Perubahan…
Banyak yang mengharapkan perubahan namun banyak pula yang takut akan perubahan itu, bagi perubahan yang tidak pasti baik atau buruk hasilnya, tentu dapat diwajarkan jika perubahan itu ditakuti oleh banyak orang…
Termasuk diriku.
Hidupku yang selalu bersendiri, hidup tanpa motivasi dan impian, hidup yang membosankan dan hampa ini, walaupun keseharian ku terkadang terasa menyedihkan aku selalu berusaha untuk mempertahankannya, karena perubahan adalah sesuatu yang menakutkan bagiku.
“Banyak hal yang lebih buruk dapat terjadi,”
“Begini juga sudah cukup baik,”
“Daripada menyakiti diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan ku, lebih baik jika aku bersyukur atas apa yang ada sekarang…”
Begitulah kira-kira aku meyakinkan diriku sendiri untuk tetap menjalani hidup membosankan ini.
Akan tetapi sebagaimana pun aku berusaha meyakinkan diriku sendiri untuk menghindari perubahan selalu ada satu suara dari dalam benakku, suatu suara yang menunjukkan keinginan akan perubahan, suara itu semakin kencang terdengar dalam benakku dalam akhir-akhir waktu ini.
Salah satu alasan dari mengencangnya suara itu secara tak pasti dapat ku ketahui, alasan dari membaranya suara itu adala-
Teng nong ♫ Teng neng ♫ bel sekolah pun berbunyi mengganggu dialog ku dengan diriku sendiri.
Kali ini lagi, seperti biasa aku menghabiskan waktu pelajaran dengan bergurau dengan diriku sendiri, tiga hari terakhir ini kehidupan sekolahku terasa sangat normal, semua ini dikarenakan tidak adanya gangguan dari Golden Retriever yang akhir-akhir ini mengganggu ku, namun entah mengapa mood- ku yang harusnya merasa senang karena dapat kembali dalam kehidupan normalku lagi tidak merasa senang sama sekali.
Sesaat sesudah guru kelas kami pergi meninggalkan kelas, aku pun mulai meletakkan kepalaku di atas meja dan mulai tidur, namun tak lama setelah ku mencoba tidur aku mulai mendengar langkah kaki menuju ke arahku.
Tukk! Suara gulungan kertas yang dipukulkan ke kepalaku.
“Woy Rumi bangun, kalo mau tidur, tidur di rumah.” Ujar Pak Noel dengan suaranya yang monotone.
“Urgh… gapapa lah pak sekali-kali~”
“Kalo kamu gak ada kerjaan ayok bangun, saya ada tugas buat kamu.”
“Ada apa pak?” Jawabku sambil mengangkat wajahku dari atas meja.
“K-kamu ini…” Ujar Pak Noel yang terlihat terkejut melihat wajahku.
“Hm?”
“Ada masalah apa hari ini… kenapa tampangmu lebih busuk dari biasanya?”
“Haah… gak ada apa-apa kok pak…”
“Apa-apaan reaksi itu, biasa kalo di bilang tampang busuk reaksi yang normal adalah tersinggung dan marah kan?”
“...” Tak mau ambil pusing dari ujaran Pak Noel aku pun hanya berdiam diri.
“... kamu ini, kayaknya mood-mu lebih parah dari biasanya.”
“Biasa aja…”
“Yaudah kalo gitu, ini…” Ujar Pak Noel sambil mengulurkan surat pemberitahuan dari sekolah.
“Kenapa ini?”
“Tolong kasih ini ke Nata.”
“Eh? Kenapa gak bapak kasih langsung ke orangnya?”
“Haah… kalau orangnya ada di sini akan saya kasih langsung, tapi beberapa hari ini dia sakit dan gak masuk sekolah, emangnya kamu gak tau?”
“E- enggak…”
Selama ini gua kira dia gak keliatan gara-gara dia sadar diri dan berinisiatif berhenti mengganggu gua, atau karena dia ngerasa gak enak soal masalah kemarin,
Ternyata dia sakit…
“Lebih baik kamu pergi sekarang, sebelum hari mulai gelap.”
“Um tapi kenapa saya, kenapa bapak gak suruh anak OSIS ato temennya yang lain?”
“Haah… kamu itu terlalu banyak tanya-tanya, saya maunya kamu yang pergi, alasan seperti itu cukup kan?”
“…”
“Lagi pula kamu juga gak ada kerjaan kan?”
“Um, iya sih…”