Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu Fina. Setelah melewati beberapa hal selama dua minggu belakangan, akhirnya masa skors dan hukumannya dari papa dan mamanya berakhir juga.
"Akhirnya bisa ke sekolah lagi." Fina berguman pelan pada dirinya dengan senyum tipis yang terpantul di dalam cermin.
"Lo bisa, Fin!" ujarnya menyemangati dirinya. Fina sudah memutuskan untuk mengubur perasaannya kepada Rion. Rion sudah punya pacar, dan itu adalah Fani, kakaknya. Fina tidak mau menjadi pengganggu dalam hubungan mereka.
Fina menatap jam yang bertengger di pergelangan tangannya. Menurutnya masih terlalu pagi baginya untuk pergi ke sekolah.
Baru jam 6. Tapi nggak apa-apa deh, batin Fina lalu memakai kacamatanya nonminusnya.
********
"Rel, itu babu lo udah di sekolah aja."
Arel mengikuti pandangan Rey. Dan benar saja, terlihat seorang gadis nerd sedang duduk melamun di sebuah bangku yang ada di taman itu.
Arel dan kedua sahabatnya sudah datang pagi-pagi ke sekolah, bukan karena mereka tidak sabar untuk belajar. Melainkan mereka ingin ke warung Mbok Siti untuk menyusun sebuah rencana. Entah itu rencana apa, hanya Tuhan, Arel, kedua sahabatnya dan Author yang tahu.
"Oi, babu!" kata Arel setengah berteriak. Tetapi orang yang dipanggil tidak menyahut bahkan tidak menoleh sedikit pun.
"Jangan-jangan, dia penjaga sekolah?!" ujar Fariz mulai parno.
"Lagian siapa juga yang udah di sekolah pagi-pagi gini," timpal Rey membuat Fariz ketar-ketir di tempatnya.
Mengabaikan ocehan kedua sahabatnya, Arel berjalan mendekat ke arah gadis nerd yang duduk di bangku itu.
"Babu," panggil Arel pelan saat berada tepat di belakang gadis itu, namun tidak mendapat respon balik.
Jangan-jangan dia beneran hantu? tanya Arel dalam hati sambil mengusap tengkuknya yang terasa dingin.
Sekali lagi Arel mencoba memanggil gadis itu.
"Fin," ujar Arel sambil menepuk pelan bahu gadis itu setelah keberaniannya terkumpul.
"Eh, apa?!" sahut Fina sedikit tidak santai karena kaget dengan tepukan di bahunya. Seharusnya dia tidak melamun pagi-pagi begini.
Fiuhh, ternyata emang Fina, batin Arel sambil menghela napas lega.
"Lo ngapain di sini pagi-pagi? Ngelamun lagi," kata Arel sedikit heran dengan Fina.
"Hehe, nggak ngapa-ngapain kok, Kak," balas Fina sambil tersenyum tipis. Tetapi Arel tahu bahwa itu adalah fake smile Fina. Arel tahu karena senyuman Fina itu tidak sampai di matanya.
Mulut lo bisa bohong, tetapi tidak dengan mata lo, batin Arel lalu mencari titik terang agar gadis itu lupa sejenak dengan pikirannya.
"Jadi, karena masa skors lo udah berakhir, sekarang lo balik lagi jadi babu gue," ujar Arel santai.
"Kapan berakhirnya, sih?!" tanya Fina dengan bibir yang maju beberapa centi.
"Kapan-kapan. Kalau gue udah bilang stop, yaudah sampe di situ aja," jawab Arel membuat Fina memutar bola matanya malas.
"Semerdeka lo aja," balas Fina tanpa memaki embel-embel 'kakak'.
Fina dan Arel seperti tidak sadar kalau Rey dan Fariz masih senantiasa memperhatikan gerak gerik mereka berdua.
"Kira-kira Arel suka si nerd itu dari segi mananya, ya?" ujar Rey bertanya dengan pandangan yang tidak beralih dari Arel dan babunya.
"Hooh. Yang bening banyak yang ngejar dia. Lah, dianya malah milih nerd," timpal Fariz ikut bingung dengan Arel.
"Arel juga, sok-sokan pake embel-embel babu sama majikan biar deket sama si nerd," sambung Fariz sambil terkekeh.
"REL!" teriak Rey untuk memanggil Arel yang sibuk dengan babunya. Bukan itu tujuan pertama mereka ke sekolah pagi-pagi begini.
Arel menoleh sejenak ketika mendengar namanya dipanggil Rey, lalu kembali menghadap Fina.
"Gue mau cabut dulu. Jam istirahat lo ke sini lagi, titik, gak pake koma apalagi tanda tanya."
"Kalau Fina nggak bisa?"
"Harus bisa!"
"Udah, ah! Gue cabut," ucap Arel lalu berjalan ke arah Rey dan Fariz meninggalkan Fina yang mendengus kesal.
"Ngeselin!"
********
Fina berjalan sambil menunduk menuju ruangan kepala sekolah. Masih banyak yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya kepadanya. Tapi Fina tidak mengubris itu. Yang Fina pikirkan sekarang adalah mengapa dia dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Fina kira dia tidak mempunyai masalah lagi.
Yang menambah pikiran Fina adalah Arel. Tadi pagi cowok itu sudah menyuruhnya ke taman belakang ketika jam istirahat tiba. Tetapi sekarang dia malah dipanggil ke ruangan kepala sekolah, entah untuk apa.
Setelah mengetuk pintu dan mendengar suara yang mempersilahkan dia masuk, Fina menarik napas sejenak lalu menarik knop pintu itu.
"Duduk di sini, Nak," ucap Bu Ani-wali kelasnya yang ternyata juga ada di dalam ruangan itu. Bukan cuma kepala sekolah dan wali kelasnya, masih ada lelaki yang Fina sangat kenal.
Evan kenapa ada di sini juga? batin Fina bertanya sembari duduk di samping lelaki itu.
"Alasan kami memanggil kamu ke sini, karena akan ada olimpiade fisika minggu depan, dan kamu sama Rion yang akan mewakili sekolah kita," jelas Pak Yohan membuat Fina bernapas lega.
Kirain dipanggil karena bermasalah, batin Fina.
"Kamu setuju kan, Sefani?" tanya Bu Ani memastikan dan diangguki pelan oleh Fina.
Bukannya Fina menerima tawaran itu karena ingin dekat sama Rion, namun karena dia tahu kalau SMA Orion selalu mempertimbangkan siswa-siswi yang selalu mengikuti olimpide untuk melanjutkan sekolah di luar negeri. Tentu saja Fina sangat menginginkan itu.
"Oke, bagus. Setiap pulang sekolah, kalian akan mengikuti bimbingan untuk persiapan olimpiade ini,"ujar Pak Yohan sambil tersenyum ramah.
"Iya, Pak," balas Fina dan Rion bersamaan lalu pamit dan beranjak dari tempat itu ketika dirasa tidak ada lagi penyampaian dari Pak Yohan dan Bu Ani.
"Nanti jangan telat," ucap Rion tiba-tiba ketika mereka sudah berada di luar ruangan.
"Iya, Kak." Fina menjawab dengan singkat lalu berjalan mendahului Rion.
Walaupun Fina menjawab dengan singkat dan terkesan cuek, berbanding terbalik dengan kondisi jantungnya. Sedari tadi Fina mencoba untuk menahan degub jantungnya, namun nihil, berada di dekat cowok itu benar-benar membuatnya gugup. Apalagi wangi parfum Rion yang sangat menusuk indra penciumannya. Fina tahu pasti parfum yang dipakai Rion itu, parfum yang dibuat seorang desainer ternama dari Amerika Serikat, Jhon Varvatos. Jangan lupa kalau Fina itu orangnya fashionable.
Fina sudah memutuskan untuk mengubur perasaannya kepada Rion, demi Fani. Tidak ada lagi bekal nasi goreng yang dimasukkan Fina ke dalam laci Rion, atau pilus yang dimasukkan ke dalam loker lelaki itu. Fina sudah mengusahakan untuk tidak menemui lelaki itu lagi, namun sekarang mereka malah dipilih untuk mewakili sekolah mereka. Yang artinya dia akan selalu bertemu dengan Rion, walaupun alasannya untuk belajar bersama.
Tujuan Fina sekarang adalah untuk memenuhi perintah dari Arel-majikannya. Mungkin lelaki itu sudah menunggunya di taman.
Dan tidak ada yang menyadari kalau mata Rion terus memandang ke arah Fina yang semakin menjauh. Ada rasa tak terima ketika gadis nerd itu mengacuhkannya. Padahal gadis nerd itu yang hampir mencelakai kedua sahabatnya, Fina dan Reon. Tidak bisa dia pungkiri kalau perasaan senang nya ada saat tahu bahwa patnernya untuk olimpiade adalah gadis nerd itu.
Ah, mikir apa sih gue! Ingat, lo udah punya pacar! batin Rion mencoba membuang pikirannya tentang Sefani, si gadis nerd.
Rion merasa dia sudah seperti lelaki brengsek. Sudah punya pacar, tetapi malah menyukai gadis lain. Tapi Rion tidak sepenuhnya salah, bukan? Dia hanya terpaksa menuruti permintaan Fina untuk menjadi pacarnya. Dia tidak memiliki perasaan apapun kepada Fina. Karena dia menyukai Sefani.
Ngomong-ngomong soal nama, sepertinya nama Fina dan Fani lumayan mirip.
"Sefina, Sefani," guman Rion pelan membandingkan nama Fina-pacarnya dengan Sefani-gadis nerd.
Ingatan Rion menerawang ke masa lalu. Sefani, Rion juga kenal nama itu. Dengan rasa penasaran, Rion langsung mempercepat langkahnya ke ruangannya untuk memastikan sesuatu.