My Destiny is You

Almayna
Chapter #24

Satu Terselesaikan

Benderang cahaya purnama tanggal dua puluh satu Hijriah itu terlihat memenuhi semesta. Berdampingan dengan jutaan kilau bintang terhampar luas di jagat raya, membuat senyum berhasil terlukis setelah berhasil menolak niat seseorang yang ingin serius dengannya.

Entahlah, ia juga tidak tahu apakah laki-laki tadi benar-benar ingin serius atau hanya mengatakan wacana, yang pasti ia bisa bernapas lega karena menolaknya. Bukan karena tidak menginginkan, tapi ia memilih untuk menghindari adanya kedukaan dan kerenggangan hubungan jika ia memilih untuk menerima.

Siapa yang tidak mau mendapat pendamping yang soleh, lulusan Al-Azhar tercepat seperti Ridwan? Tapi ia tidak bisa. Nama Ridwan tidak pantas bersanding dengannya. Apalagi, sahabat terbaiknya sudah menaruh rasa padanya.

Maka, daripada menyakiti perasaan siapa-siapa, lebih baik dirinya menjauh. Toh juga, bukan nama Ridwan yang mengisi sebagian doanya. Lalu apa yang perlu disesali? Jadi, sejauh ini, ia rasa keputusannya sudah tepat, meskipun ada sedikit rasa bersalah yang menghinggap karena ucapannya pada laki-laki itu.

"Enggak apa-apa, Na. Kamu udah bener kok. Kamu memang nggak pantas buat laki-laki sebaik dia." Ia memberikan dukungan pada dirinya sendiri.

"Terus pantasnya sama siapa? Khaled?" imbuh seseorang di belakang.

"Astagfirullah!" Aleena dibuat kaget dengan kemunculan Arjun. Untung masih bulan Ramadhan, jadi ia percaya kalau yang berdiri di belakangnya itu adalah sahabatnya. Kalau tidak, mungkin ia sudah mengeluarkan ayat pengusir setan.

"Arjun! Ngagetin tau!" kesal Aleena. Sedangkan laki-laki itu langsung menampilkan wajah tanpa dosa. "Untung gue nggak ada riwayat penyakit jantung."

"Kalau ada memangnya kenapa?"

"Gue bakal gentayangin lo tiap malam, kalau nyawa gue melayang gara-gara lo kagetin gue."

"Uwu, takut," kata Arjun dengan sedikit berdrama, diakhiri dengan kekehan panjang.

Plak!

Tanpa rasa belas kasihan, gadis itu langsung memukul lengan kekar Arjun, sampai membuat pemiliknya meringis.

"Aww ... sakit, Na," ujarnya sambil mengelus kulit yang baru saja terkena geplakan maut dari gadis itu.

"Rasain! Siapa suruh bercanda mulu," sungut Aleena.

"Bercanda itu perlu, Na. Emang takdir doang yang bisa bercanda atas hidup kita? Gue juga bisa kali."

"Maksud lo apaan sih? Otak gue nggak mampu memahami pemikiran lo yang terlalu tinggi, Juna."

Arjun spontan mengeluarkan napasnya panjang. Benar, bahasa hatinya terlalu tinggi untuk bisa dipahami perempuan.

"Yah, malah diem. Dasar aneh!" cibir Aleena berjalan mendahului laki-laki itu.

"Eh, Na! Tungguin!" teriak Arjun berlari menyusul Aleena. Setelah langkah mereka selaras, barulah Arjun berani menanyakan jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Btw, lo belum jawab pertanyaan gue barusan," cicit Arjun sekaligus memperingatkan.

Dengan tetap fokus melihat jalan, Aleena sedang menyusun kata-kata untuk menanggapi pertanyaan Arjun yang tadi. Sebenarnya, ia tidak perlu menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting. Namun, karena yang bertanya adalah Arjun, maka penting tidaknya ia harus tetap menjawab.

"Na?"

"Bentar, lagi mikir."

"Yaelah. Gitu aja pake dipikirin. Tinggal ngomong iya nggaknya doang kan."

"Berpikir sebelum berbicara itu sangat penting, Arjun. Karena setiap perkataan itu adalah doa. Kalau gue ngomong yang nggak-nggak, terus dikabulin, gimana?"

Arjun mengangguk pasrah. Berbicara dengan Aleena memang harus menguasai banyak teori. Salah satunya, teori memahami perempuan.

"Iya, iya. Maaf. Terus jawabannya apa?"

"Kayaknya, gue juga nggak pantes buat Khaled." Aleena menjawab dengan begitu santainya.

"Jadi, mau nyerah nih?" terka Arjun.

"Bukan masalah nyerahnya, Jun. Tapi lebih ke fakta di depan mata itu kayak gimana. Khaled tuh idaman mahasiswa se-universitas, belum lagi dari segi pendidikan dan karirnya. Gue jadi ragu, dia udah nama yang disebutin dalam doa."

Mendengar curhatan sahabatnya, Arjun diam. Ia tahu dan paham dengan maksud Aleena tadi. Apalagi dia tahu fakta yang sebenarnya, kalau Khaled memang sudah melamar seorang wanita. Wanita yang dulu pernah ia perjuangkan juga.

Apa ini saatnya Aleena tau tentang Khaled, ya? Batin Arjun.

Lihat selengkapnya