My Destiny is You

Almayna
Chapter #9

Rahasia Arjun

Sejak mengetahui tentang pendaftaran itu, Aleena menjadi bersemangat melakukan ibadah tarawih. Sangking semangatnya, sampai-sampai ia ingin mengerjakan dua puluh rakaat sekaligus karena takut tidak bisa ikut mendaftar.

"Alhamdulillah, selesai juga," ujarnya menghela napas lega. Sekak tadi ia menunggu rakaat terakhir dari sholat witir selesai. Karena sudah mendahului imam berdoa, gadis bermukena biru muda itu segera pamit kepada mamanya untuk pulang terlebih dahulu.

Ditemani Syena, Aleena berani pulang di saat keluarganya masih di masjid. Setibanya di kamar, ia langsung meraih handphonenya dan mencari informasi yang dimaksud Syena.

"Gimana? Linknya masih bisa nggak?" tanya Syena yang baru tiba.

Karena terlalu fokus dengan layar ponsel, Aleena hanya menjawab pertanyaan sahabatnya dengan anggukan singkat. Helaan napas panjang keluar dari bibir tipisnya. "Yes. Berhasil Sye," ujarnya tersenyum lebar.

"Alhamdulilah."

"Gue ke kamar mandi dulu, ya." Gadis itu lantas melepas mukena yang masih melekat di badannya dan berlalu. Detik ketiga puluh, ia sudah kembali dengan wajah yang basah.

"Na, hape kamu bunyi dari tadi. Ada yang nelpon mungkin," beri tahu Syena menunjuk ke benda yang dimaksud.

Tanpa berkata apa-apa, Aleena meraih handphone dan kembali meletakkannya di tempat semula. Hal itu membuat kening Syena mengerut. Melihat kebingungan di wajah sahabatnya, Aleena mengembuskan napas dan kembali mengambil benda yang ia letakkan tadi.

"Qur'an time," eja Syena membaca tulisan yang terpampang di layar. Gadis blesteran Jawa-Sunda-Mesir itu pun mengangguk paham. "Masya Allah. Hijrahnya Aleena lengkap juga ternyata."

Aleena hanya cengengesan. Sebenarnya, ia melakukan kebiasaan baru itu karena suruhan orang tuanya yang mengancam kalau Aleena tidak rajin beribadah di bulan Ramadhan, maka ia tidak akan diizinkan untuk kuliah bersama Syena ke dua benua.

"Gue ngaji bentar ya, abis itu gue anterin pulang," beo Aleena yang berjalan ke rak buku, mengambil mushafnya yang tersusun rapi di sana.

"Nggak usah Na, aku bisa pulang sendirian. Lagian, aku, kan cuma nemenin kamu."

"Syena Azehra, gue nggak nerima penolakan, oke?"

Melihat tingkah Aleena yang keras kepala, mau tidak mau akhirnya Syena menyetujuinya. Sembari menunggu sahabatnya selesai mengaji, ia memilih membaca beberapa novel koleksi Aleena. Meskipun sudah sering ke tempat ini, Syena masih saja dibuat kagum dengan koleksinya buku Aleena yang begitu lengkap. Gadis 19 tahun itu memang sangat suka mengoleksi buku, apalagi novel yang berbau romance, tapi entah kenapa Syena juga heran, kisah Aleena tidak pernah seindah novel yang dibacanya.

"Ya udah, yuk pergi!" ajak Aleena yang sudah siap dengan kaos lengan panjang warna krem, celana kulot hitam serta tak lupa balutan jilbab pashmina warna senada dengan bajunya.

"Eh, kalian mau kemana?" Kunna yang sudah pulang setengah jam yang lalu tiba-tiba muncul di samping mereka.

Aleena segera meraih tangan Kunna lalu menciumnya. "Aleena mau nganterin Syena pulang dulu, Ma."

"Pamit dulu, ya, Tante. Udah malam, nanti dicariin Abi."

Kunna hanya mengangguk pelan. Sebenarnya, ia ingin agar Syena lebih lama di sini agar Aleena bisa menemani putrinya belajar ilmu agama. Karena kalau Aleena sendiri yang belajar, ia sangat mudah bosan dan akhirnya tertidur.

"Kalian hati-hati, ya."

Baik Syena ataupun Aleena mengangguk mantap. Setelah mengambil helm dan motor Scoopy kesayangannya, Alena langsung tancap gas menuju rumah Syena yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kompleks perumahannya.

***

"Thanks ya, udah nganterin," tutur Syena di depan gerbang rumahnya. Tanpa membuka helm, Aleena segera mengacungkan jempol sebagai jawaban.

Begitu Syena masuk rumah, Aleena kembali mengendarai motornya. Ia harus sampai rumah sebelum pukul sepuluh. Namun ternyata, keinginan gadis cantik itu tidak berjalan mulus. Di tengah perjalanan, motornya tiba-tiba mati.

Lihat selengkapnya