Aku berjalan dengan suasana hati yang tak tergambarkan, bagaimana tidak, Devan –cowok yang aku taksir sejak lama, sebenarnya nggak lama-lama amat sih. Tadi pagi mengajak aku untuk bertemu. Katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan.
Oh.. oh.. apakah ini artinya musim semiku segera tiba?
OMG.. rasanya sungguh tydackk sabar!
Tunggu, tapi aku harus mengabari Arsel dan Sienna terlebih dahulu, takutnya mereka bakalan nungguin. Karena hari ini biasanya Sienna akan berkunjung ke rumah kontrakanku, yang pastinya dia akan membawa Arsel ikut bersamanya.
Oke aku tunggu di depan kelas mereka aja deh, siapa tahu kelas mereka sebentar lagi selesai.
Hari ini aku hanya punya jadwal mata kuliah sampai tengah hari, begitupun dengan Devan. Membayangkan tentang Devan membuatku tindak bisa menahan cengiran di bibirku.
Oh tapi… Apakah perasaanku benar-benar sudah menjadi miliknya Devan sepenuhnya? Sejujurnya aku sendiri masih ragu dengan diriku.
Tapi aku tetap harus optimis! Aku harus memikirkan masa depan yang lebih cerah untukku ke depannya!
Semangat Ara!
Aku duduk di kursi panjang di depan ruang kelas mereka, menunggu kedua temanku tersebut keluar dari kelasnya.
Sementara pikiranku terus-menerus hanya membayangkan seputaran pertemuanku dengan Devan nanti sore.
Aduh.. padahal aku belum tahu apa yang akan ingin dia katakana nantinya, tapi aku malah deg-deg-an tindak jelas begini!
Apa aku nggak lagi kegeeran ya? Maksudnya bisa saja dia bukan bermaksud apa-apa kepadaku kan?
Tapi selama ini Devan memang terang-terangan ngedekatin aku. Nggak aneh juga saat aku mendengar beberapa orang disekitarku mengatakan kalau Devan memang lagi PDKT denganku. Selama beberapa kali pertemuan kami, cowok itu juga sering bercanda dan bahkan sambil mengerling menggodaku.
Mengingatnya membuatku malah senyam senyum nggak jelas begini. Malu-maluin deh Ara!
*
“Ara…?” panggil Sienna.
“Eh Sienna, Arsel!” Aku tersenyum pada kedua temanku yang baru keluar dari kelasnya.
“Kamu ngapain duduk sendirian disini? Kelas kalian udah selesai matkul hari ini ya?” tanya Sienna.
Aku mengangguk, “Iya, aku bebas hari ini! Haha…”
Sienna balas tersenyum sambil tertawa bersamaku.
“Aku cuma mau bilang, nanti aku nggak pulang ke rumah karena ada acara di luar.”
Arsel tiba-tiba menatapku dengan intens, membuatku sedikit gugup.
“Acara apa? Acara fakultas atau organisasi? Eh tapi Ara kan nggak ada ikut organisasi,” ujar Sienna bingung.
“Bukan, ini mau ketemu teman aja kok.”
“Oow gitu,” angguk Sienna sambil tetap tersenyum. Sementara Arsel malah melihatku dengan tatapan menyelidik.