Fina

Anastasia BR
Chapter #10

Honesty & Trust

Gue kayaknya punya penyakit jantung deh, ucap Arel dalam hati sambil memegang dadanya.

Kalau dillihat-lihat, cantik juga nih cewek, lanjut Arel dalam hati dengan mata yang terus memandang wajah Fina.

Eh, apa sih gue! Inget, dia babu lo!

"Mmm ...."

Arel langsung sadar dari lamunannya ketika mendengar suara lenguhan dari Sefani.

"Mama, Papa ... Fina nggak bisa renang ... tolongin Fina!"

Arel menatap bingung gadis yang sedang menutup mata sambil berbicara itu. Apakah gadis itu mengigau?

"Eh lo kenapa? Bangun!" Arel menepuk-nepuk pipi Fina supaya gadis itu sadar.

"Mama, Papa!"

"Bangun, oi! Gue bukan bonyok lo," ujar Arel sambil menggoyang-goyangkan lengan Fina.

Mata Fina seketika terbuka dengan napas yang terengah-engah.

"Mimpi buruk?" tanya Arel penasaran dan tanpa dia sadari tangannya terulur untuk mengusap dahi Fina yang berkeringat, serta sudut mata Fina yang berair.

Fina tidak menjawab pertanyaan Arel dan menurunkan tangan lelaki itu dari matanya.

"Saya kenapa bisa di sini?" tanya Fina dengan suara yang lemah, seperti bisikan.

"Tadi lo pingsan," jawab Arel pelan.

"Gak usah bangun dulu," ujar Arel mencegah Fina yang hendak duduk.

"Udah baikan, Kak," ujar Fina lalu duduk. Arel hanya bisa

"Muka lo mirip kayaknya mirip sama seseorang deh," kata Arel meneliti wajah Fina yang tidak berdandanan nerd.

"Hufft. Tapi kakak janji buat rahasiain, ya," ujar Fina lalu menyodorkan kelingkingnya.

"Iya, janji."

"Tahu cewek yang selalu bareng Kak Rion?" tanya Fina memulai. Arel memutar ingatannya, mengingat-ingat cewek yang selalu ada di dekat Rion.

"Iya, gue tahu wajahnya, tapi namanya nggak gue tahu. Gue cuma sering lihat dia bareng Rion," jawab Arel

"Tapi tunggu. Muka lo sama cewek itu kenapa sama?" sambung Arel kaget setelah mengingat-ingat wajah

"Dia kembaranku," jawab Fina lalu menghela napas pelan kemudian melanjutkan ucapannya.

"Nama aslinya Sefani Varezha, dan aku Sefina Varezha. Kita tukaran nama di sekolah. Bukan hanya nama. Kelas kita juga tukaran. Sebenarnya aku di kelas x MIPA 1," jelas Fina

"Berarti nama lo Fina?" tanya Arel membuat Fina memutar bola matanya malas.

"Nama gue kan Sefina, Kak. Ya iyalah dipanggil Fina," Arel hanya menyengir lebar.

"Teruskan."

Fina meneruskan kembali ceritanya yang sempat terpotong karena pertanyaan Arel. Arel hanya diam menyimak baik-baik cerita Fina sampai akhir. Fina sampai mengeluarkan air mata ketika menceritakan kisahnya

"Jadi gitu," ujar Fina sambil mengusap matanya yang mengeluarkan air mata.

"Gak nyangka gue. Kok hidup lo drama banget?"

"Takdir, maybe," jawab Fina sambil tersenyum tipis.

"Ngomong-ngomong, di sini nggak ada orang, kan?" tanya Fina memastikan.

"Nggak ada. Tadi sepi waktu gue bawa lo ke sini," jawab Arel santai.

"Tapi kenapa kembaran lo gitu amat?" tanya Arel masih belum mengerti.

"Nggak tahu. Selama dia bahagia, dan Lilis baik-baik saja, Fina terima semua ini,"

"Kak, saya bisa minta tolong?"

"Bahasanya nggak usah kaku gitu. Mau apaan emang?"

"Fina lagi nggak pake dandanan nerd nih. Bisa ambilkan tas Fina di kelas?"

"Yaudah tunggu,"

"Makasih."

Arel meninggalkan UKS lalu berjalan menuju kelas Fina.

Kok gue mau-mau aja disuruh? Biasanya gue yang nyuruh, batin Arel dalam hati

********

"DITUJUKAN KEPADA SEFANI DARI KELAS 10 MIPA 4 AGAR SEGERA KE RUANGAN KEPALA SEKOLAH!"

Fina dan Arel saling pandang ketika nama Sefani disebut dari speaker, yang berarti Fina yang dimaksud.

"Gue anter?" tanya Arel menawarkan.

"Nggak usah. Fina bisa sendiri, Kak." Fina menolak lalu berjalan meninggalkan Arel di depan pintu UKS.

Arel hanya diam memandang punggung gadis fake nerd yang mempunyai nama asli Fina. Dirinya turut prihatin ketika mendengar cerita gadis itu. Banyak yang susah dia pahami. Terutama ketika dia mendengar bahwa Fina menyukai Rion, yang adalah teman sekelasnya.

Kenapa gue kayak nggak rela dia ngomong gitu? tanya Arel dalam hati. Jangan-jangan benar yang dikatakan kedua sahabatnya.

Ah, nggak mungkin gue suka sama dia!

"Woi!" Arel tersentak kaget ketika bahunya ditepuk dengan keras.

"Lo kemana aja? Dari tadi gue sama Roy cariin lo kemana-mana!" kata Fariz dengan kesal.

"Tahu-tahunya ada di depan UKS. Ngelamun lagi," tambah Rey menimpali. Sepertinya Fariz memang susah dibilangin kalau namanya itu 'Rey' bukan 'Roy'.

Arel tidak menanggapi ocehan Rey dan Fariz.

"Lo kesambet, ya?" tanya Fariz lalu dengan teganya menampol kepala Arel.

"Apaan sih?!"

"Nggak kesambet ternyata," kata Fariz sambil menyengir lebar.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Arel.

"Seharusnya kita yang nanya lo ngapain di sini?" Bukannya menjawab, Fariz malah balik bertanya.

"Capek dari tadi keliling sekolah nyari lo. Makanya gue sama dia kesini buat istirahat," jelas Rey menjawab pertanyaan Arel.

"Hidup lo berdua nggak guna banget. Ke sekolah buat tidur."

"Biasanya juga lo yang ngajak bolos ke sini," sanggah Rey membuat Arel terkekeh ringan.

"Ke kantin, kuy. Gue laper," ajak Arel lalu berjalan duluan.

"Traktir!" ujar Rey dan Fariz bersamaan.

"Hmm."

Ketiga lelaki urakan itu berjalan beriringan ke kantin. Padahal niat awal Rey dan Fariz adalah ke UKS untuk tidur.

********

"Kamu tahu alasan kamu di panggil kesini?" tanya Bu Ratna selaku guru BK kepada Fina yang baru duduk di kursi.

Fina hanya menunduk dengan tangan yang bergetaran. Di depannya ada kepala sekolah, guru BK, serta wali kelasnya. Di samping kanannya ada Rion, Rean dan kembarannya-Fani.

"Kamu bisa jelaskan Rion? Tentang nasi goreng itu," tanya Pak Yohan- kepala sekolah di SMA Orion.

"Nasi goreng yang dimakan Reon itu, Sefani yang buat, Pak. Katanya sebagai ungkapan terima kasih. Saya belum sempat makan, tapi Reon minta karena lapar. Beberapa menit waktu Reon selesai makan nasi goreng itu, perutnya mules dan dia mual. Rean langsung meminta agar dokter dari UKS memeriksa Reon. Sisa nasi goreng itu juga diperiksa, dan ternyata mengandung sianida." Rion menjelaskan semua yang dia tahu tanpa terkecuali, dengan nada yang datar.

"Terus Sefina, kamu ada masalah sama Sefani?" tanya Pak Yohan kepada Fani.

Lihat selengkapnya