"Yahh ... Fina telat," lirih Fina sedih ketika melihat gerbang di depannya sudah ditutup. Seumur hidup, Fina baru pertama kali telat. Dari dulu dia selalu menjaga kedisiplinan waktunya. Itu karena dia tidur terlalu larut tadi malam, lantaran harus membenahi kamarnya. Belum lagi dia masih menyempatkan diri untuk membuat nasi goreng untuk Rion, sebagai tanda terima kasihnya atas kejadian kemarin.
Fina membalikkan badannya hendak meninggalkan sekolah, namun dia mendengar suara bariton, membuat dia berhenti lalu menghadap kembali ke gerbang sekolah.
"Mau bolos?" Itu suara ketua OSIS SMA Orion, yakni Sthevan Orion.
"Maaf, Kak. Saya tidak tahu harus gimana lagi, satpamnya juga tidak ada buat bukain gerbang, Kak."
"Ikut gue!"
Fina mengekori Rion dari belakang yang sepertinya akan membawanya ke ruangan OSIS.
"Nama?" tanya Rion singkat setelah duduk di kursi khusus untuk ketua OSIS.
"Sefani, Kak," jawab Fina pelan. Dia sangat takut dihukum. Ini adalah first time bagi Fina dihukum karena telat.
"Kenapa telat?" tanya Rion lagi.
"Kesiangan, Kak." Fina menjawab seadanya. Rion hanya berdecak kesal mendengar itu, alasan yang sudah sering didengarnya.
"Bersihkan area kolam renang sekolah!"
"Hmm ... hukuman lain ada nggak, Kak?" tanya Fina mencoba bernegoisasi dengan Rion.
"Ini bukan pasar, tempat buat tawar menawar!"
"Saya tidak bisa dekat-dekat sama air yang banyak, Kak," jelas Fina panik. Nanti phobianya kambuh lagi. Siapa yang akan menolongnya di sana?
"Cuma area sekitar kolam. Bukan kolam renangnya!" ujar Rion datar lalu menutup buku tebalnya yang dia pakai untuk menulis nama siswa yang melakukan pelanggaran, seperti Fina saat ini.
"Yaudah, Kak," ucap Fina pasrah menerima hukuman itu. Fina melangkahkan kakinya dari ruangan tersebut, tetapi ia kembali teringat dengan nasi goreng yang dia bawa untuk lelaki itu.
Hampir kelupaan! Fina merutuki dirinya sendiri.
"Kak, sekali lagi makasih buat yang kemarin," ujar Fina kembali lalu menyodorkan kotak bekalnya kepada Rion.
"Gue udah bilang, berhenti bawain gue bekal!"
"Maaf, Kak. Tapi saya buat ini sebagai tanda terima kasih saya aja, Kak." Fina berucap sambil menunduk.
"Lo kebanyakan ngucapin maaf sama terima kasih," kata Rion datar lalu menerima kotak bekal itu. Tidak enak juga buat nolak.
Mungkin dia telat karena ini, opini Rion dalam hati.
"Makasih ya, Kak," sorak Fina sambil tersenyum lebar karena bekal itu diterima Rion.
"Udah, sana!"
Fina keluar dari ruangan itu dengan hati yang senang. Proses KBM sedang berlangsung, jadi tidak ada yang akan melihat Fina senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
********
"Yon, ini bekal kenapa bisa di sini?" tanya Reon heran ketika mendapati kotak bekal di meja Rion di ruangan OSIS. Padahal biasanya kotak bekal itu selalu berada di laci Rion yang ada di kelas.
"Oh si nerd itu udah mulai berani dekatin lo terang-terangan ya?" tanya Rean sambil tersenyum sinis.
"Yaelah! Biasanya lo juga yang makan."
"Gue makan ya, Yon? Laper nih," izin Reon kepada Rion. Tentu saja mereka semua capek. Mereka semua sedang memaksimalkan persiapan untuk lomba yang akan di adakan lusa. Padahal semua sudah siap, namun ketika Rion yang menjadi ketua, semua harus sempurna.
"Hmm." Rion hanya berdehem sebagai respon. Sebenarnya bekal itu akan dia makan nanti, karena bekal itu ucapan terima kasih dari orang. Tapi melihat Reon yang sepertinya sangat lapar, membuat dia tidak tega. Mau ke kantin tetapi semua makanan yang dijual di sana ludes habis.
"Lo mau nggak?" tawar Reon sambil mengangkat kotak bekal itu ke depan Rean.
"Nggak usah. Lo aja," tolak Rean.
"Pasti lo nggak mau makan, karena ini dari si nerd, yekan?" tanya Reon meledek.
"Diem, lo! Makan sana!" ketus Rean lalu kembali berbincang-bincang dengan Rion.
Beberapa menit kemudian, Reon menutup kotak bekal itu pertanda dia telah selesai.
"Perut kenyang, hati pun senang," ujar Reon lega sambil mengelus perutnya.
"Tapi ... rasanya kayak ada bedanya sama yang biasa," sambung Reon merasa aneh dengan rasa nasi goreng yang baru selesai dia habiskan.
"Perut gue kok rada mules ya?" ujar Reon lalu berlari ke dalam toilet yang ada di dalam ruangan itu.
"Dia kenapa?" tanya Rion penasaran. Rean dan Rion saling pandang, lalu mendekati pintu toilet.
"Woii! Lo kenapa?!" tanya Rion setengah berteriak.
"Dia habis makan nasi gorengnya si nerd, kan?" Rean mulai curiga.
"Jangan suudzon dulu. Kita tunggu Reon," tegur Rion. Tidak baik menuduh orang tanpa bukti. Apalagi nasi goreng itu dibuat oleh Fani, gadis cupu yang kelihatan polos.
Sekitar sepuluh menit di dalam toilet, akhirnya Reon keluar juga. Mukanya kelihatan pucat, ditambah tangan Reon yang
"Lo kenapa?!" tanya Rion mulai panik.
"Mules sama mual," jawab Reon pelan. Jidat Reon juga mengeluarkan keringat dingin.
"Gue panggil dokter dulu." Rean bergegas menelpon dokter yang ada di UKS, supaya datang memeriksa Reon.
********
"Lo kesambet?" tanya Lilis merasa aneh dengan sikap Fina, lebih tepatnya Fani.
"Oh, nggak tuh. Gue lagi senang nih," jawab Fani dengan raut yang kelihatan sedang berbahagia.
"Senang kenapa?" tanya Lilis lagi.
"Gue suka sama drama," jawab Fani. Tapi Lilis tidak mengerti dengan maksud Fani.
Dan sebentar lagi gue akan liat drama. Drama yang sangat seru! lanjut Fani dalam hati
"Drama Korea maksud lo?" tebak Lilis.
"Maybe," jawab Fani tersenyum misterius.
Rencana gue pasti berjalan lancar. Mampus lo, Fina! batin Fani tersenyum licik dalam hati.
"Aneh lo!" cetus Lilis sambil geleng-geleng kepala.
"Fin, gimana sama si Fani?" Sontak ucapan Lilis itu membuat Fani menatap Lilis dengan datar.
"Lo kenapa nanya soal dia?" tanya Fani datar.
"Yah nggak sih. Gue kayak merasa bersalah aja. Kemarin gue terlalu kelewatan banget kayaknya," jelas Lilis merasa bersalah. Semalaman dia tidak bisa tidur nyenyak karena mengingat perbuatannya kepada pembantu Fina di sekolah. Apalagi dia dan Fina meninggalkan Fani dalam keadaan pingsan di toilet.
Melihat Fina yang menangis dan merengek kepadanya karena Fani, membuat emosinya langsung memuncak. Kebahagiaan sahabatnya adalah prioritasnya. Dan siapapun yang berani merebut kebahagiaan itu, tidak akan dibiarkannya tenang. Tapi kemarin kayaknya dia sangat kelewatan.
Gue harus minta maaf sama Fani,
"Lis, gue ke toilet dulu, ok?" kata Fani yang diangguki ringan oleh Lilis.
"Mau ditemenin gak?" tawar Lilis
"Eh nggak usah," tolak Fani cepat.
"Yaudin. Gue ke kantin duluan."
Gue cari Fani deh.
********
Fina mengangkat beberapa pelampung yang belum dikembalikan pada tempatnya.
"Semborono banget sih yang abis pake," gerutu Fina kesal. Fina berusaha untuk tidak mendekat ke pinggiran kolam. Melihat airnya saja sudah membuat jantung Fina berdegup kencang. Dia takut.