My Destiny is You

Almayna
Chapter #19

Tragedi di Taman

Suara-suara yang bersumber dari pukulan beragam jenis benda rumah tangga seperti galon, botol, panci, serta Kentungan yang dimainkan anak-anak kompleks terdengar bersahutan di luar rumah. Lengkap dengan suara khas anak-anak yang sangat bersemangat pagi itu.

Pasukan pemuda dan anak-anak yang bertugas membangunkan sahur itu masih setia mengelilingi sekitar rumah di Jalan Mawar. Berbekal alat seadanya, ditambah bunyi-bunyian dari speaker mini, membuat rumah yang semula temaram, satu persatu terang. Menandakan bahwa pemiliknya sudah bangun.

Tidak terkecuali rumah yang menjadi tempat ternyaman untuk Aleena pulang. Sejak beberapa menit yang lalu, sang mama sudah menyibukkan diri dengan beberapa makanan di dapur. Papanya yang juga baru selesai membaca amalan, turut membantu sang istri menyiapkan makan sahur. Sedangkan putra bungsu mereka, tentu sedang menjalani tugasnya sehari-hari selama Ramadan, yaitu membangunkan sang kakak yang masih bertamasya di alam mimpi.

Kali ini, Adit tidak menggedor pintu seperti biasa, apalagi mengeluarkan suara emasnya. Anak yang hendak lulus sekolah dasar itu memilih  masuk ketika mengetahui kamar tidak terkunci.

"Assalamu'alaikum, Kak, Adit izin masuk, ya," ucapnya di depan pintu.

"Iya, masuk aja Dit." Adit membalas perkataannya sendiri dengan meniru suara sang kakak.

Tanpa membuang waktu, bocah laki-laki itu langsung masuk dan mencari keberadaan kakaknya. Karena temaramnya kamar itu, Adit berinisiatif untuk menyalakan lampu. Ia takut salah orang, karena ia tahu kalau sahabat kakaknya menginap di rumah mereka.

Ceklek!

Begitu lampu kamar menyala, wajah dari dua wanita itu terlihat jelas. Adit tersenyum setelah melihat wajah sang kakak yang terlihat sangat lucu kalau tidur. Ia pun langsung mengguncang lengan Aleena sembari membisikkan sesuatu di telinga gadis itu.

"Kak, bangun. Sahur," bisik Adit tepat di gendang telinga sang kakak. Namun, tidak ada pergerakan dari gadis itu.

"Kakak! Bangun! Bentar lagi imsak!" Adit masih berbisik karena takut mengganggu seseorang di sebelah kakaknya.

Aleena menggeliat, lalu kembali pada posisi sebelumnya tanpa membuka mata sedikitpun. Meski begitu, Adit tidak menyerah. Ia pun mencari akal agar kakaknya itu mau bangun.

"Kak Aleena, bangun, Kak! Katanya mau tahajjud. Kalau Kakak nggak bangun, Adit kasih tau Kak Arjun," ancamnya.

Dua detik setelah mengatakan kalimat itu, kelopak mata wanita kesayangan papanya terbuka. Aleena mengedipkan mata beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Alhamdulilah, akhirnya bangun juga," kata Adit bernapas lega.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Aleena dengan suara yang masih terdengar berat.

"Menjalankan tugas Adit lah. Bangunin Kak Ale," jawab bocah itu cepat. "Ayo, Kak! Bangun. Bentar lagi imsak, lho."

Tanpa membuat adiknya berbicara lebih panjang lagi, gadis itu memaksa tubuhnya untuk bangun. Sebelum membangunkan wanita di sampingnya, Aleena terlebih dahulu mengikat rambut dan pergi membasuh wajah.

Merasa tugasnya sudah terlaksana, Adit juga spontan ke luar, karena series Ramadan favoritnya akan segera tayang. Biasanya, ia akan menonton film-film khas Ramadhan sembari menunggu masakan tersaji. Kalau papanya senggang, ia juga akan menonton bersama papanya.

"Sye, bangun. Sahur yuk," ajak Aleena menepuk tangan sahabatnya.

Berbeda dengan Aleena yang butuh waktu lama untuk dibangunkan, Syena malah langsung membuka mata ketika merasakan tepukan di tangan. Wanita yang memakai jilbab instan itu langsung beranjak ke kamar mandi sebelum menyusul Aleena ke bawah.

"Sini, Tan. Syena bantuin," tawar Syena begitu sampai di meja makan.

"Enggak usah, Nak Syena. Ini tinggal sedikit kok." Kunna menolak dengan sopan. Ia tidak mau merepotkan sahabat putrinya.

"Iya, Sye. Mending lo temenin Adit nonton Omar tuh. Kesukaan kalian, kan, sebelas dua belas," timpal Aleena menunjuk ke arah laki-laki yang sedang khusyuk menatap layar.

"Ayo, Kak Syena! Kita nonton bareng. Kalau nunggu Kak Aleena masak, pasti lama," cicit Adit yang sudah membalikkan badannya.

Syena tersenyum dan berjalan ke tempat Adit. Ia tidak mungkin menolak ajakan bocah menggemaskan itu. Terlebih, belum ada hal yang bisa ia kerjakan di dapur.

Lima menit, tujuh menit berlalu. Makanan yang dimasak oleh dua wanita beda usia itu sudah tersaji di atas meja. Lantas, Kunna memanggil Adit dan juga Syena untuk segera makan sahur.

***

"Na, Arjun ngajak joging nih. Mau nggak?" tawar Syena memperlihatkan handphonenya pada Aleena. Kedua wanita itu baru selesai melaksanakan ibadah sholat Subuh berjamaah di musholla rumah.

"Pagi ini?"

Lihat selengkapnya