Keheningan malam masih terasa dimana-mana, meskipun lengkingan suara dari alarm yang disetel sedemikian rupa mulai memenuhi gendang telinga. Tak tahan dengan deringan di sampingnya, Khaled bergegas bangun dan meraih benda yang masih bergetar itu. Mata bulatnya mengerjap berulang kali dan akhirnya berhenti setelah membaca jelas angka yang terpampang di layar.
Terlanjur bangun dan Khaled tidak akan bisa tidur lagi, ia memilih untuk beranjak ke kamar mandi. Dua menit ia habiskan untuk mencuci muka dan berjalan ke arah dapur asrama. Sebagai pengurus masjid kampus, Khaled beserta takmir lainnya sudah diberikan fasilitas yang lengkap oleh universitas. Mulai dari tempat tinggal hingga saat transportasi, semua sudah disediakan. Bahkan, Khaled berpikir kalau asrama ini melebihi hotel berbintang dua pada umumnya.
Di dapur, Khaled mengambil beberapa bahan mentah dari kulkas dan meletakkannya di dekat kompor. Berhubung hari ini sudah memasuki bulan Ramadhan, maka ia berinisiatif memasak makanan untuk teman-temannya yang lain. Karena hanya dia yang pandai masak diantara pengurus yang lain.
Dari beragam jenis sayuran yang masih tersedia, Khaled mengambil beberapa buah wortel, buncis, kentang, dan bahan lainnya untuk membuat sup. Dingin-dingin seperti ini, apalagi di hari pertama sahur, makanan berkuah sangat cocok untuk menambah selera.
Karena keterampilannya dalam mengolah bahan masakan, tidak sulit untuk laki-laki yang sudah terbiasa masak seperti Khaled, menghidangkan menu sahur dalam waktu yang cukup singkat. Selain memiliki wajah rupawan, kecerdasan yang mumpuni dan akhlak yang tinggi, kepandaiannya dalam membuat masakan menjadi daya tarik tersendiri dari sosok Khaled. Kalau kata teman-temannya, paket komplit. Namun, dibalik semua kesempurnaan itu, tidak banyak yang tahu kalau salah satu kekurangan dari laki-laki itu adalah sulit untuk mencintai.
Baik Andri, Mahdi, Rahman, dan jajaran pengurus lainnya sudah berusaha mencari cara agar laki-laki itu bisa sedikit membuka hati untuk sekedar menyukai seorang gadis. Semua sahabatnya khawatir kalau Khaled akan terus membujang seumur hidup, padahal menikah adalah perintah dari Nabi Muhammad sendiri untuk umatnya.
Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw sendiri tidak mengakui umatnya yang tidak mengikuti Sunnahnya, dan Khaled lebih paham tentang hal itu. Akan tetapi, sampai sekarang belum ada sosok yang mampu mengetuk hatinya, sejak pertemuan keluarga itu.
"Mas lagi masak pagi-pagi buta?" tanya seseorang yang sudah berdiri di belakangnya. Khaled menoleh dan mendapati Rahman yang baru bangun, terlihat dari matanya yang merah. Dari sekian pengurus masjid, hanya Rahman dan Bayu yang memanggilnya dengan panggilan 'mas' sedangkan lainnya lebih suka memanggilnya ustad.
"Buat sahur, Man." Khaled menjawab sembari mengaduk sup yang sudah hampir matang. "Tolong bangunin yang lainnya, ya. Biar tahajjudnya nggak terlambat nanti."
Rahman mengangguk cepat. Mahasiswa yang baru semester tiga itu segera pergi, membangunkan yang lainnya untuk sahur.
"Bang Andri, bangun Bang! Sahur!"
"Kang Bayu, sahur Kang!"
"Di, sahur Di!"
Rahman beranjak dari kamar yang satu ke kamar yang lain. Karena asrama khusus takmir itu hanya terdapat lima kamar, tiga ditempati oleh pengurus, satu untuk tamu dan satu lainnya sebagai ruangan diskusi. Setelah berhasil membangunkan semuanya, Rahman pun bergegas kembali ke dapur untuk membantu Khaled. Namun, begitu sampai pintu, semua makanan malah sudah tersaji dengan sempurna.
"Masya Allah, Mas Khaled nyiapin semuanya? Baru aja mau bantuin," tutur Bayu yang datang lebih awal.
Khaled yang mendengar itu hanya tersenyum. "Sudah, cepat makan. Takutnya keburu imsak," suruh Khaled kepada teman-temannya. Mereka pun lekas menyantap makanan yang sudah disiapkan itu dengan lahap. Mereka yang sudah selesai langsung mencuci piring masing-masing dan beranjak ke masjid untuk tahajjud berjamaah.
***
"Ndri, hari ini sibuk nggak?"
Andri yang sebelumnya fokus dengan layar handphone, langsung menoleh ketika Khaled memanggilnya. Ia pun melepas earphone yang menempel di telinga, dan berjalan ke tempat Khaled. "Alhamdulillah hari ini kuliahnya libur, Mas. Memangnya kenapa?"
"Minta tolong, temenin beli kurma, parsel dan kebutuhan lainnya. Tadi Bayu nawarin, tapi dia harus pergi rapat di TPA."
"Bisa, Mas. Mau pergi sekarang?"
Khaled mengangguk. Dua laki-laki itu langsung keluar setelah mengunci pintu asrama. Khaled menunggu di depan gerbang, sedangkan Andri pergi mengambil motornya.
***
Di tempat yang berbeda, seorang gadis masih terpejam di balik selimutnya yang tebal. Hangat matahari yang memenuhi kamarnya tak mampu menembus seluruh tubuh yang tertutup rapat, malah membuat tidurnya semakin nyenyak. Kelopak matanya baru terbuka setelah benda pipih di bawah bantal bergetar.
Dengan rasa kantuk yang masih menghinggap di kelopak mata, Aleena memaksakan diri untuk bangun. Tangannya segera membuka notif yang baru masuk. Ia memicingkan mata yang agar bisa membaca pesan di grup dengan jelas.
TRIPLEK
Anda, Arjuntampan, dan 1 lainnya.
Syenaaa
Semangat puasa pertama gess!
Arjuntampan
Males
Syenaaa
Nggak nanya, wlek.