My Destiny is You

Almayna
Chapter #10

Degup

Rintik hujan kembali mengguyur bumi setelah hampir seminggu planet tempat manusia berpijak Ini terasa membakar sangking panasnya. Tidak seperti hari kemarin, mungkin pagi ini akan terasa lebih sejuk dan hangat.

Bulir-bulir air yang hanya berbentuk garis kecil itu rupanya tidak mampu menghilangkan tekad Khaled untuk membersihkan area masjid. Usai sholat Subuh tadi, ia langsung mengganti baju dan kembali ke masjid. Berbeda dengan Andri dan kawan lain yang memilih tidur dan akan beraktifitas sekitar jam tujuhan.

"Bang Khaled!" Teriakan itu mengalihkan pandangannya. Senyum tipis seketika membingkai di wajahnya tampannya. "Assalamu'alaikum, Bang."

Khaled melepas sapu yang sejak tadi ia pegang sebelum menerima uluran tangan dari laki-laki yang baru tiba di depannya. "Wa'alaikumussalam. Tumben pagi-pagi ke sini, Wan. Ada tugas?"

Laki-laki yang dipanggil Ridwan itu menggeleng. "Saya ke sini, mau ketemu sama Abang. Kangen banget soalnya," balas Ridwan membuat senyum Khaled kian melebar.

"Kamu ini bisa saja." Khaled dan Ridwan tertawa bersama. "Gimana kondisi Ummah?"

Ridwan mengikuti Khaled yang sudah duduk di emperan masjid. "Alhamdulilah, Bang. Ummah sudah membaik, makanya bisa ke sini. Tapi ya gitu, harus tetap kontrol secara rutin."

Khaled mengangguk paham. "Syukurlah, kalau begitu. Masih tinggal di rumah Oma?"

"Untuk sementara waktu, Bang," balas Ridwan. "Oh iya, Abang kapan main ke rumah lagi? Udah lama nggak ke sana. Terakhir, saat kak Zulfa mau balik ke Brunei."

Khaled tersenyum mengingat momen itu. "Insya Allah, kalau ada waktu, Abang datang jenguk Ummah."

"Nggak sekalian bawa mahar lagi, Bang?" tanya Khaled menaik turunkan kedua alisnya. Laki-laki hanya merespon dengan tawa kecil. "Teman-teman Abang yang lain pada kemana?"

"Sedang menjalankan ibadah tidur, Wan."

"Abang nggak?"

"Ini, kan. Membersihkan masjid juga ibadah to?"

Ridwan tertawa kecil, mengiyakan perkataan Khaled tadi. "Oh iya, kata kak Zulfa hari ini ada kegiatan ya Bang?"

"Iya, pendaftaran untuk panitia Ramadhan."

"Aku boleh bantu-bantu bersihin masjid nggak, Bang?"

"Boleh, dong." Setelah mengatakan itu, Ridwan segera mengambil sapu lidi dan menyapu halaman depan. Setelah semuanya bersih, kedua laki-laki itu beralih membersihkan bagian dalam masjid, serta menyiapkan tempat untuk kegiatan wawancara nanti.

Tepat pukul sembilan pagi, seluruh area masjid sudah bersih sempurna. Tempat untuk kegiatan hari ini juga sudah siap. Khaled yang belum membersihkan diri pun pamit karena sisa persiapannya ditangani oleh temannya yang lain.

***

Karena tidak tahu harus melakukan apa, Ridwan iseng membuka dokumen-dokumen yang berisi nama-nama pendaftar untuk menjadi panitia Ramadhan tahun ini. Meskipun dia tidak berkuliah di universitas yang sama dengan kakaknya, tapi kedekatan Ridwan dengan takmir dan jajarannya melebihi mahasiswa yang berkuliah di tempat ini.

Bahkan tak jarang, laki-laki berkulit kuning langsat itu menghabiskan waktunya bersama Khaled di masjid. Sesekali, Khaled juga menyuruhnya untuk mengisi kajian sore, dan Ridwan dengan senang hati menyanggupinya.

"Iwan? Kamu disini?" Kedatangan seseorang mengalihkan kegiatannya. Ia langsung tersenyum begitu melihat gadis bercadar yang sudah berdiri di sampingnya.

"Eh. Kak Zulfa." Ridwan menutup dokumen tadi dan menyuruh kakaknya duduk. "Iya, Kak. Di rumah suntuk, makanya main ke masjid aja."

Lihat selengkapnya