Fina menatap horor matanya yang bengkak akibat menangis terlalu lama tadi malam, lewat cermin yang ada di hadapannya. Sebenarnya masih terlalu pagi, namun Fina sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Dia sudah membulatkan tekadnya untuk belajar mandiri mulai sekarang.
Fina menuruni tangganya dan berjalan menuju dapur. Di dapur hanya ada Mbok Sarti yang sedang mencuci piring di wastafel.
"Selamat pagi, Mbok," sapa Fina sambil tersenyum kepada Mbok Sarti.
"Pagi juga, Non. Non mau sarapan?" tanya Mbok Sarti ketika melihat Fina yang sudah lengkap dengan seragamnya.
"Ntar di sekolah aja deh, Mbok." jawab Fina sambil mengedarkan pandangannya mencari sesuatu di meja makan.
"Cari apaan, Non? Katanya nggak mau sarapan."
"Oh iya! Tadi Fina masak nasi goreng, terus Fina taruh di meja. Jangan-jangan Mbok udah buang waktu lagi nyuci piring?" tanya Fina mulai panik ketika tidak mendapati nasi goreng yang dia telah buat sebelum dia mandi di atas meja makan. Fina bangun subuh hanya untuk belajar membuat nasi goreng bermodalkan resep dari google.
"Oh, itu? Mbok nggak buang, kok. Tunggu sebentar, Non," kata Mbok Sarti sambil menuju ke lemari makanan. Fina melihat Mbok Sarti mengeluarkan sebuah kotak bekal berwarna biru mudah dari lemari tersebut.
"Mbok udah masukin nasi goreng itu ke kotak bekal ini, Non," ujar Mbok Sarti sambil terkekeh lalu menyerahkan kotak bekal itu kepada Fina.
"Non mau bawa bekal, kan?" sambung Mbok Sarti.
"Hehe, Mbok tahu aja sih," jawab Fina sambil memasukkan kotak bekalnya itu ke dalam tasnya. Mbok Sarti hanya meresponnya dengan senyuman hangat.
"Makasih ya, Mbok. Fina berangkat," ujar Fina kemudian menyalami tangan Mbok Sarti setelah membereskan bekalnya.
"Non udah mau berangkat? Masih pagi ini. Non mau jadi pembuka gerbang?" tanya Mbok Sarti heran ketika melihat anak majikannya yang sudah mau berangkat ke sekolah, padahal masih pagi-pagi buta.
"Nggak apa-apa kok, Mbok. Fina nggak sabar aja ke sekolah," ujar Fina sambil menyengir lebar.
"Pasti Non Fina punya banyak teman di sekolah." wajah Fina mendadak murung mendengar ucapan Mbok Sarti.
Itu dulu, batin Fina ketika mendengar kata 'teman' yang diucapkan Mbok Sarti.
"Fina berangkat ya," ucap Fina saat sadar dari lamunanya.
"Hati-hati, Non!"
********
"Makasih ya, Mang," ucap Fina kepada Mang Udin. Fina tidak jadi naik angkutan umum, lantaran masih belum ada satupun angkutan yang lewat. Terpaksa Fina menelpon Mang Udin untuk mengantarnya ke sekolah.
"Woke, No,." jawab Mang Udin sambil mengangkat kedua jempolnya.
Setelah melihat Mang Udin yang meninggalkan pekarangan sekolah, Fina melangkah ke dalam gedung SMA Orion. Sebenarnya Fani bisa menunggu angkot, namun ada sesuatu yang ingin dia lakukan tanpa sepengetahuan orang lain. Fina sudah memutuskan untuk melakukan itu mulai sekarang, dan mungkin untuk kedepannya juga.
"Jangan takut, Fin! You're a strong girl. Gak akan ada hantunya!" ucap Fina bermonolog ketika berada di koridor kelas 11.
Kedua kaki Fina berhenti tepat di depan pintu kelas 11 MIPA 1. Bulu kuduk Fina meremang ketika merasakan hawa yang sangat dingin. Entah itu hawa dingin yang alami atau karena ketakutan Fina yang membuatnya merasa kedinginan.
"Kalo gue masuk, terus hantu sekolah ngunciin pintunya gimana?"
"Nggak akan, Fin! Hantunya pasti baik," ucap Fina bermonolog dengan suara yang sangat pelan.
Fina menghembuskan napasnya yakin dan segera memasuki kelas itu sebelum ada yang melihatnya.
Fina meraih absen kelas yang terletak di meja guru, kemudian bergegas mencari nama seseorang.
"Dia duduk di bangku nomor dua puluh enam," guman Fina sambil mencari bangku yang dimaksudnya. Nomor urut nama di absen sama dengan urutan tempat duduk siswa di SMA Orion. Jadi tidak susah bagi Fina untuk mencari tempat duduk orang itu.
Ketemu!
Fina memasukkan sesuatu ke dalam laci meja itu, lalu bergegas meninggalkan kelas tersebut. Bukannya beranjak ke kelas, Fina malah melangkahkan kakinya ke suatu tempat. Tujuannya adalah loker kelas 11. Masih ada yang dia ingin lakukan. Dan hal itu sudah dia lakukan selama dua hari berturut-turut.
"Bos sebenarnya nggak rela kasih kamu ke siapa-siapa. Tapi orang ini spesial, kayak kamu. Jadi ngertiin Bos, oke?" Fina menatap sendu sesuatu yang ada di tangannya itu, kemudian memasukkannya ke dalam loker yang ada di hadapannya.
********
"Sekarang kita lanjut ke kelas 10 MIPA 4!" ucap Rion tegas kepada kedua sahabatnya, Rean dan Reon.
Ketiga pengurus inti OSIS ini sedari tadi mengunjungi semua kelas 10, mulai dari MIPA 1. Dan mereka akan menuju ke kelas selanjutnya, yaitu MIPA 4. Hanya Rion dan kedua sahabatnya yang melakukan ini karena mereka hanya akan mendaftar anggota OSIS yang baru dari kelas 10.
Tok.Tok.Tok
Semua pandangan para penghuni di kelas itu, sontak tertarik kepada ketiga orang yang berada di depan pintu mereka.
"Ada apa ya, Kak?" Briyan yang menjabat sebagai ketua kelas 10 MIPA 4 bertanya dengan sopan kepada ketiga orang yang tak lain dan tak bukan adalah R3, alias Rion, Rean dan Reon.
"Boleh minta waktu sebentar?!" tanya Rean setengah berteriak karena para kaum Hawa sudah berjingkrak kegirangan ketika melihat mereka datang.
"Jadi niat kita kesini buat memberitahukan kalian, bahwa Pengurus OSIS SMA Orion membuka pendaftaran bagi kelas 10 yang ingin mendaftar menjadi anggota OSIS. Dengan mengikuti beberapa syarat yang sudah tercantum di mading sekolah," ujar Rion sebagai Ketos.
"Dan saya secara pribadi mengatakan, bahwa kalian yang akan nantinya bergabung sebagai anggota OSIS, akan menjadi seorang pengurus. Ingat! Kodrat seorang pengurus adalah mengurus, bukan diurus. Jadi saya sangat berharap bahwa kalian yang terpilih nantinya, bisa mempertanggungjawabkan tugas kalian dengan baik. Kalian paham?" ujar Rion sangat berwibawa. Aura kepemimpinnya seketika menyeruak keluar.
"Kak, formulirnya mana?" teriak seorang gadis dari belakang, dengan tangan yang mengacung ke atas.