Rasulullah Saw., Pernah bersabda: "Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang dinamakan pintu 'al-Rayan' yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Ditanyakan (oleh pintu tersebut): 'Di manakah orang-orang yang berpuasa?' Maka mereka pun masuk dari pintu tersebut. Setelah semua orang yang berpuasa memasukinya, pintu itu pun ditutup dan tak akan ada lagi yang masuk melaluinya." Hadis Riwayat Muslim, dari Sahl Ibn Sa'd. Laki-laki berkoko putih itu menjeda kalimatnya.
"Apakah diantara saudara-saudara sekalian, ada yang ingin dipanggil khusus oleh Allah dengan panggilan yang begitu indah? Dari tempat yang khusus diciptakan untuk orang-orang yang berpuasa?"
Para hadirin baik dari kalangan ikhwan maupun akhwat dari balik tirai, kompak mengatakan kata 'pengen'. Jawaban itu berhasil membuat lesung pipinya terlihat. Ia kemudian siap melanjutkan kalimatnya.
"Alhamdulillah. Jika kita ingin menjadi hamba yang dipanggil langsung oleh Allah diakhirat nanti, maka kita harus memantapkan diri agar bisa masuk kriteria tersebut."
"Bagaimana caranya, Tadz?" Salah satu jamaah ikhwan mengangkat tangannya.
Laki-laki yang dipanggil ustadz itu tersenyum, "pertanyaan yang bagus. Bagaimana caranya? Yaitu dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya di bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan bertamu di kehidupan kita. Satu bulan istimewa yang sudah Allah siapkan khusus untuk orang-orang yang beriman. Bulan yang didalamnya Al-Qur'an diturunkan, bulan yang didalamnya terdapat sebuah malam yang begitu luar biasa, sebuah malam yang jika kita melakukan ibadah di dalamnya, ibadah tersebut lebih baik dari seribu bulan. Kemudian, pertanyaan selanjutnya, apa yang sudah kita persiapkan untuk menyambut tamu istimewa itu?"
Salah satu pemuda mengangkat tangan, "Apa perlu ada persiapan, Tadz?"
"Sekarang saya tanya. Jika ada presiden yang akan berkunjung ke rumah saudara Minggu depan, apa yang akan saudara lakukan?" tanyanya balik, tanpa menghilangkan senyum penuh kedamaian. "Tentu, saudara akan sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjamu tamu saudara bukan? Mulai dari membersihkan rumah, membuat beraneka ragam makanan yang terbaik, dan segala hal lainnya. Benar?"
"Benar, Tadz," jawab pemuda tadi.
"Dengan sesama manusia saja, persiapan kita sudah sedemikian rupa. Lalu bagaimana dengan Ramadhan? Yang sudah Allah siapkan segala keutamaan di dalamnya, bulan yang Allah lipat gandakan pahala untuk setiap ibadah yang dilakukan hamba-Nya."
Para hadirin menyimak dengan khusyuk. Tatapan mereka sama-sama terfokus pada satu objek, dimana seorang laki-laki dengan tinggi badan 190 cm berdiri tegap di atas mimbar. Wajahnya yang berseri mampu menghipnotis semua mata yang memandangnya. Senyum khas yang selalu berhasil membuat rasa tenang dan damai di hati.
"Khaled, lima menit lagi ya," bisik seseorang yang duduk di sampingnya. Laki-laki itu mengangguk paham dengan memberikan kode melalui tangannya.
"Baiklah saudara sekalian, berhubung waktu kita terbatas, untuk pembahasan tentang persiapan Ramadhan Insya Allah kita akan bahas besok. Mungkin hanya itu kajian kita sore ini, semoga dapat diambil manfaatnya. Jika ada kesalahan itu dari saya sendiri, dan jika ada kebaikan itu datangnya dari Allah SWT. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh," jawab semuanya kompak. Suaranya menggema ke seluruh ruangan di masjid mahasiswa itu.
Waktu kian berputar, satu persatu insan yang menyempatkan diri untuk mendengar kajian rutinan itu beranjak meninggalkan masjid. Sampai menyisakan beberapa orang yang memang terbiasa menghabiskan waktu sepanjang hari di sana.