"Rasulullah, Saw pernah bersabda: "Wahai para pencari kebaikan, sambutlah datangnya Ramadhan, wahai para pemburu keburukan, hentikan keburukan Anda. Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang Allah bebaskan diri neraka dan itu Allah lakukan pada setiap malam."
"Jamaah sekalian, hadis tersebut menegaskan kepada kita kaum muslimin untuk mempersiapkan versi terbaik kita untuk menyambut Ramadhan, memasukinya dengan penuh keimanan, dan meraup pahala yang sebanyak-banyaknya. Dan alhamdulillah, kita sudah memasuki awal bulan mulia tersebut beberapa menit yang lalu. Jadi, marilah kita berlomba-lomba untuk memenangkan ajang yang begitu istimewa ini, yang hadiahnya tidak tertandingi dengan apapun di dunia ini, yaitu ridho Allah SWT."
Pak RT yang sekaligus menjadi imam sholat Isya' tadi mengakhiri ceramahnya. Para jamaah sholat Isya' yang juga sedang menantikan hasil sidang Isbat tersenyum bahagia, merapalkan kalimat hamdalah berulang kali, sebagai ucapan syukur mereka atas kesempatan yang diberikan oleh Allah, yaitu bertemu kembali dengan bulan Ramadhan.
Aleena dan keluarga besar Hasbi Harahap itu pun tak kalah melebarkan senyumnya. Entah karena apa, gadis bermukena pink polos itu merasa begitu senang dan antusias menyambut bulan suci Ramadhan. Bahkan, untuk pertama kalinya ia yang memaksa mamanya agar ke masjid lebih awal karena sangking bersemangatnya untuk melaksanakan tarawih pertama.
Meski dengan bekal semangat 45, Aleena tidak bisa membohongi diri kalau ia belum terbiasa sholat dengan jumlah rakaat yang begitu banyak. Ia yang biasanya hanya sholat fardhu, merasa sedikit kelelahan saat menjalani tarawih. Maka, tak jarang gadis itu beristirahat setelah mendapat dua rakaat. Walaupun demikian, Aleena tidak pernah mengeluh.
"Yeay! Akhirnya selesai!" pekik Aleena kegirangan karena ia baru saja selesai melaksanakan sunnah Witir, sholat penutup pada malam itu.
Kunna yang duduk di sampingnya hanya menggeleng. Untung pekikan Aleena tidak terlalu kencang, jadi dia tidak menanggung malu dengan jamaah lain karena sikap putrinya yang masih bar-bar.
"Eh, mau kemana?" tanya Kunna tatkala melihat putrinya melipat sajadah.
"Mau pulang lah, Ma. Kan sholatnya udah selesai."
"Doa dulu, dong, Sayang," nasehat Kunna kesekian kali. Gadis itu cengengesan. Ia lantas kembali ke tempatnya semula, menengadahkan tangan dan mengaaminkan setiap doa yang dipanjatkan dari imam sholat. Tak lupa, Aleena menyebut sebuah nama untuk mengakhiri doanya.
***
"Mama!" Aleena berteriak dari lantai atas, kebiasaan yang belum juga bisa dihilangkan. "Mau masak, ya?" Gadis itu menuruni anak tangga dengan kecepatan kilat. Bahkan, belum dua menit, Aleena sudah duduk manis di depan Kunna yang masih fokus memotong beberapa sayuran.
"Iya, Mama mau masak buat sahur nanti. Mau bantuin?"
Aleena mengangguk cepat. Ia lantas mengambil pisau dan membantu sang mama memotong bawang bombay dan beberapa sayuran. Kunna tahu kalau Aleena pandai masak, asalkan ada yang memotongkan bawang merah untuknya. Aleena tidak suka bau bawang merah, karena selalu membuatnya menangis seperti baru diputusin pacar, kata Adit.
"Papa sama Adit mana? Tumben televisi nganggur," cicit Aleena dibalik kesibukannya.
"Katanya mau beli cilok, tapi nggak tau mau beli dimana."
Aleena menghentikan kegiatannya setelah mendengar ucapan mamanya. "Beli cilok? Kok nggak kasih tau aku? Aleena juga mau," rengeknya seperti anak kecil. Ralat, Aleena memang masih bocil.
Kunna beranjak ke dapur, mencuci sayuran dan hendak membuat bumbu. "Nanti juga dibeliin kok, sama Papa."
"Oh iya, Mama bener juga," pikir Aleena menyusul mamanya ke dapur. "Bantuin apa lagi, Ma?"