"Insya Allah Kak Zulfa akan dilamar sama Mas Khaled."
Pernyataan itu masih terngiang di telinganya, berputar memenuhi kepala sampai memberi bekas pedih di ulu hati. Bendungan air yang susah payah ia tahan, berhasil runtuh melewati pipinya.
Tanpa suara, ia membiarkan seluruh bulir bening itu berjatuhan dari pelupuk mata. Raganya ia sandarkan pada salah satu tiang masjid, karena merasa lelah berjalan tanpa arah. Pandangannya lurus ke depan, namun tidak ada objek yang netra itu tangkap. Semuanya terlihat kosong, seperti harapannya.
Padahal, ia sudah mempersiapkan keadaan ini jauh-jauh hari. Bahkan doanya pun sudah diubah, tidak lagi menyebut nama itu. Tapi tetap saja, rasa kecewa dan terluka itu masih ia rasa.
"Astaghfirullah ...," lirihnya mengusap dada. Berharap dengan menyebut nama Sang Pencipta, pikiran dan perasaan akan tenang seperti sediakala.
Semilir angin yang kebetulan melewati wajah halusnya, berhasil membuat dirinya tersadar. Dengan cepat, ia langsung menghapus bersih sisa air mata sebelum ada orang lain yang melihat.
Merasa cukup tenang, gadis itu beranjak ke kamar mandi demi menghilangkan sembab di sekitar mata. Beruntung, suasana sekitar tempat ibadah itu tidak seramai beberapa menit yang lalu. Jadi, ia bisa dengan leluasa berjalan tanpa harus menutupi hidungnya yang mungkin sudah memerah.
"Dasar Aleena. Gini aja udah nangis. Cengeng banget sih," omelnya pada bayangan wajahnya di cermin.
Biasanya, jika sedang mengalami situasi yang seperti ini, ia pasti akan melihat cermin dan kadang bicara sendiri. Karena itu adalah salah satu cara paling ampuh untuk menghilangkan sedih dan meredakan tangisnya. Dan sekarang, ia juga melakukan hal yang sama.
Belum selesai dengan kegiatannya, panggilan seseorang dari luar membuatnya harus bergerak cepat untuk menghilangkan jejak tangisnya tadi. Mulai dari memberi bedak di sekitar mata, sampai memakai lip tint agar terlihat seperti tidak ada yang terjadi.
"Aleena? Kamu di dalem kan?" panggil Syena lagi. "Aku masuk ya?"
Tampaknya, Syena khawatir karena Aleena belum menyahut. Padahal, gadis itu tengah sibuk memperbaiki ekspresi wajahnya agar tidak terlihat sedih, walaupun hatinya sendiri masih berantakan.
"Bentar, Sye."
"Oke." Akhirnya, Syena memilih untuk menunggu di luar. Mendengar suara Aleena sudah cukup membuat hatinya lega.
Lima menit kemudian, Aleena benar-benar keluar dengan wajah cantik seperti biasa. Tidak ada bekas air mata di sana. Sepertinya, ia akan berhasil menyembunyikan sedihnya sampai kembali ke rumah nanti.
"Kenapa nggak langsung ke tempat Arjun?"
"Tadi udah ke sana. Tapi karena kamu belum nongol-nongol juga, jadi aku mutusin buat cari kamu ke kamar mandi. Takutnya, kamu kekunci lagi kayak kemarin." Syena menjelaskan alasannya datang ke tempat ini.
Aleena tersenyum. Setidaknya, perhatian dari sahabatnya sedikit menghilangkan rasa sedihnya. Tanpa diminta siapapun, gadis itu langsung mengamit lengan Syena dan beranjak ke tempat Arjun.
***
Sepanjang perjalanan, gadis yang duduk di samping Syena itu hanya diam memandang jalanan kota yang masih ramai. Merasa ada yang tidak beres dengan sikap sahabatnya, Syena langsung memajukan kepala untuk memastikan keadaan Aleena.
Meskipun terlihat baik-baik saja, gadis itu tidak akan pernah bisa menyembunyikan perasaannya, apalagi kepada sahabat-sahabatnya.
"Na, lo nggak apa-apa kan?" tanya Syena. Dari intonasinya, ia sudah khawatir.
"Gue nggak papa, Sye," jawab Aleena tanpa menoleh sedikitpun.
"Enggak. Lo pasti lagi nyembunyiin sesuatu kan? Nggak biasanya lo diem kayak gini."
Aleena menghela napas panjang. Dengan sekuat tenaga, ia akan berusaha meyakinkan sahabatnya bahwa ia baik-baik saja, lewat senyum palsu yang sudah dihias sedemikian rupa.
"Gue beneran nggak papa, Sye. Lagi capek aja. Hari ini tugas banyak banget," elaknya berbohong.
Arjun yang sempat mendengar percakapan itu langsung melihat kondisi di belakang lewat kaca mobil. Sebenarnya, ia sudah menyadari kalau sesuatu terjadi pada sahabatnya. Terlihat dari ekspresi yang berbeda pada gadis itu, sejak mereka bertemu.
Berbeda dengan Syena yang bertanya langsung, laki-laki itu memilih untuk menerka sendiri. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Aleena? Sampai membuat gadis itu berani berbohong demi menghilangkan kekhawatiran sahabatnya.
Apa Aleena udah tau tentang hubungan Zulfa dengan Khaled, ya? Pikir Arjun. Ia pun berinisiatif untuk mencari tahu sendiri.
Ketika mobilnya berhenti di lampu merah, Arjun segera mengambil handphone dan menghubungi seseorang. Setelah menemukan kontak yang tepat, ia langsung menanyakan hal yang ingin ia tahu.
Ia bertanya langsung pada Ridwan, apakah Aleena sempat menanyakan sesuatu, atau laki-laki itu yang sudah memberi tau Aleena sesuatu yang belum waktunya.