik, penampilannya membuat setiap orang di sekitarnya terlihat seperti NPC (Non Player Character).
Aposematisme…
Aposematisme adalah sebuah istilah yang dicetuskan oleh suatu ahli biologi mengenai warna peringatan, merupakan suatu tanda peringatan yang dipakai hewan untuk memperingati para predator untuk menghindarkan diri dari mereka.
Sekalipun gua bukan predator gua akan tetap berusaha menjauhkan diri dari spesies aneh itu.
Aku pun berusaha masuk ke kelas sesunyi mungkin supaya bisa lolos dari radarnya, namun sepertinya insting alaminya masih kuat sehingga ketika aku memegang genggaman pintu tiba-tiba matanya dengan tajam menatapku.
Sial! Gua kira makhluk aposematisme bukan predator, tapi kenapa tatapannya kayak tatapan harimau?
“Erm, halo?”
Merasa terancam oleh tatapannya yang terlihat sangat serius aku pun mulai berusaha berkomunikasi, tapi entah mengapa ia malah mulai berjalan ke arahku.
Oi oi, apa-apaan ini, dari tingkah lakunya gua tau kalo dia ada urusan sama anak di kelas gua, tapi demi tuhan jangan bilang kalo dia ada urusan sama gua…
Seketika itu juga makhluk buas itu mulai mempercepat jalannya ke arahku, dan dalam seketika naluriku secara otomatis mulai memohon kepada Tuhan akan dosa-dosaku, namun tiba-tiba tubuhku diterjang oleh pelukan.
“Rumi!♥”