My Destiny is You

Almayna
Chapter #4

Pertemuan Pertama

Kerlap kerlip lampu warga sekitar mulai terlihat di sepanjang jalan. Gaungan azan dan pujian kepada Sang Pencipta mulai terdengar, mengalun indah di telinganya. Senyum yang sejak tadi mengembang belum juga pudar di tengah sinar langit yang mulai gelap.

"Duh, kok lupa ya," ucapnya tiba-tiba, membuat teman yang fokus mengendarai sepeda motor di depannya menoleh sebentar.

"Kenapa?" tanya Syena.

"Gue lupa minta nomor hapenya mas-mas tadi, Sye," balas Aleena dengan raut wajah serius.

"Kamu naksir sama mas-mas masjid?"

"Bukan mas masjidnya, Sye, tapi yang azan tadi. Suaranya adem banget. Rasanya lagi makan ice cream rasa stroberi."

"Jangan mudah suka sama seseorang, Aleena. Nanti kalau tidak sesuai dengan ekspektasi, malah kecewa, kayak sebelumnya."

Aleena mengembuskan napasnya, bersamaan dengan desiran angin malam yang terasa dingin. "Insya Allah, kali ini nggak akan lagi. Karena gue yakin, dia itu orang baik-baik."

Syena hanya mengangguk singkat di balik helmnya. "Terserah kamu aja, deh. Aku doain yang terbaik."

Aleena tersenyum mendengar kalimat sahabatnya. Ia lantas memukul pelan pundak Syena sambil tertawa kecil. Meski postur tubuh Aleena kecil, tapi pukulannya selalu berhasil membuat orang lain meringis. Sama halnya dengan Syena saat ini.

"Kenapa dipukul?"

"Lagian lo, sih, lucu."

"Hah?"

"Yang bilang gue suka sama tu cowok siapa? Gue kan cuma bilang penasaran aja, Syena."

"Iya, iya. Apa-apa deh, pusing nih kepala," timpal Syena menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tidak ingin terlibat pembicaraan yang tidak akan ada habisnya. Baginya, lebih baik berbicara dengan kerbau dari pada dengan sahabatnya itu. Enggaklah! Syena kan sahabat terbaiknya Aleena.

"Sye, besok ajak gue ke masjid lagi ya. Tapi kali ini cepetan dikit, biar bisa ikut jama'ah," pesan Aleena sembari melepas helmnya. Mereka sudah sampai di depan rumah Aleena.

"Hellow! Aleena Khairani Hasbi yang cantik dan baik hati-"

"Dan rajin menabung," serobot Aleena memotong ucapan sahabatnya.

"Aku ngajak kamu satu jam sebelum acara Na, dan kita tiba di masjid lima menit sebelum kajian selesai, itu gara-gara siapa?"

"Salah siapa dong?" tanya Aleena polos.

"Kamu lah, ngaretnya kebangetan."

Aleena tersenyum lebar sampai matanya hanya terlihat seperti lengkungan tipis. Kalau sudah memasang ekspresi seperti itu, tandanya dia mengakui kengaretannya. Dasar Aleena.

"Ya, maaf. Gue, kan, masih makan. Masa iya, gue makan sambil jalan? Ntar kena ceramah Adit lagi."

"Oke, besok kamu harus stand by depan kelas setengah jam sebelum gue datang."

Lihat selengkapnya