My Destiny is You

Almayna
Chapter #11

Berbuka Bersama

"Maaf?" Khaled mencari penjelasan atas kalimat Aleena tadi.

Gadis itu memukul mulutnya setelah menyadari ucapan yang tidak seharusnya dikeluarkan. "M-maksud saya, bukan gitu."

"Maksudnya bagaimana?" tanya Khaled menaikkan kedua alisnya, membuat Aleena semakin salah tingkah.

"Maksudnya, saya siap untuk mengikuti wawancaranya." Aleena meyakinkan.

"Saya kira, kamu serius dengan ucapan kamu tadi," balas Khaled tersenyum melihat wajah Aleena yang terlihat lucu.

"Diseriusin juga gak papa kok," gumam Aleena.

"Apa kamu mengatakan sesuatu?"

Tidak ingin membuat diri malu untuk kedua kalinya, Aleena menggeleng cepat. Dalam hati ia berjanji untuk lebih menyaring setiap kata yang akan keluar dari mulut kecilnya. Sudah cukup ia terlihat lugu di depan laki-laki yang dikaguminya.

"Oke. Kalau gitu, kita mulai ya wawancaranya," ulang Khaled yang sudah fokus dengan dokumen dan pertanyaan yang hendak ditujukan kepada Aleena.

Waktu pun berlalu. Sudah puluhan menit, Aleena berada di ruangan itu. Bukan hanya berdua dengan Khaled, tapi berempat. Sebelum memulai sesi wawancara tadi, Khaled sempat menyuruh beberapa anggota LDK untuk ikut mendampingi Aleena.

Dua diantara mereka sesekali berdecak kagum dengan cara Aleena menanggapi setiap pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Untuk masalah visi misi, Aleena sudah mahir dan ia pun sudah mempersiapkan jawaban jauh-jauh hari. Maka tidak sulit baginya untuk menjawab pertanyaan Khaled.

"Alhamdulilah. Sesi wawancara sudah selesai. Terima kasih ya, sudah bersedia meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan ini," ujar Khaled diakhir sesi.

Aleena tersenyum lebar. "Terima kasih kembali, Mas."

Apa sih yang nggak buat lo, Lid. Batin Aleena. Setelah itu, ia dipersilahkan untuk keluar seraya menunggu instruksi berikutnya.

***

Di lain tempat, seorang laki-laki dengan kemeja hitam dan almamater kampus tengah berjalan dengan terburu-buru. Wajah Jawanya yang tampan tidak terlihat tenang. Laki-laki itu beberapa kali menelpon sebuah nomor namun belum juga diangkat sampai sekarang, padahal ia harus mengambil beberapa jurnal yang dia titip pada pemilik nomor itu.

"Ni bocah kemana sih?" gerutu Arjun kembali menekan nomor yang sama. Setelah sekian lama, akhirnya Arjun mencari nomor lain.

"Sye, lo tau nggak Aleena dimana?"

"Bukannya dia masih di masjid kampus, ya," jawab seseorang di seberang sana. "Kenapa Jun?"

"Gue nitipin jurnal di sana."

Lihat selengkapnya