Baru pukul sepuluh malam, ketika mobil hitam milik putra tunggal Regal Dharmawangsa itu berhenti di depan gerbang bercat hijau muda. Setelah mengantar Syena pulang, kini ia juga mengantar Aleena sampai depan rumahnya setelah melewati keseruan di panti tadi.
"Makasih untuk rekomendasi tarawihnya, Jun," ucap Aleena sebelum keluar.
Laki-laki itu membuka jendela mobilnya agar bisa melihat sahabatnya. "Sama-sama. Gue seneng, lo nggak sedih lagi."
Mengerti maksud Arjun, Aleena langsung mengalihkan tatapan matanya. Ia tidak mau ketahuan bohong dan menyembunyikan sesuatu.
"Apaan sih. Siapa yang sedih coba?" Aleena mencoba mengelak, padahal semua itu sudah terlihat jelas dari binar matanya.
"Iya, iya. Terserah lo, dah. Yang penting, setelah ini lo harus pandai-pandai cari cara agar tetap bahagia. Karena beberapa hari ke depan, gue nggak bakal ada buat nemenin lo."
"Memangnya lo mau kemana?" tanya Aleena penasaran.
"Ada. Besok gue kasih tau."
"Ya udah, pergi aja sana!"
"Ngusir banget, Neng. Awas lho, ntar kangen lagi sama ketampanan gue," canda Arjun menaikkan alisnya.
"Pede banget sih. Emang gue nggak ada kerjaan sampai ngangenin lo?" sungut Aleena memutar badan hendak pergi. Ia tidak mau meladeni ucapan Arjun yang semakin terdengar ngelantur.
Bukannya merasa bersalah karena sudah membuat sahabatnya kesal, laki-laki itu malah tertawa. Kekesalan itu membuat Aleena terlihat lucu.
"Na, tunggu sebentar!" panggil Arjun lagi.
Dengan malas, Aleena kembali membalikkan badannya. "Sekarang apa?"
"Kalau lo lagi merasa sedih, pikiran semrawut, mood berantakan, coba deh lo berbuat baik sama orang lain. Atau nggak, lo traktir Adit makan. Atau, bagi sesuatu ke orang lain." Arjun memberi saran.
"Kenapa harus gue yang ngasih? Kan, gue yang butuh." Aleena belum paham dengan maksud Arjun.
"Justru, karena lo yang butuh ketenangan dan kebahagiaan, lo yang harus melakukan semua itu, Na. Contohnya tadi pas di panti. Kenapa sedih yang lo rasakan hilang? Karena berbagi dengan mereka, kan? Itu maksud gue, Na."
"Mungkin lo belum tahu, salah satu cara yang paling ampuh untuk mendatangkan bahagia adalah, dengan berbuat kebaikan pada orang lain. Karena kebahagiaan seseorang yang timbul gara-gara perbuatan kita, akan kembali pada diri kita sendiri. Begitu juga sebaliknya."
"Jadi, ketika hati kamu lagi merasa sedih, galau, dan sejenisnya, coba deh ngasih kebahagiaan atau kebaikan ke orang lain. In sya Allah, semua kesumpekan, kesedihan, dan perasaan menganggu itu akan hilang. Kamu udah buktiin sendiri kan tadi?" lanjutnya tanpa sadar sudah merubah pola bahasanya.
Aleena yang menyimak saran Arjun dari awal sampai akhir, seolah mendapat hidayah. Bak menemukan air di tengah padang gurun, itulah yang hatinya rasakan. Apalagi mendengar bahasa Arjun yang berbeda dari sebelumnya. Sungguh menenangkan kalbu.
"Oke, cukup sekian quote of the day malam ini. Selamat istirahat, cantik. Assalamu'alaikum."
Arjun tersenyum dan melambai pada gadis yang masih bergeming di tempatnya. Tanpa menunggu jawaban dari Aleena, mobil laki-laki itu tetap melaju pergi.
"Wa'alaikumussalam." Akhirnya, Aleena membalas setelah cukup lama meresapi petuah sahabatnya tadi. Dengan senyum yang kini sudah menghiasi wajah, Aleena melangkah masuk dengan harapan dan semangat baru.
***
"Kenapa baru pulang, Nak?" sambut Kunna yang kebetulan masih sibuk dengan beberapa masakan di depannya.