"Terima kasih ya, Mon!" seruku. Aku berakting manja di depannya karena ia sering tertawa kalau aku bersikap manja.
Aku menyandarkan kepalaku di sofa mahal miliknya dan tersenyum menatapnya, ia sudah banyak membantuku disaat tunanganku sedang sibuk dengan pekerjaannya, ia sahabat yang sangat baik untukku walaupun aku baru mengenalnya tapi ia sudah banyak membantuku. Ia menatap kedua mataku dengan seksama, ia menatapku intens, membuat jantungku berdebar kencang dan aku jadi salah tingkah. Aku memalingkan pandanganku ke televisi yang ada di depanku.
Tanpa kusadari, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku tersentak begitu hembusan nafasnya terasa di telingaku, spontan aku menoleh ke arahnya dan aku sangat terkejut! Wajahnya berada sangat dekat dengan wajahku dan nyaris saja bibir kami menempel. Ia menatapku dengan sorot mata tajam, ekspresi wajahnya tampak sangat serius.
Aku melirik jam yang tergantung di dinding ruangan itu.
"Sudah sore, sebaiknya aku pulang!" ucapku sambil beranjak dari sofa itu. Ia meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Aku sangat terkejut, ini pertama kalinya ia berani menyentuh tanganku seperti itu.
"Tinggallah sebentar lagi!" ucapnya pelan. Suaranya sangat pelan bahkan hampir tidak terdengar oleh telingaku.
"Aku harus segera pulang, Mon." ucapku lembut sambil berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya.
Ia tidak membiarkan tanganku terlepas dari genggamannya, ia malah mempererat gengganannya hingga membuat tanganku terasa sedikit sakit.
"Sakit, Mon!" keluhku pelan sambil memegangi tangannya. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berdiri tegap di hadapanku. Jarak kami sangat dekat!
Ia kembali menatap kedua mataku dengan seksama, ekspresinya itu seperti akan mengatakan sesuatu. Ia membuat jantungku berdebar dengan sangat kencang. Suasana di antara kami menjadi sedikit canggung.
"Aku menyukaimu!" akunya. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak mendengar pengakuannya itu.
"Jangan bercanda, Mon!" ucapku.
"Sudahlah, aku mau pulang!" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan kami.
"Sampai kapan kamu akan memegangi tangaku seperti ini?" candaku. Ia terus menatapku tanpa berkata apa-apa.
Kuraih tasku yang masih tergeletak di meja dengan tangan kiriku dan tiba-tiba saja ia menarik kuat tangan kananku yang berada dalam genggamannya itu sehingga membuat tubuhku tidak seimbang dan menabrak dadanya. Entah mengapa ekspresi wajahnya berubah, ia seperti sedang marah padaku. Ada apa ini sebenarnya?
Ia menggunakan kesempatan ini untuk memeluk tubuhku erat.