"Dia adalah Fani," jawab Fani santai membuat Fina langsung menatapnya.
"Oh gue ingat! Waktu gue lagi jalan ke Bandung terus kita telponan, lo sempet sebut nama dia!" seru Lilis saat mencerna ucapan Fani. Fani hanya tersenyum kikuk menanggapi respon Lilis.
"Terus hubungan lo sama dia ... apaan?" tanya Lilis lagi.
"Nama kalian juga agak mirip deh," sambung Lilis ketika membandingkan nama Fina dan Fani.
Fina hanya diam menunggu jawaban Fani. Dia diam-diam menghela napas lega ketika Fani sudah tidak menghalanginya untuk berdekatan dengan Lilis. Fani akan mengaku sekarang. Fani kemudian menoleh ke Fina.
"Fani, gue sama Lilis pergi dulu," Fani langsung menarik tangan Lilis untuk segera pergi meninggalkan Fina yang menatap keduanya bingung. Sebenarnya Fina ingin menahan mereka, tapi entah mengapa lidahnya terasa keluh untuk sekedar membuka pembicaraan dengan kedua orang itu.
Fina menatap sendu Fani dan Lilis yang sudah semakin jauh dari tempatnya berdiri, ditemani rasa sesak ketika mendengar ucapan Fani tentang dirinya. Kedua telinga Fina tentu saja menangkap dengan baik setiap tutur kata yang dikeluarkan Fani dan Lilis.
Mbok Sarti, rumah mereka, dan dirinya!
********
"Kalian sudah tahu tugas kalian masing-masing, bukan? Saya harap kita semua bisa bekerja sama untuk mengurus segala keperluan nantinya, supaya acara kita ini bisa berjalan lancar. Dan khusus untuk seksi pembinaan prestasi akademik, seni dan olahraga, sepulang sekolah kita rapat untuk perencanaan lomba yang akan diadakan. Sekian rapat kita hari ini, terima kasih," ucap Rion menutup rapat OSIS yang sedang berlangsung.
Para pengurus OSIS sedang merapatkan lomba antara sekolah imbas yang selalu diadakan setiap tahun di SMA Orion. Termasuk Fina yang merupakan anggota OSIS, harus mengikuti rapat itu. Sebenarnya Fina sangat bad mood hari ini. Tapi mengingat janji kepada dirinya sendiri untuk bertanggung jawab dalam mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan OSIS, membuat semangatnya bangkit kembali.
"Fani, ntar lo juga harus ikut rapat, oke?!" ujar Rita yang notabenenya adalah koordinator seksi akademik, seni dan juga olahraga. Rita adalah siswi dari kelas 11 MIPA 2. Fina bersyukur kakak kelasnya itu sangat baik kepadanya.
"Iya, Kak," jawab Fina sambil tersenyum. Rita menepuk bahu Fina pelan kemudian melangkah keluar dari ruangan OSIS.
********
Jam terakhir di dalam kelas Fina adalah mata pelajaran Fisika. Fina mencoba fokus dengan materi yang dijelaskan guru Fisika itu di papan. Materi itu sudah bisa dia pahami, tapi dia harus fokus, bukan? Namun ada sesuatu yang sangat mengganggunya. Jawaban Fani kepada Lilis tentang dirinya tadi, itulah yang mengganggu pikirannya. Fina sangat tidak menyangka jawaban Fani akan seperti itu.
"Tahu Mbok Sarti kan? Fani itu anaknya Mbok Sarti, pembantu gue."
'Anaknya Mbok Sarti,'
'Pembantu gue!!'
'Pembantu!'
'Embantu!'
'Mbantu!'
'Bantu!'
'Antu!'
Seburuk itukah dirinya di depan mata kakanya sendiri, sehingga dia tidak diakui? Atau dia kelihatan seperti hantu yang mengerikan? Seandainya Fani memang tidak mau jujur kepada Lilis, tidak dengan mengatakan bahwa dia adalah anak pembantunya juga, bukan? Fina bukannya tidak mau memiliki ibu seperti Mbok Sarti. Tapi haruskah Fani seperti itu? Tidak mengakuinya?
Mata Fina berkaca-kaca ketika mengingat hal itu. Pensil yang Fani pegang secara tidak sadar dia patahkan hanya dengan satu tangan, sebagai pelampiasan rasa sesak dan emosi yang dirasakannya. Selama 9 bulan mereka bersama dalam satu rahim, namun Fani sangat tega seperti itu kepadanya?
"SEFANI!" Fina tersadar dari apa yang dilakukannya dan segera menarik napas pelan agar emosinya bisa kembali normal, ketika mendengar bentakan Pak Anton.
"Iya, Pak?" jawab Fina memberanikan diri.
"Selalu saya peringatkan ketika saya masuk kelas, perhatian kalian harus tertuju hanya kepada saya dan materi yang dijelaskan!"
"Maaf, Pak," sesal Fina sambil menundukkan kepalanya. Fina merutuki dirinya yang tidak fokus pada materi yang diajarkan Pak Anton, yang termasuk guru killer.
"Keluar!" perintah Pak Anton. Fina sebenarnya tidak mau keluar, namun melihat Pak Anton yang murka, serta tatapan sinis dari teman kelasnya, membuat Fina menghela napas pasrah.
"Iya, Pak."
********
Dan disinilah Fina sekarang. Rooftop SMA Orion. Setidaknya pemandangan dari sini bisa membuat Fina lumayan tenang. Tapi ketika dia mengingat nama Fani, air matanya kembali mengalir. Fina menghapus air matanya itu dan mencoba untuk menghentikannya, namun matanya seolah-olah kelebihan air.
"Cengeng!"
Fina langsung menghapus air matanya dan membalikkan badannya, menghadap pemilik suara bariton dari belakangnya. Itu Arel.
"Eh, ternyata babu gue!" ujar Arel dengan ekspresi seolah-olah terkejut melihat Fina.
"Iya, Kak?" tanya Fina dengan suara yang serak ketika mendengar kata 'Babu' dari mulut Arel. Cowok itu sukses mengembalikannya pada kesedihan yang dia coba lupakan.
"Ternyata seorang nerd bisa bolos juga ya?" tanya Arel tersenyum miring.
"Kakak juga bolos," jawab Fina sambil menghapus air matanya.
"Itu karena gue bukan cupu."
"Lo nggak usah nangis deh! Gue nggak bakalan meluk lo supaya lo tenang. Lo kan babu gue," sambung Arel
"Siapa yang mau dipeluk Kakak? Saya bukan perempuan yang mau-mau saja dipeluk orang seperti Kakak," jawab Fina kesal. Orang di depannya ini sedari tadi pagi tidak membiarkan hidupnya tenang. Fina juga tidak mau menjadi babu Arel. Tapi karena cowok itu mengetahui rahasianya jadi mau tak mau, Fina harus menurutinya.
"Berhenti nangis! Lo tambah buluk kalo nangis. Merusak pemandangan aja," ejek Arel membuat Fina semakin kesal dengannya.
Seandainya lo nggak tahu rahasianya Fina, udah Fina abisin lo! batin Fina dengan mata yang menatap tajam si Arel itu.
"Ape liat-liat? Udah kepincut lo sama ketampanan gue?" tanya Arel dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi.
"Iya, Kakak ganteng," jawab Fina sambil tersenyum. Kedua sudut bibir Arel perlahan tertarik keatas membentuk senyuman. Lebih tepatnya senyuman angkuh.
"Ganteng dari lubang hidung." Fina melanjutkan ucapannya kemudian bergegas meninggalkan rooftop sebelum bad boy itu mengamuk.
Bukannya tersinggung, Arel malah tersenyum tipis melihat punggung cewek nerd itu yang semakin menjauh. Dia rasa cewek cupu itu sangat berbeda dari yang lain. Hanya dia yang tidak tertarik kepadanya. Fina telah menarik perhatian Arel Setiawan, salah satu most wanted di SMA Orion yang tidak pernah meladeni perempuan-perempuan yang mencoba menarik perhatiannya, sama seperti Rion.