My Destiny is You

Almayna
Chapter #8

Kesempatan

Sepanjang perjalanan, Aleena hanya tersenyum membayangkan wajah Khaled ketika dirinya memasukkan kurma tadi ke dalam plastik milik laki-laki itu.

"Semoga dia suka." Aleena bermonolog sendiri.

Kunna yang sempat mendengar gumaman itu menoleh. Keningnya mengerut ketika mendapati putrinya yang tengah senyum-senyum sendiri. "Kamu ngomong apa tadi, Na?"

Aleena yang fokus mengemudi beralih melihat mamanya sebentar. "Eh, anu. Nggak apa-apa, Ma," balasnya meyakinkan.

"Oh, begitu." Kunna mengangguk singkat. "Ketemu sama Nak Khaled di mana? Kelihatannya, kamu kenal banget sama dia."

"Jadi gini, Ma." Aleena menceritakan semua kejadian waktu dirinya ikut kajian bersama Syena. Mulai dari mendengar suara Khaled untuk pertama kali, bertemu dengan wanita bercadar, sampai bertemu langsung dengan Khaled ketika akan mengembalikan tasbih kepada pemiliknya.

Kunna yang mendengar cerita putrinya tertawa ringan. "Kok bisa-bisanya kamu nggak tahu jalan, Nak?" heran Kunna saat tahu kalau Aleena tersesat di area masjid kampus.

"Aleena kan baru pertama ke masjid, Ma. Lagian, kalau waktu itu Aleena tau jalan, nggak jadi dong ketemu sama Khalednya."

"Jadi ceritanya, sekarang udah suka nih, sama Nak Khaled?" terka Kunna mengangkat sebelah alisnya.

"Suka, Ma. Suka banget. Eh-" Aleena segera menutup mulutnya rapat-rapat. Kini, pipi putihnya sudah berubah menjadi kemerahan. Bicara tentang Khaled membuat dirinya salting sendiri.

"Tingkah kamu ini, bikin Mama keinget pas pertama kali ketemu sama Papa."

"Kok bisa, Ma?"

Kunna mengambil napas panjang, kemudian mengeluarkannya pelan. "Dulu, Mama dan Papa juga ketemu secara kebetulan ketika Mama ikut salah satu UKM di kampus. waktu itu, Papa kamu jadi ketuanya. Nah, dari situlah, Mama mulai kagum karena kepintarannya dalam memimpin organisasi. Bahkan, yang jatuh cinta duluan itu Mama. Padahal waktu itu, Papa kamu cuek banget."

Aleena menyimak dengan seksama. Tanpa terasa, jalanan yang mereka lewati sudah mendekati arah rumah mereka. "Terus, apa yang Mama lakuin setelah itu?" tanya Aleena seraya membantu Kunna membawa barang belanjaan ke dalam rumah.

"Ya, Mama terus nekat deketin Papa."

"Hah?"

"Eits. Bukan deketin secara fisik, ya. Deketin dalam arti, Mama terus sebut nama Papa setiap kali sholat. Mama print foto Papa dan nempelin di meja belajar. Setiap kali mau belajar, Mama sholawatin. Dan akhirnya, Allah memberikan jawaban atas doa Mama selama ini, gitu." Kunna menyelesaikan ceritanya begitu mereka sampai di dapur.

"Oooo, jadi gitu resepnya," gumam Aleena mengangguk pelan.

"Iya, Sayang."

"Jadi, Mama kagumi secara diam-diam sambil didoain, ya? Apa ngga sakit, Ma nyimpen semua itu dalam diam?"

"Nak, kamu pernah dengar kalimat ini nggak? Berani mencintai harus siap terluka." Aleena mengiyakan. Kata-kata itu sering ia jumpai di story temannya.

Lihat selengkapnya