My Destiny is You

Almayna
Chapter #22

Candaan Takdir

Khaled pamit setelah cukup lama memperhatikan bangunan yang ada seberang jalan itu. Aleena pun tidak bisa melarang, meskipun sebelumnya ia sudah menawarkan untuk mampir ke dalam dulu.

"Terima kasih sudah membantu saya, Mas."

Sebelum melajukan mobilnya, Khaled sempat membuka kaca mobil untuk merespon ucapan Aleena tadi.

"Sama-sama, Na. Selamat istirahat. Assalamu'alaikum."

Jangan tanyakan bagaimana senangnya gadis itu ketika mendapat ucapan dari Khaled. Sangking senangnya, Aleena tidak sadar jika belum menjawab salam Khaled barusan. Padahal ia tahu, hukum menjawab salam itu wajib.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati!" Aleena membalas setelah mobil putih tadi berlalu dari hadapannya.

Setelah melambai tidak jelas, gadis itu segera masuk ke rumahnya. Dengan segala perasaan yang menguasai naluri, Aleena lupa jika pulang larut. Alhasil, begitu mengucapkan salam dengan sangat bersemangat, semua pasang mata yang sudah menunggunya di ruang tamu, kompak menatap langsung ke arahnya.

"Lho, Arjun? Syena? Kenapa masih di sini malam-malam begini?" gumamnya mengabsen satu persatu manik milik mereka.

Mengerti situasi dan kesalahan, gadis itu bergegas ke tempat orang-orang itu dengan perasaan sangat bersalah. Terutama kepada wanita di samping papanya. Tatapannya tak ubahnya seperti pelaku yang siap diinterogasi.

"Tenang, tenang. Aku bisa jelasin kok, kenapa baru pulang sekarang," ujar Aleena berniat untuk berdamai, sebelum ia dilempar dengan beribu pertanyaan.

Kunna yang sebelumnya hampir mengeluarkan suara, menjadi tidak tega ketika melihat wajah lelah putrinya. Wanita kepala tiga itu hanya bisa menghela napas dengan sikap Aleena.

"Coba jelasin, Nak. Kenapa baru pulang sekarang sampai tidak mengabari kami semua? Pergi kemana saja sampai-sampai Nak Arjun dan Syena begitu mengkhawatirkan kamu?" tanya Hasbi mewakili perasaan sang istri.

Sebelum menjelaskan kejadian yang menimpanya, Aleena mengambil tempat di dekat Kunna, agar apa yang ia sampaikan bisa dipercaya oleh mamanya. Karena kunci dari semuanya ada di surganya itu. Kalau sang papa, sudah jelas akan langsung mempercayai ucapannya.

"Jadi Pa, Ma, Jun, Syena," absennya satu persatu. "Tadi itu, sebenarnya Aleena mau langsung pulang sehabis sholat tarawih. Tapi, pas ke kamar mandi, tiba-tiba pintunya nggak bisa kebuka. Aleena mau nelpon kalian, tapi qodarullah handphone aku juga mati."

Arjun dan Syena yang sebelumnya juga ingin mengomeli gadis itu, tiba-tiba berubah setelah mendengar penjelasannya. Perasaan kesal yang sempat menguasai kini berubah menjadi kekhawatiran.

"Terus cara lo keluar gimana?" tanya Syena.

"Setelah berusaha dan nunggu lumayan lama, akhirnya gue teriak minta tolong. Alhamdulilahnya, ada orang yang langsung dengerin teriakan itu. Dan, beberapa menit kemudian, ada dua orang yang datang buat bantuin bukain pintu."

"Maaf ya, udah buat kalian khawatir. Aleena juga nggak mau kejadian ini terjadi, tapi ya, mau gimana lagi," sesal gadis itu. "Maaf, ya, Pa, Ma, Arjun, Syena."

"Tidak usah minta maaf, Nak. Papa bersyukur kamu nggak kenapa-kenapa," balas Hasbi mengelus kepala putrinya.

"Kamu beneran nggak kenapa-kenapa kan, terkunci lama di kamar mandi?"

Aleena menggeleng cepat. "Aku nggak apa-apa, Ma. Cuma rada takut aja, soalnya sepi."

Spontan, Kunna langsung memeluk Aleena. Semarah apapun dirinya, ia tetap tidak bisa mengeluarkan kemarahannya itu pada Aleena. Kasih sayang yang dimilikinya selalu berhasil meruntuhkan amarahnya.

"Mama khawatir banget sama kamu, Nak."

Aleena yang menyadari kesalahan, mempererat pelukannya. "Maafin Aleena, Ma. Aku janji nggak akan buat Mama khawatir lagi."

Kuna mengangguk, lalu melepas pelukannya. "Sekarang kamu istirahat, ya."

"Iya, Ma."

Aleena dan dua orang yang masih duduk di ruang tamu itu, sama-sama menatap punggung suami istri itu sampai menghilang di balik pintu.

Menyadari kalau sahabatnya masih di sana, Aleena langsung membalikkan badan. Ia pun mengatakan hal yang sama pada dua orang yang sangat berharga dalam hidupnya.

"Sekali lagi, gue minta maaf, ya."

"Enggak apa-apa, Na. Kita seneng akhirnya lo balik dalam keadaan selamat," Syena menimpali, sedangkan Arjun masih anteng dengan wajah dinginnya.

Lihat selengkapnya