Pergilah sedih
Pergilah resah
Jauhkanlah aku dari salah prasangka
Pergilah gundah
Jauhkan resah
Lihat segalanya lebih dekat
Dan kubisa menilai lebih bijaksana
Mengapa bintang bersinar?
Mengapa air mengalir?
Mengapa dunia berputar?
Lihat segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti
(Lihatlah Lebih Dekat- Sherina)
Kini perasaan hati kehadiran persona pembuat bingung beserta rasa aneh. Apakah serupa bila bukan dirimu, Norlorn? Simpul senyum dia jadi pengingat bahwa Norlorn sosok terbaik kutemui dari luar perkiraan. Bila suatu saat dia harus pergi aku tak ingin memaksa diri untuk cari yang lebih baik.
Setelah sepuluh menit kepergiaannya, Norlorn kembali membuat bertanya apakah ini cinta, cita atau sekadar kagum? Dia sudah mengindahkan permohonan, itu sudah membuatku mulai yakin.
Rawi telah tinggi, berkilau binar platina dari jendela. Ruang tamu sudah sunyi. Norlorn datang penuh misteri bersama asal-usulnya. Seperti apa dunia Norlorn? Sama persis bagai roman impian penuh magi? Mungkin saja.
Wangi tubuh Norlorn berganti harum masakan dari dapur. Bau khas olahan masakan buatan si Mbok, siapa yang tak kenal kelezatan buatannya di keluarga kami? Baik tiri atau kandung sebelum beliau pensiun tahun 2007silam. Beliau memilih menetap di kampung halaman sampai saat ini.
Kruukk—
Cacing mulai lektur di tembolok. Kalau begini akhirnya lebih baik langsung ke dapur sambil melihat olahan makanan si Mbok. Langkah bergerak cepat hingga bunyi sandalku mersik.
"Masak apa, Mbok?" Aku bertanya basa-basi.
"Lihat sendiri," balas si Mbok.
"Mi goreng, Mbok?"
"Kowe ora ndeleng mi sebaskom?"
Iya juga. Aku tak jeli melihat mi di samping wajan. Pantas akhir-akhir ini si Mbok bilang mataku blereng. Mi sebaskom kecil saja tidak terlihat. Sudah saatnya ke dokter mata mungkin. Sepertinya, Mbok selama ini tidak tahu, aku dan saudara kembarku bisa "melihat" seperti Karisma.
"Nggak," Aku menggeleng jujur.
"Kamu kebanyakan lihat hape, makanya periksa ke dokter." Si Mbok tertawa kecil. Aku berleter.
Cuma untuk saat ini Mbok yang bersedia menerima sampai aku bisa dapat pekerjaan lebih baik daripada tempat sebelumnya. Jika tinggal di rumah Kakak kandung, mustahil. Mereka lenyap ditelan bentala.
"Cari uangnya 'kan dari sana, Mbok."
"Kalau di sini juga mau kerja apa? Cuma ada kerja pabrik dan jahit bulu mata."
"Desainer nggak ada, Mbok?"
"Kamu ada-ada saja. Apa yang mau diandalkan dari desa?"
"Susah ya Mbok, jahit bulu mata?"
"Susah atau ndhak ya tergantung kamu. Saya ndhak yakin kamu tahan dengan bosnya."
Betul juga. Di sini, kalau tak punya kendaraan pribadi akan lebih repot. Tidak akan bisa menabung dari gaji. Bisa jadi si Mbok bilang betul, atasan menyebalkan. Tidak mungkin aku baku hantam bukan? Seandainya Mbok tahu Akshita ada di Rumah Sakit Jiwa bagaimana perasaannya? Sebaiknya kuberitahu sampai ada waktu yang tepat.
"Ya, namanya juga kampung."
"...."
Terserempak terkenang Norlorn. Aku lupa sudah ada teman baru. Kelihatannya Norlorn bisa memberi saran untuk pekerjaan. Sudah muak dengan status pengangguran semenjak di sini. Jika dia sudah datang, akan kubicarakan.
***