My Destiny is You

Almayna
Chapter #28

Pembubaran

"Ya Rabb, jangan jadikan aku orang bodoh dengan mencintai seseorang yang tidak mencintaiku."

- Aleena Khairani Hasbi -

***

Sepanjang langkah kaki menuju ruangan kelas, Aleena tak hentinya mengucap istighfar demi menenangkan dadanya yang masih bergemuruh. Pertemuan singkat tadi benar-benar membuat pikirannya hampir berantakan lagi. Beruntung, ruangan kelasnya di lantai dua, jadi napasnya tidak terdengar ngos-ngosan.

"Alhamdulilah, belum telat," syukurnya langsung mendudukkan diri dengan sedikit kasar.

Mendengar suara benda yang diletakkan dengan kasar, Syena yang saat itu tengah fokus pada novelnya langsung menoleh. Ia mengernyit ketika melihat wajah Aleena yang begitu kelelahan bak habis lari maraton.

"Kamu cuma dari masjid sampai kelelahan gini, Na? Padahal lewat lift lho," kata Syena yang tidak tahu kejadian sebenarnya.

Bukannya merespon, gadis di sebelahnya langsung memberi instruksi dengan tangannya. "Bentar, Sye. Jangan ngomong sama gue dulu, ya. Kepala gue lagi nyut-nyutan."

"Kamu sakit?" Syena yang khawatir setelah mendengar jawaban itu, spontan menempelkan punggung tangannya ke kening Aleena.

"Bukan gitu. Gue cuma capek bolak-balik kampus-masjid nyari buku yang ketinggalan," cerita Aleena baru selesai memijit kepalanya.

"Oh, gitu. Kirain kamu sakit."

Aleena menggeleng lagi. "Pak Wijaya belum datang?"

"Kelasnya nggak jadi, Na. Udah dikonfirmasi kok di grup."

"Apa?!" kaget Aleena yang sudah tergopoh-gopoh demi dosen tegas itu. Mungkin salahnya juga yang tidak melihat grup kelas setelah sholat tadi.

"Kok gue apes banget sih hari ini?" lirihnya menyandarkan kepala ke sandaran bangku. Ia merasa energinya hampir habis karena beberapa ketidakberuntungan yang datang padanya. Aleena berharap, hari ini akan segera berlalu dan ia bisa langsung tidur di kamar.

"Oh, ya, Na. Jangan lupa, sore ini ke masjid ya. Hari terakhir kegiatan Ramadhan sekaligus pembubaran panitia."

Belum beberapa menit harapan itu digumamkan, pemberitahuan Syena kembali membuat lelahnya bertambah dua kali lipat. Pergi ke masjid berarti ia harus bertemu dengan Zulfa dan Khaled.

Memikirkan itu membuatnya semakin frustasi. Belum lagi ia harus melihat interaksi mereka yang membuat moodnya turun lagi. Untung-untung tidak bertemu Ridwan yang masih membuatnya merasa bersalah karena penolakan itu.

"Kayaknya, gue nggak ke sana dulu, Sye," tolaknya.

"Kenapa? Hari terakhir, lho," desak Syena.

Aleena bingung harus mencari alasan yang bagaimana agar bisa menghindari dua manusia itu. Sebenarnya, ia bisa mencari akal tapi jatuhnya pada ketidakjujuran. Kalau dia bohong, percuma ia berpuasa. Karena pahalanya sudah hilang jika ia mengatakan kebohongan.

"Iya, iya, gue ikut."

"Nah, gitu dong," ujar Syena tersenyum senang.

***

Mengikuti seluruh kegiatan dari awal hingga akhir, Syena dan beberapa anggota yang lain terlihat begitu bahagia dan bersemangat di hari terakhir mereka mengikuti Kepanitiaan Ramadan kali ini.

Tidak terkecuali dengan Aleena, walaupun wajahnya tidak sebahagia hari-hari sebelumnya. Setidaknya, setelah ini ia tidak akan lagi bertemu dengan Khaled untuk beberapa Minggu ke depan karena kampus juga sudah mulai libur menjelang hari raya. Ia bersyukur karena diberikan waktu untuk melupakan laki-laki itu.

Cling!

Satu notifikasi membuat pandangannya beralih. Dengan cepat, ia membuka pesan yang baru saja masuk. Ia tidak mau ketinggalan info penting apapun lagi karena kelalaiannya.

Arjuntampan

Assalamu'alaikum, Na

Wa'alaikumussalam

Lihat selengkapnya