Rion memasang raut datarnya ketika Fina-pacarnya duduk di hadapannya. Memang dia yang memanggil Fina ke ruangannya untuk ditanya mengenai Sefani.
"Kenapa? Kangen, ya?" ujar Fani percaya diri ketika mendudukkan badannya di kursi yang berhadapan dengan kursi Rion.
"Hmm," balas Rion memaksakan senyumannya.
"Ada apa?" tanya Fani dengan senyuman manisnya. Tidak seperti biasanya Rion memanggilnya ke ruangan ini.
"Lo beneren sayang sama gue, nggak?" tanya Rion memulai. Walaupun dia sedikit geli menanyakan itu, namun tidak ada cara lain untuk membuat Fina mengatakan sejujurnya kecuali ini. Maybe.
"Pake nanya lagi. Ya iyalah!"
"YUHUUU! REON DATANGGG!!"
Fani dan Rion langsung menoleh ke Reon yang datang dengan teriakannya.
"Ngapain lo?" tanya Rion sedikit kesal karena Reon menghalangi aksinya untuk bertanya kepada Fina, perihal gadis nerd.
"Oh, hehe. Gue ganggu, ya?" tanya Reon jahil dengan sesekali menatap Fina palsu yang duduk di hadapan Rion.
"Apaan?" tanya Rion dengan nada malas.
"Nggak ada," jawab Reon santai lalu duduk di samping Rion.
"Ngapain di sini, Fin?" tanya Reon basa-basi kepada Fani.
"Harusnya gue yang nanya kayak gitu? Lo ngapain di sini? Ganggu banget," geram Fani sambil memberi tatapan sinis ke Reon.
"Wees santuy. Rion aja nggak bilang kalau gue ganggu," ujar Reon membuat wajah Fani memerah menahan amarah.
"By the way, gue mau nanya, Fin," ujar Reon memulai rencananya.
"Apaan?"
"Waktu kalian masih kecil, Rion itu kayak gimana orangnya?"
"Hah?" Fani bingung harus menjawab apa. Rion dan Reon tampak menunggu jawaban darinya.
"Ya kayak gitu," jawab Fani tanpa menatap Rion dan Reon.
"Gitu gimana? Ceritain dong. Kata Rion, dulu lo yang paling dekat sama Rion," lanjut Reon membuat Fani semakin gugup.
"Gu-gue lupa. Udah lama banget juga,"
"Kok lupa? Lo nggak ingat sedikit pun tentang Rion?" tanya Reon dengan muka yang dibuat sebingung mungkin.
"Gini aja, waktu lo sama Rion pisah, apa yang jadi kenangan lo sama?" lanjut Reon bak reporter.
Kedua tangan Fani saling memilin karena gugup. Waktu kecil dia memang tahu kalau Fina punya sahabat laki-laki. Tapi dia tidak pernah melihat bahkan menanyakan tentang itu ke Fina, lantaran sibuk dengan teman-temannya yang lain.
Kayaknya Reon tahu sesuatu, batin Rion ketika melihat gelagat Reon.
"Emang kenapa?" tanya Fani berusaha tersenyum.
"Gue kepo. Mau tahu gimana si Rion waktu kecil," jawab Reon sambil terkekeh.
"Gue mau cari Rean dulu," ujar Reon setelah puas memojokkan Fani dengan pertanyaannya.
Kasihan mukanya, udah kayak lagi nahan BAB, batin Reon lalu beranjak meninggalkan ruangan Rion.
"Kenapa?" tanya Rion ketika melihat gadis yang duduk di hadapannya tampak menarik napas lega ketika Reon sudah pergi.
"Ah, enggak."
Rion semakin yakin kalau ada yang disembunyikan Fina dan Fani.
"Lo sayang sama gue?" Rion mengulangi pertanyaannya yang sempat terhenti tadi karena kedatangan Reon. Fani tampak mengangguk sambil tersenyum.
"Kalau gitu, lo jawab. Hubungan lo sama Sefani, apa?" Perlahan senyum Fani luntur ketika mendengar itu.
"Sefani siapa?"
"Nggak mau jujur?"
"Di-dia ... hm ...," jawab Fani terbata-bata.
Gimana nih! cemas Fani.
Pasti ini gara-gara Fina. Awas lo! geram Fani dalam hati.
"Emang dia kenapa, Yon?"
"Kalau orang nanya, dijawab! Jangan nanya balik," kata Rion dengan nada rendah.
"Dia ... anaknya pembantu gue di rumah," jawab Fani tanpa mengatakan yang sejujurnya.
"Anaknya pembantu lo pake nama papa lo?" tanya Rion tak habis pikir dengan Fina yang masih tidak mau mengatakan yang sebenarnya.
"Sefani Varezha, kembaran lo." Rion tersenyum miring ketika mengatakan itu.
********
"Malesin banget. Fina kenyang banget nih," gerutu Fina ketika makanan yang seharusnya dimakan Arel, malah dia yang menghabiskannya.
Fina agak kesal ketika kembali ke taman dan tidak mendapati keberadaan Arel. Fina mana sempat membuka ponsel di kantin, yang ada nanti dia ketahuan kalau dia fake nerd. Dari pada makanan yang dia bawa itu tidak di buang, lebih baik dia makan. Ditambah dia juga lapar.
Sayang kalau dibuang, mubadzir, pikir Fina.
Jajannya juga tidak ada. Mama sama papanya sudah berhenti memberi uang saku kepadanya. Dan sepertinya keputusannya tidak salah untuk mencari pekerjaan part time dua minggu lalu, sebagai pelayan cafe. Manager di cafe itu juga tidak mempersalahkan jika dia kerja sepulang sekolah.
Drrtt...
Fina merogoh saku seragamnya ketika ponselnya bergetar. Ada notif pesan yang baru masuk
From: Kak Fani
Sebentar lagi lo bakalan lihat pertunjukan')
Pertunjukan? batin Fina ketika membaca pesan itu.