My Destiny is You

Almayna
Chapter #12

Titipan Salam

Senja yang tadinya masih berwarna jingga kemerahan kini sudah berubah menjadi bayangan gelap yang menyelimuti langit Jakarta. Satu persatu jamaah sholat Isya' sekaligus tarawih keluar meninggalkan area masjid. Meskipun demikian, suasana di dalam tempat ibadah itu masih ramai dengan anggota lembaga dakwah kampus yang kebetulan ikut tadarus.

"Mbak Zulfa pulang sama siapa?" tanya Syena yang kebetulan bertemu di parkiran. Aleena yang berjalan di belakangnya pun ikut menanyakan hal yang sama.

Wanita bercadar itu menyipitkan matanya, membentuk lengkungan indah pertanda kalau ia sedang tersenyum. "Aman kok, Mbak pulangnya sama Adek."

Baik Aleena maupun Syena mengernyitkan keningnya, bingung. Melihat guratan di wajah gadis-gadis di depannya membuat Zulfa tertawa kecil. "Tuh." Zulfa menunjuk ke arah lain. Syena dan Aleena melihat arah yang ditunjuk.

"Adeknya cowok?"

Zulfa mengangguk cepat. "Iya, itu Adeknya Mbak, namanya Ridwan."

"Maaf ya, lama soalnya tadi ada urusan sama mas Khaled," ujar laki-laki yang sudah berdiri di antara mereka. Sepertinya, Ridwan belum menyadari keberadaan Syena dan Aleena.

"Cowok ini, kan?" Syena mencoba mengingat dimana ia pernah melihat Ridwan.

Mendengar ada suara lain, Ridwan menoleh ke arah kanan. Ia juga tak kalah terkejut melihat Aleena yang berdiri di sampingnya. Spontan, senyum di wajah putihnya mengembang sempurna.

"Kak, mereka siapa?" tanya Ridwan.

Zulfa menepuk jidatnya pelan. Ia lupa kalau Aleena dan Syena masih ada di sana. "Kenalin, yang ini namanya Aleena, dan ini Syena." Zulfa memperkenalkan satu persatu. "Dan kalian, kenalin ini Adek Mbak satu-satunya, Ridwan."

"Kalian kembar?" tanya Ridwan dengan wajah polosnya.

Kedua gadis yang sedang berdiri di depan itu saling pandang, sampai akhirnya, Aleena dan Syena tertawa kecil. Apakah mereka terlihat sangat mirip?

"Hai, gue Aleena. Ini sahabat gue."

Ridwan menangkupkan kedua tangan di depan dada untuk merespon sikap Aleena tadi. "Wah, saya kira kalian kembar. Salam kenal kembali. Aleyna, Syena."

Dengan tetap mempertahankan senyumnya, Ridwan segera mengajak Zulfa untuk pulang karena khawatir gemuruh di dadanya semakin besar. Selain itu, Zulfa juga merasa sedikit lelah hari ini. Oleh karenanya, kakak beradik itu pergi setelah berpamitan pada Syena dan Aleena.

"Yuk, ah. Pulang! Gue mau mandi," ajak Aleena menarik tangan Syena. Pemilik tangan itu hanya menurut. Sebelum menaiki kendaraan, Syena memberikan helm kepada Aleena demi menjaga keselamatan. Detik berikutnya, mereka sudah siap meninggalkan tempat yang semakin sepi karena jamaah sholat tarawih sudah pergi dari tadi.

Sepanjang perjalanan, Aleena hanya bersenandung kecil. Gumaman yang keluar dari mulut kecilnya mengalun indah, mengikuti gerakan angin malam yang menerpa wajahnya. Sedangkan Syena, gadis yang sedang fokus menjalankan motor itu hanya diam mendengar suara Aleena yang begitu kecil. Sampai ketika, pikirannya teringat sesuatu yang membuat Syena menghentikan senandung sahabatnya.

"Na, kamu tau cowok yang tadi nggak?"

Yang ditanya nampak berpikir. "Maksudnya, Adek Mbak Zulfa?" Syena mengangguk. "Iya, namanya Ridwan, kan. Memangnya kenapa?"

"Tadi kan, pas kita lagi mau buka, tu cowok liatin kamu terus. Pake wajah senyum-senyum lagi. Kan, aneh."

"Masa sih? Kok gue nggak tau?"

"Kamu, kan, dari tadi sibuk liatin si Khaled, Aleena."

Aleena hanya mengangguk kecil, kepalanya masih meresapi cerita Syena. "Memangnya kenapa kalau Ridwan ngeliatin kayak gitu?"

Syena menghendikkan bahunya tidak tahu. "Mungkin dia suka sama kamu," alibinya.

Tawa Aleena seketika pecah. Penuturan sahabatnya terdengar sangat lucu. Bagaimana mungkin Syena memiliki pemikiran seperti itu? Sedangkan untuk saat ini, dirinya masih fokus mencari perhatian kaum Adam yang bernama Khaled.

"Nggak mungkin kali Sye, cowok sekalem Ridwan, suka sama cewek bar-bar kayak gue," bantah Aleena dengan tawa kecil yang masih terdengar.

Lihat selengkapnya