My Destiny is You

Almayna
Chapter #18

Sedikit Curiga

Ketiga manusia itu masih mematung di tempat tatkala wanita bercadar dan pemuda berkoko hitam tadi masuk ke dalam rumahnya. Kalau saja Kunna tidak datang dan menyuruh mereka masuk, mungkin sampai tengah malam mereka akan larut dalam pikirannya masing-masing.

"Ya udah, kalian masuk gih. Nanti masuk angin," suruh Arjun sebelum berpamitan untuk pulang.

"Siap, kapten! Lo juga hati-hati, jangan ngebut," titah Aleena mengacungkan jempol.

"Oke, tuan putri. Assalamu'alaikum."

Kedua wanita itu tersenyum melambai. "Wa'alaikumussalam."

Setelah bayangan Arjun lenyap ditelan gemerlapnya malam, Aleena hendak mengajak sahabatnya masuk. Namun ketika akan mengeluarkan suara, tiba-tiba keningnya mengernyit ketika melihat wanita di sampingnya tengah memandang lurus ke seberang jalan.

"Syena?" panggil Aleena. "Lo lihat apaan?"

"Subhanallah, ya. Allah memang sebaik-baik pencipta," gumam Syena menampilkan senyum.

Aleena yang belum paham lantas melihat ke arah yang sama. "Maksud lo apa? Kenapa tiba-tiba ngomong gitu?"

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Sedangkan di depan mata, sudah ada sosok yang begitu sempurna, sejuk dipandang mata, nenangin hati." Syena kembali mengeluarkan kata yang membuat Aleena semakin bingung.

Ia pun mencoba menerka maksud dari kata-kata itu. Setelah menemukan konteks yang cocok, gadis itu pun tersenyum lebar. "Jangan bilang kalau lo kagum sama Ridwan?"

Syena menelengkan kepala ke arah Aleena, dan menggeleng cepat. "Eng-enggak kok. Siapa yang bilang?"

Rupanya, Syena tengah menyembunyikan perasaannya terhadap laki-laki itu belum lama ia temui. Namun hal itu tidak berlaku bagi Aleena. Persahabatan yang sudah terjalin lama, membuat Aleena tau semua gerak gerik Syena. Jadi, sepintar apapun Syena menyembunyikan sesuatu, Aleena pasti tahu.

"Tatapan mata lo nggak bisa bohong, Sye," kata Aleena tersenyum lebar.

"Apa sih, Na. Jangan ngomong yang aneh-aneh deh," elak Syena mengalihkan pandangan agar tidak bertatapan dengan sahabatnya.

Berbeda dengan ekspresi Syena, Aleena malah semakin bersemangat untuk mencomblangi sahabatnya. Terlihat dari senyumnya yang kian melebar, ditambah gerakan kedua alisnya, ia sangat berharap Syena menemukan tambatan hatinya.

Spontan, ia langsung memeluk sahabatnya dari samping. "Semangat, Syena! Pokoknya lo harus perjuangin perasaan lo. Gue yakin, lo pasti bisa dapetin dia." Aleena memberi semangat lewat tepukan tangannya.

Syena hanya menanggapi kalimat Aleena dengan senyuman tipis, karena ia tahu sedikit fakta dari laki-laki yang sempat menggangu pikirannya. Meskipun baru berupa sangkaan, tapi ia yakin kalau persangkaannya tidak pernah salah.

Aku bakal perjuangin kok, Na, kalau dia memang layak untuk diperjuangkan. Tapi, kalau dianya malah perjuangin sahabat aku sendiri, gimana?

Syena membatin, diiringi dengan langkahnya yang ikut masuk menyusul Aleena ke dalam.

***

Memasuki sepuluh malam kedua, Aleena semakin menggiatkan ibadahnya. Sekarang, bukan hanya ibadah wajib saja yang sedang ia giatkan, tetapi ibadah Sunnah lainnya. Salah satunya, ia tidak akan tidur sebelum berhasil mengkhatamkan satu juz Al-Qur'an. Sebisa mungkin, ia akan menyisihkan waktu disela kesibukan kuliah dan organisasi, demi menuntaskan targetnya.

Semua itu berawal dari kajian sore yang ia ikuti tempo hari, yang membahas tentang keutamaan sepuluh malam kedua Ramadhan. Salah satu hadis yang paling melekat di benaknya yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Dalam riwayatnya, Rasulullah Saw bersabda, "Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah, dan akhirnya adalah itqun minan nar (pembebasan dari api neraka)."

Lihat selengkapnya