My Destiny is You

Almayna
Chapter #17

Semesta yang Ingin Mempersatukan

Malam itu, selepas melaksanakan sholat Magrib berjamaah bersama dengan semua panitia, Aleena dan Syena mohon pamit untuk pulang setelah tidak ada hal yang dilakukan di sana.

Begitu sampai halaman depan masjid, kedua wanita itu sempat berpapasan dengan Khaled yang juga baru keluar dari masjid. Kejadian itu tentu membuat jantung Aleena berdegup lebih cepat. Pesona Khaled yang baru sholat tidak ada tandingannya di matanya.

"Kalian sudah mau pulang, ya?" tanya Khaled sekaligus menyapa. Sebagai ketua panitia, ia ingin menjalin kerjasama yang baik dengan seluruh anggotanya, dan inilah salah satu bentuknya.

"Iya, Mas." Aleena menjawab.

Syena sengaja memilih diam karena  ia tahu, kalau sahabatnya itu ingin sekali berbicara langsung dengan laki-laki yang disukainya.

"Enggak sekalian tarawih di masjid?"

"Lain kali aja, Mas. Soalnya Mama udah nungguin di rumah," balas Aleena masih menampilkan senyum terbaiknya.

Seperti biasa, laki-laki itu akan menjaga pandangan jika berbicara dengan lawan jenisnya. Maka, seindah apapun senyum gadis di depannya, belum bisa ia lihat. "Oh, begitu. Pulangnya sama siapa?"

Aleena dan Syena saling pandang, mungkin mencari jawaban yang paling tidak mendekati kebenaran.

"Sama temen, Mas." Aleena menjawab tanpa menyebut nama temannya. Ia yakin, Khaled akan berpikir sesuatu jika ia mengatakan kalau ia akan pulang bersama Arjun.

"Masya Allah. Kalau begitu, kalian hati-hati, ya. Terima kasih sudah membantu acara kajian sore ini."

"Sama-sama, Mas Khaled." Kini, keduanya menjawab kompak.

"Saya permisi, dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aleena memperhatikan setiap langkah laki-laki itu. Pandangannya belum juga teralihkan sampai bayangan Khaled benar-benar hilang. Kepergian Khaled belum juga menghilangkan senyumnya.

"Udah, Na. Orangnya udah pergi juga," tegur Syena melihat tingkah sahabatnya.

"Masya Allah, Mas Khaled. Semakin ke sini, gantengnya semakin kemana-mana," gumam Aleena mengundang gelengan kepala dari wanita di sampingnya.

"Ayok, ah. Pulang!" ajak Syena menarik lengan sahabatnya ke luar halaman masjid karena seseorang sudah menunggu mereka sejak tadi.

Benar saja, belum sampai gerbang kampus, keduanya sudah disambut oleh Arjun yang mungkin lelah menunggu mereka dari tadi. Dengan kesabaran ekstra, laki-laki itu langsung mengajak sahabatnya untuk pulang sebelum gema Isya' berkumandang.

Sesuai perkiraan, Aleena pulang dengan Arjun menggunakan sepeda motor. Sedangkan Syena pulang dengan Nia, teman sekelas yang juga searah dengan rumah Aleena.

Malam ini, Syena berniat untuk menginap di rumah Aleena karena harus mengerjakan proyek kuliah. Tentu Aleena sangat senang. Dia bahkan sudah membeli beberapa makanan yang akan menemani begadang mereka malam ini.

Arjun yang sudah mengetahui hal itu ikut senang, meskipun dia tidak bisa bergabung dengan mereka. Tugasnya hanya menjaga dan memastikan kedua wanita berharga itu baik-baik saja. Itulah prinsip yang selalu ia pegang sejak memutuskan menjadi sahabat mereka.

"Jun, lo tau nggak?" tanya Aleena dengan suara sedikit keras. Ia takut laki-laki itu tidak mendengar suaranya karena helm yang mereka kenakan.

"Nggak tau." Arjun membalas singkat.

"Ih, gue kan belum ngomong, Juna."

"Iya, apa yang harus gue tau? Tentang cowok masjid itu?" terka Arjun mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Bagaimana Aleena menatap wajah laki-laki itu, menandakan kalau sahabatnya itu benar-benar menyukai orang tersebut.

"Maksud lo Mas Khaled?"

"Terserah namanya siapa." Arjun bergumam dibalik helmnya.

"Dia ganteng, kan, Jun?"

Laki-laki itu menoleh sebentar, dan kembali fokus pada jalan di depannya. "Biasa aja, sebelas dua belas sama gue."

Aleena yang mendengar gurauan Arjun lantas tertawa. Bagaimana mungkin laki-laki itu menyamakan ketampanannya dengan Khaled? Ya, meskipun kenyataannya memang begitu.

"Lo suka, ya, sama dia?" pancing Arjun yang sudah tau jawabannya.

Lihat selengkapnya