My Broken Journal

Roka
Chapter #5

Domestic Retriever in the Broken Ecosystem

Di dunia ini tidak ada yang namanya surga, yang ada hanyalah kenyataan yang pahit dan kebohongan yang manis …

Walaupun begitu dalam dunia yang terkutuk seperti ini pun manusia tetap dapat merasakan kenyamanan surga, manusia dapat mengalami segala keindahan dunia hanya dengan melakukan satu kegiatan, suatu kegiatan suci yang sudah menjadi hak dasar bagi setiap umat manusia, kegiatan itu adalah …

Kegiatan itu adalah …

Adalah …

- Tidur Pulas™ -

- - -

Setelah hari panjang yang kualami kemarin, akhirnya aku berhasil memperoleh sesuatu yang telah lama kuinginkan,yaitu tidur pulas.

Walaupun tidurku diganggu oleh berbagai mimpi aneh seperti dikejar golden retriever aku merasa senang sekali dapat tertidur pulas tanpa terbangun setiap beberapa menit seperti biasanya, memang benar kata orang-orang, ‘hari yang produktif menghasilkan tidur yang menyenangkan’.

Aku yang jarang-jarang dapat menyambut hari dengan positif berkeputusan untuk menyambut hari secara positif dengan membuka jendela dan menyapa matahari.

Akan tetapi mood positif yang tadi sedang kurasakan tiba-tiba hilang dikarenakan penampakan yang terlihat dari jendela kamarku.

Kenapa dia ada di situ? Si golden retr- bukan maksud gua Nata, kenapa dia ada di depan rumah gua?

Sesaat ketika aku masih loading tatapan mata Natasia yang tadinya sedang terpaku dengan handphone-nya tiba-tiba menoleh ke arahku, ia pun melambaikan tangannya dan menunjukkan senyuman yang ekstra friendly seperti biasanya.

Melihat Natasia berada di depan rumahku membuat mood-ku berubah derastis, perasaanku yang tadinya sedang bergembira ingin menyambut mentari tiba-tiba, berubah menjadi seperti perasaan orang-orang ketika mendengar alaram kebakaran.

Aku pun langsung mengenakan seragamku dan mengangkat tasku, hari yang tadinya terasa dimulai dengan sempurna, dengan seketika hanya dengan penampakannya merubah awalan hari ini menjadi attempt pertamaku untuk memecahkan rekor pribadi untuk masuk pagi ke sekolah.

“Pagi~ ♪”

“Pagi apanya, kenapa lo dateng ke sini?” Sambil merebut napas aku berkata.

“Hm? Aku nungguin kamu.” Jawab Nata dengan polosnya.

“Haah…” aku pun hanya dapat menghela napas dan mulai berjalan pergi ke sekolah, melihatku yang mulai berjalan Natasia pun ikut berjalan bersebelahan denganku.

“Apa loe bener-bener tau itu rumah gua atau loe cuman kesalahan diem di depan rumah orang lain?“

“Hahaha, enggak kok, aku memang lagi nungguin kamu.”

“Hmm…”

Natasia terlihat sangat antusias berjalan sambil mendengungkan lagu yang terasa nostalgik yang sepertinya pernah kudengar dari iklan di TV, dengan langkahnya yang energik ia terlihat seperti anak kecil yang sedang diajak ibunya main di taman.

“Loe itu… apa gak ada orang lain yang bisa loe gangguin?”

“Hm, Maksudnya?”Balas tanya Natasia dengan nadanya yang polos lagi.

“Maksud gua apa loe gak ada orang lain yang bisa loe ajak jalan bareng? Anak dengan penampilan kayak loe kan pasti punya banyak temen lain, apa gak masalah kalo loe diliat jalan gua?”

“Gapapa kok, lagi pula aku juga gak punya banyak temen.”

“Kenapa? Anak super extrovert kayak lo yang rajin bersosialisasi gua pikir justru kebanjiran temen.”

“Hahaha, gak gitu kok…”jawab Nata dengan wajahnya yang terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.

Entah kenapa dari situasi ini aku merasa bahwa ia sebenarnya merasa kesepian.

Ya ialah ya… semua orang pasti punya masalahnya masing-masing, extrovert maupun introvert, mungkin memang yang ada di dalam OSIS itu anak bermasalah semua, maka itu si Noel berusaha memasukkan gua ke situ…

Tanpa kusadari kami pun sudah sampai di sekolah.

“Yaudah ya Rumi, aku masuk kelasku dulu ya~♫” kata Nata sambil melambaikan tangannya, dan menghilang dalam kerumunan murid.

Sejujurnya aku masih merasa penasaran kenapa ia terlihat begitu kesepian tapi rasa pasrah dan ke tidak pedulianku pada hari ini terasa cukup tinggi hingga aku memilih untuk melupakan masalah itu.

* * *

Hariku yang awalnya terasa sempurna terasa makin hancur seketika aku disapa oleh kertas ujian yang sudah menungguku diatas mejaku, melihat nilai ujianku yang kukerjakan dengan penuh iman kemarin ternyata mendapat nilai yang jauh di bawah rata-rata membuat mood-ku untuk menjalani hari terasa semakin hancur.

Seperti biasa aku yang tak memiliki ketertarikan sedikitpun dengan pelajaran di kelas hanya menghabiskan waktuku dengan meratapi nasib dan mencorat-coret bukuku sampai jam pelajaran selesai.

Disaat jam pulang telah tiba aku pun diterjang dilema, ke mana aku harus pergi? Sekarang ini jika aku pulang ke rumah yang akan kudapat hanyalah sambutan tak seronok dari keluargaku beserta ceramah panjang dikarenakan nilai ujianku yang buruk, dan jika ku tinggal di sekolah, kemungkinan besar si golden retriever itu akan datang untuk menerorku lagi.

Haah… mau ke mall juga gak ada uang, apa memang gua harus diem-diem aja di dalem toilet sekolah?

Enggak-enggak lebih baik gua bertapa di pembuangan sampah dibanding situ…

Selagi aku memikirkan nasibku aku pun memutuskan untuk berjalan keluar dari kelas untuk menghindari potensi dijemput Natasia, dan seketika aku berjalan di lorong sekolah, aku mendengar suatu percakapan para guru yang terdengar secara senyap.

“Memang seharusnya kita biarkan saja anak itu…”

“Hey jangan ngomong gitulah, akan saya usahakan untuk ngebantu dia.”Suara Pak Noel juga ikut terdengar dalam percakapan itu.

“Kamu itu terlalu maksain lho Mas, situ kan cuman guru BK, gak tau permasalahan kita yang ngajar matkul UN...”

Phwuuh terdengar seperti Pak Noel mengeluarkan asap rokok dari mulutnya dan melanjutkan berkata.

“Walaupun guru BK gak tau apa-apa setidaknya kita masih berusaha pak Fitr-”

“Lagi apa kamu di sini?” Tiba-tiba suara dingin yang tegas menutupi perkataan Pak Noel.

Dengan panik aku pun menoleh ke arah di mana suara itu berasal.

“Kenapa kamu sekaget itu? Kamu habis melihat hantu apa?” Ujar Roni sambil menatapku dengan bingung.

Sialan ni anak… seandainya hantu masih mending, apa dia gak sadar auranya itu lebih greget dibanding setan?

“Urm, ahh, gua lagi mau… pulang.”Jawabku sambil berusaha menenangkan jantungku yang hampir keluar.

“Heeh… apa kamu liat Nata?” Lanjut tanya Roni seakan dia tidak peduli dengan apa yang sedang kulakukan.

“Enggak, cuman tadi pagi doang ketemu…”

Haah… Roni pun menghela napasnya.

“Anak itu… tadi dia bilang dia pergi ke kelasmu untuk mencari kamu, sekarang kemana dia?”

Puji Tuhan, ternyata pilihan gua untuk segera evakuasi dari kelas merupakan pilihan yang tepat.

Lihat selengkapnya